Oleh: Rizky Kurnia Rahayu, M.Pd.
(Guru IPS SMPN 1 Gununghalu)
Pembelajaran dengan menggunakan pola di luar jaringan ternyata dapat memantik semangat anak untuk tetap belajar. Pengiriman materi pembelajaran melalui classroom dalam bentuk video, materi ataupun gambar ternyata bisa menjadi penepis anggapan bahwa mata pelajaran IPS membosankan
Latar Belakang
Tugas utama seorang guru dalam memberikan pelayanan pendidikan kepada para siswanya, yaitu dengan cara mengondisikan mereka agar belajar secara aktif dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Sehingga potensi mereka dapat berkembang secara optimal.
Hal di atas senada dengan pendapat dari Hamalik (1999:3) bahwa pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi secara adekuat dalam kehidupan masyarakat.
Seperti diketahui, kegiatan belajar mengajar yang aktif dalam setiap kegiatan pembelajara akan membuat siswa terlatih dan terpicu untuk memiliki kompetensi. Hal ini diperlukan dalam membentuk kecakapan hidup sebagai bekal hidup di kemudian hari.
Di sisi lain, bagi sebagian besar siswa, mata pelajaran IPS merupakan pelajaran yang sering membuat jenuh. Menurut mereka materi pembelajaran IPS sangat banyak dan sering menyita waktu. Oleh karena itu, untuk menghilangkan stigma penilaian ini, setiap guru mata pelajaran IPS mendapatkan tantangan untuk menepisnya. Sehingga semuanya berupaya membuktikan bahwa mata pelajaran ini merupakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.
Tantangan terbesar lainnya yang sering dihadapi guru pada masa pandemi sekarang ini adalah pembelajaran jarak jauh. Hal ini sesuai dengan anjuran pemerintah untuk memutus rantai penyebaran virus corona. Oleh karena itu, guru dituntut untuk berkreasi dan melakukan terobosan agar pelayanan pendidikan tidak terhenti, dan siswa mendapatkan hak pengajarannya.
Di lain pihak, pembelajaran langsung dengan moda dalam jaringan pun sering menghadapi kendala. Selain sarana dan prasarana siswa yang tidak memadai. Kurangnya akses jaringan internet, juga keterbatasan kuota yang dimiliki. Selain itu, pemberian modul pembelajaran pun bukan merupakan jalan terbaik.
Langkah Penyelesaian
Untuk memecahkan permasalahan tersebut di atas, penulis mencoba melakukan pembelajaran dengan pola membuat grup dalam aplikasi classroom untuk setiap kelas. Dimana setiap kelasnya dibuat kelompok belajar dengan jumlah siswa terbatas, maksimal 5 orang. Materi pembelajaran dikirim ke melalui flatform tersebut agar tidak membosankan siswa. Sehingga materi dicampur bisa berbentuk video, slide atau materi disesuaikan dengan materi ajarnya.
Sementara itu, untuk memfasilitasi mereka yang terkendala dengan teknologi dan tidak bisa mengikuti aktivitas belajar melalui classroom, maka guru membuat kelompok belajar siswa melalui grup whatsapp dan membuat jadwal kunjungan ke setiap kelompok tersebut sambil membawa materi pembelajaran dengan durasi dua jam pelajaran.
Kunjungan guru kepada siswa yang dibagi beberapa kelompok ini dengan tetap menjalankan protokol kesehatan. Selanjutnya, untuk pengumpulan tugas bisa melalui classroom, atau bisa melalui fasilitas grup whatsapp. Dan bagi siswa yang terkendala dengan fasilitas-fasilitas ini bisa mengumpulkan tugas pada saat guru berkunjung minimal satu minggu sekali.
Hasil
Meskipun menghadapi berbagai kendala, ternyata cara di atas cukup ampuh untuk menjaga dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Mereka memiliki respon yang baik. Hal ini tampak saat tugas-tugas yang diberikan guru bisa mereka kerjakan dan penuhi. Dan apabila materi yang dikirim melalui fasilitas classroom ada yang kurang dimengerti, siswa bisa minta penjelasan langsung pada saat guru berkunjung
Simpulan
Pembelajaran dengan menggunakan pola diluar jaringan ternyata dapat memantik semangat siswa untuk tetap belajar. Pengiriman materi pembelajaran melalui classroom dalam bentuk video, materi ataupun gambar ternyata bisa menjadi penawar anggapan mata pelajaran IPS adalah pelajaran yang membosankan.
Akhirnya, kondisi pandemi bukan halangan untuk menghambat kegiatan belajar-mengajar, pola dan cara terbaik harus terus diciptakan dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah. Namun, penulis tetap berharap keadaan segera membaik agar pembelajaran bisa dilaksanakan secara maksimal, karena secanggih apapun teknologi, tetap tidak akan bisa menggantikan manusia.***
Sumber
Hamalik, Oemar. 2008, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara
Catatan: Tulisan di atas lebih lengkap dapat disimak di Buku Kumpulan Best Practice Guru yang segera akan terbit.
Profil Penulis:
Rizki Kurnia Rahayu, lahir 2 Juli 1980 di Gununghalu. Saat ini bertugas mengajar mata pelajaran IPS di SMPN 1 Gununghalu dan tinggal di Kec.Rongga, Bandung Barat. Alumni Pendidikan Ekonomi FPIPS – UPI Bandung 2004, Alumni Pasca Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial – STKIP Pasundan Cimahi 2009.
Editor: Adhyatnika Geusan Ulun