Oleh: Neng Aisah, S.Pd
(SD Negeri 2 Cibogo)
Di era digital ini, di mana gawai pintar menjadi primadona, minat baca murid kian menurun serta kurangnya media yang menarik untuk mendorong budaya literasi sekolah. Hal ini tentu memprihatinkan, mengingat literasi merupakan kunci membuka gerbang ilmu pengetahuan dan kecerdasan.
Menyadari hal ini, Gerakan Literasi Sekolah melalui Mading (GLS-M) hadir sebagai oase di tengah gurun minimnya minat baca. Salah satu strategi jitu dalam gerakan ini adalah pemanfaatan mading atau majalah dinding sebagai media literasi yang kreatif dan menarik.
Mading tak hanya berfungsi sebagai papan informasi sekolah, tetapi juga dapat menjadi wadah bagi murid untuk menuangkan ide dan kreasi mereka dalam bentuk karya tulis, gambar, dan desain yang menarik.
Dalam Trilogi Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, salah satunya yaitu Tut Wuri Handayani, di mana peran guru adalah sebagai pembimbing/fasilitator, artinya murid yang mencari informasi, sedangkan guru mengikuti perkembangan dan minat murid, dalam hal ini minat membaca, menulis, dan membuat sebuah karya yang nantinya akan dipajang pada mading sekolah.
Gerakan Literasi Sekolah melalui Mading (GLS-M) merupakan program intrakulikuler, dimana dalam menjalankan program ini murid diberikan kesempatan untuk memilih timnya sendiri berdasarkan minat, lalu mereka menentukan temanya. Hal ini merupakan suatu langkah agar murid mendapatkan kesempatan untuk memberikan saran terhadap karya yang akan dibuat dan ditampilkan.
Setelah karya tersebut dibuat, diseleksi, selanjutnya karya terbaik akan ditampilkan di mading tersebut. Agar karya yang dibuat oleh murid tidak tercecer, maka akan disimpan pada mading digital. Karya terpilih dinikmati oleh seluruh warga sekolah untuk diapresiasi kemudian setiap akhir semester karya-karya tersebut akan dipamerkan serta diberikan penghargaan berupa sertifikat. Hal ini dilakukan untuk memotivasi murid, menumbuhkan rasa kepemilikan pada program GLS-M, dan mading yang berada di sekolah dapat dioptimalkan dengan memanfaatkan potensi yang ada pada murid dengan dukungan dari seluruh warga sekolah.
Pada program ini, modal/asset yang berpotensi untuk dikembangkan dan dimaksimalkan pemanfaatannya yaitu modal sosial, modal politik, modal lingkungan/alam, modal fisik,dan modal finansial. Sedangkan evaluasi program ini akan dilakukan dua kali dalam satu tahun ajaran,dan dilakukan oleh guru kelas 5 dan 6 kepada murid. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan melalui observasi, angket, dan wawancara.
Kemungkinan tantangan dalam program ini, yaitu kurangnya murid dalam minat baca, menulis, dan membuat suatu karya yang kreatif solusinya yaitu melalukan coaching pada murid tersebut, tata letak mading kurang menarik, solusinya melibatkan murid dalam pembuatan dan pengelolaan mading, karya yang dibuat murid tercecer solusinya dibuatkan mading digital.
Gerakan Literasi Sekolah melalui Mading (GLS-M) merupakan strategi yang efektif untuk meningkatkan minat baca dan budaya literasi di lingkungan sekolah. Dengan program ini, diharapkan generasi muda Indonesia dapat menjadi generasi yang cerdas, berbudaya, dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Mari kita jadikan mading sebagai sahabat literasi dan majukan generasi penerus bangsa!