oleh : Endang Wahyu Widiasari, M.Pd
(Mengajar di smpn 4 Cikalongwetan)
Melihat postingan seorang teman di FB, dengan status “Sertijab dan Purnabakti Kepala sekolah”, di situ terlihat foto salah satunya bapak H. Endang Supriatna, lalu saya berkomentar di status itu, “Siapa yang pengsiun?” kemudian dijawab “Bapak H. Endang Supriatna. Entah kenapa ada pesaan sedih dan teringat bagaimana kepemimpinan beliau sewaktu menjadi Kepala Sekolah di SMPN 2 Cikalongwetan, tempat saya mengajar sebelum pindah ke SMPN 4 Cikalongwetan. Walaupun hanya beberapa bulan memimpin, beliau membimbing saya dalam bekerja, tapi mempunyai kesan yang mendalam sampai hari ini, bahkan ketika beberapa kali bertemu beliau pasti memberikan motivasinya untuk terus berkarya dan berprestasi.
Walau baru beberapa bulan saja beliau menjadi Kepala Sekolah, tapi sangat membekas. Gaya kepemimpinannya yang tegas, komunikatif, demokratis, administratif dan juga kebapaan selalu tergambar sampai hari ini, bahkan ketika kami berbuat salah, beliau tak segan-segan menegur, namun dengan kepiawaiannya berkomunikasi, kami serasa tidak sedang ditegur.
Satu hal yang selalu teringat adalah beliau selalu bertanya tentang keadaan keluarga, misalnya beliau sering bertanya bagaimana kondisi suami dan anak anak, bahkan beliau hapal siapa saja nama suami dan anak-anak dari semua guru yang beliau pimpin. Pernah juga saya kaget dan bertanya dalam hati “Kok bapak tahu yah, siapa nama suami dan anak-anak dari tenaga pendidik dan kependidikan yang ada di sekolah. hal yang sepertinya terlihat sepele, namun membuat hubungan tali kekeluargaan semakin dekat.”
Mengenang masa purna bakti beliau, jadi teringat ketika saya baru saja pindah ke Kabupaten Bandung Barat dari Kabupaten Cianjur, tanggal 30 September 2010. Bapak H. Endang Supriatna adalah kepala sekolah saya yang pertama. Beliaulah yang menerima saya di SMPN 2 Cikalongwetan, tadinya beliau menolak dengan alasan guru IPS sudah cukup, tapi ketika itu beliau menawari untuk memegang bimbingan dan konseling saja, dengan senang hati tawarannya langsung saya terima. “Tidak apa-apa yang penting saya bisa pindah supaya dekat dengan rumah dan bisa lebih mendekatkan diri pada keluarga,” begitu saya menjawab pertanyaan beliau ketika itu.
Mulailah saya bekerja di SMPN 2 Cikalongwetan terhitung sejak 30 September 2010 dibawah bimbingan beliau. Selalu teringat hari pertama bekerja dikegiatan upacara saya dipersilahkan untuk memperkenalkan diri dihadapan semua dewan guru, dan juga para siswa, ketika itu saya berjanji dalam hati “sekarang disinilah rumahku, disinilah tempat untuk berkarya, di mana ditugaskan disitulah harus menjunjung nama baik sekolah dan menberikan yang terbaik untuk lingkungan sekitar”, begitu janji dalam hati.
Di tempat baru tentunya harus banyak menyesuaikan diri, dan bapak beserta teman-teman yang lainnya selalu membimbing supaya bisa menyesuaikan diri dilingkungan kerja yang baru. Saya kerjakan sebisa mungkin pekerjaan sebagai guru BK, alhamdulillah pengalaman mengajar guru BK ketika di Cianjur sangat bermanfaat sekali, sebisa mungkin saya praktekan di tempat baru.
Mendata siswa yang tidak masuk setiap hari, membuat peta kerawanan siswa, melakukan home visit, kerjasama dengan wali kelas untuk menggali potensi siswa, menbuat sosiometri per kelas dan mendata siswa yang tidak mampu, dan banyak lagi pekerjaan guru BK yang seabrek. Setiap akhir bulan dibuatkan laporan tentang keadaan siswa kepada kepala sekolah dan juga mengkomunikasikan dengan para wali kelas. Sungguh apresiasi bapak sangat baik sekali, dan sering juga beliau memberikan menotivasi. Dari komunikasi yang terjalin pemikiran dan kreativitas saya semakin berkembang, bapak selalu membebaskan kami semua bawahannya untuk berkreasi dan berinovasi tentunya dengan arahan dan bimbingan beliau.
Ketika memegang tugas BK, pernah bapak bilang, “Wah bu Endang ini kaya guru BK beneran saja”, maksudnya seperti guru yang memang jurusan BK. Ketika itu saya menjawab “Alhamdulillah walaupun masih banyak kekurangannya.” Pengalaman menjadi guru BK saya tuliskan dan telah diterbitkan dalam buku curhat anak-anakku, itu juga salah satunya motivasi dari beliau. Bapak selalu mengapresiasi sekecil apapun yang kita kerjakan.
Meskipun ketika itu saya guru baru, tapi selalu dilibatkan untuk membina kegiatan kesiswaan dengan guru lain, dari situ saya semakin akrab dengan rekan guru yang lainnya, walaupun terkadang ada juga ketidaksepahaman tapi dari situlah saya belajar mendalami karakter teman-teman dan juga saya harus banyak menyesuaikan diri.
Satu kata yang selalu teringat sampai hari ini dari beliau adalah, dengan kata sanajannya, ketika itu anak-anak marching band akan berlomba di tingkat kabupaten Bandung Barat, namun sekolah kami waktu itu tidak memiliki perlatan sehebat sekolah lain, semua alat yang ada kami perbaiki termasuk baju-baju yang sudah ruksak diperbaiki kembali hingga tampak baru lagi. Seperti biasa sebelum berlomba beliau pasti memberikan motivasi baik kepada siswa maupun para pembimbing, ketika itu beliau mengatakan “Sanajan saaya-aya tapi kita pasti bisa, jangan menyerah dengan kondisi yang serba kurang, justru harus menjadi motivasi untuk terus maju.” Kata-kata itu mengsugesti kami semua untuk terus maju.
Sampai sekarang kata “sanajan” nya bapak H. Endang Supriatna selalu terngiang di kepala, walaupun kondisi yang pas-pasan tapi harus bisa untuk maju. Prinsip itu pula yang saya terapkan ketika membangun SMPN 4 Cikalongwetan bersama teman teman dan di bawah bimbingan bapak Kusnadi ketika itu. Terimakasih bapak H. Endang Supriatna, walaupun hanya beberapa bulan saja bapak menjadi kepala sekolah saya, tapi banyak inspirasi yang didapatkan. Semua bimbingan bapak akan terpatri abadi di dalam hati, sebagai bekal untuk mengerjakan tugas-tugas sebagai abdi negara. Insyaalloh amal baik bapak akan menjadi pahala yang terus mengalir sampai kapanpun.
Semoga bapak dan keluarga selalu sehat, dan teruslah membimbing dan memotivasi kami yang muda-muda.