Oleh: Dani Husna Rahman. SST., S.Pd
(Guru Kelas IV SD Negeri 1 Cililin)
Siswa dengan kesulitan belajar biasanya mempunyai semangat belajar yang kurang, mereka sulit berkomunikasi dan cenderung tidak percaya diri pada akhirnya mereka menjadi korban bulliying dan dijauhi teman temannya, akibatnya siswa dengan kesulitan belajar akan malas sekolah mereka pun dianggap tidak ada karena mereka hanya beban dan penghambat untuk kemjuan sekolah.
Kesulitan dalam belajar merujuk kepada tidak bisa membaca, tidak bisa menulis , susah membedakan simbol dalam pelajaran matematika lalu ada kesulitan belajar spesifik di antaranya disleksia dan diskalkulia. Perlu diketahui kesulitan belajar berbeda dengan ketidakmampuan belajar.
Siswa dengan kesulitan belajar memiliki potensi untuk mencapai tingkat yang sesuai dengan usianya setelah diberikan program yang sesuai dan dukungan yang tepat (Auspeld, 2008). Artinya siswa dengan kesulitan belajar mempunyai hambatan yang bisa dihilangkan agar mereka dapat kembali pada potensi yang dimilikinya, berbeda dengan siswa dengan ketidakmampuan belajar siswa ini tidak bisa mengingat dan memproses informasi yang didapat disebabkan oleh gangguan pada system syaraf (otak), artinya siswa dengan ketidakmampuan belajar mempunyai hambatan yang tidak bisa dihilangkan sehingga sekeras apapun guru berusaha mereka tidak akan pernah bisa setara dengan siswa lain pada umumnya.
Siswa dengan kesulitan belajar kurang berprestasi secara akademis karena berbagai alasan di antaranya kurikulum yang tidak memadai dimana kurikulum yang dipakai cenderung hanya untuk siswa tipikal atau normal saja. Siswa dengan kesulitan belajar biasanya mempunyai masalah perilaku atau emosional yang parah ini disebabkan karena mereka biasanya tidak mempunyai banyak teman bahkan dijauhi teman temannya atau lebih parah lagi mereka menjadi sasaran bulliying. Siswa dengan kesulitan belajar rata rata memiliki masalah ekonomi atau berasal dari masyarakat menengah ke bawah yang menyebabkan orang tua tidak memperhatikan pendidikan anak di lingkungan keluarga sejak dini.
Siswa dengan kesulitan belajar jarang masuk ke sekolah karena disekolah pun dia tidak mendapatkan dukungan yang seharusnya, pembelajran cenderung disamaratakan dengan siswa lain yang sudah bisa membaca atau menulis. Yang terakhir adalah ada bahasa lain yang digunakan sehari hari selain Bahasa Indonesia, intruksi pembelajaran yang berbeda dengan bahasa sehari harinya akan menyulitakan siswa degan kesulitan belajar dalam memproses sebuah pelajaran.
Kesulitan dalam belajar bahasa, berhitung, dan literasi akan berpengaruh kepada perilaku mereka sehari hari. Mereka beresiko mempunyai kesejahtraan sosial dan emosional yang buruk. Mereka cenderung memiliki konsep diri yang negativ sehingga mempengaruhi harga diri mereka secara keseluruhan.
Meningkatnya kecemasan, depresi dan masalah perilaku. Dapat menjadi pendiam, mengganggu atau tidak terlibat sama sekali dalam lingkungan. Jika seorang siswa menunjukan salah satu perilaku tersebut penting untuk memeriksa apakah kesulitan belajar merupakan inti dari perilaku mereka yang tampak buruk atau ada penyebab lain kenapa mereka tidak tertarik pada pembelajaran.
Identifikasi awal terhadap siswa yang berisiko mengalami kesulitan literasi dan numerasi, lalu pengenalan intervensi dan dukungan yang efektif adalah kunci keberhasilan pendidikan (Auspeld, 2022) . Oleh karena itu identifikasi awal dalam pembelajaran sangat penting dilakukan sehingga siswa dengan kesulitan belajar akan terdeteksi sejak dini. Lalu langkah selanjtnya adalah merancang dukungan atau intervensi yang tepat agar hambatan yang dimiliki siswa dengan kesulitan belajar dapat dihilangkan dan mereka dapat kembali kelingkungan belajarnya dengan lebih percaya diri. **