Oleh: Riska Mutiara
“Jangan mengeluhkan hal-hal buruk yang datang dalam hidupmu. Tuhan tak pernah memberikannya, kamulah yang membiarkannya datang.” (R.A Kartini)
Mimpi Buruk Dunia
Semenjak diumumkan Covid-19 sebagai penyakit baru oleh WHO (World Health Organization) pada akhir 2019 sebagai penyakit berbahaya yang kematian, dunia sepertinya mengalami mimpi buruk. Berdasarkan data yang diambil dari BBC NEWS Indonesia, menurut hitungan Johns Hopkins University, disebutkan bahwa jumlah yang terpapar positif dari virus yang berasal dari kota Wuhan, provinsi Hubei, Cina, secara global telah mencapai lebih dari 2,3 juta orang. Lebih dari 160.434 orang meninggal dunia. Sementara 595.467 orang dinyatakan sembuh. Amerika Serikat adalah negara dengan jumlah kematian terbesar di dunia.
Kini, di Indonesia, mimpi buruk itu pun mulai menghampiri. Korban meninggal akibat virus kecil ini semakin bertambah hingga mencapai angka 590 orang. Berdasarkan data angka kasus posiitif Covid-19 yang dilaporkan pemerintah mencapai 6.760 orang dengan jumlah orang yang pulih mencapai 747 orang. Sungguh angka yang sangat menghawatirkan, sehingga dilansir bahwa Indonesia menjadi negara ke tiga, setelah Malaysia dan Singapura dengan jumlah orang terinfksi tertinggi di Asia Tenggara.
Kurang lebih satu bulan, Indonesia sudah melakukan berbagai tindakan pencegahan supaya virus di atas tidak menyebar lebih luas. Berbagai kebijakan dan aturan-aturan, di antaranya adalah social distancing (jaga jarak sosial), physical distancing (jaga jarak fisik), work from home (bekerja dari rumah), dan yang sekarang mulai diberlakukan yaitu PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).
Namun di tengah ketakutan yang melanda sebagian besar warga di sejumlah kota besar di Indonesia, ada saja warga yang tidak patuh terhadap aturan. Seperti mudik ke kampung halaman dari daerah zona Merah, tidak memakai masker ketika keluar rumah, hingga masih melakukan kegiatan di tengah kerumunan. Sehingga hal ini menimbulkan kecemasan baru di masyarakat. karena sudah banyak terbukti bahwa pembawa virus ini adalah orang tanpa gejala (OTG) yang bisa menularkannya dengan cepat.
Cobaan Pasti Berakhir
Tapi ternyata, dunia sedang tidak bermimpi kawan, ini NYATA bukan MIMPI. Kenyataan ini harus dihadapi oleh semua warga negara di dunia termasuk Indonesia. ketika ini datang kepada kita saat ini. Seyogyanya sebagai umat beragama, kita harus menyadari bahwa setiap cobaan yang diturunkan Tuhan pasti mempunyai maksud tertentu, jika kita dapat menerimanya dengan lapang dada dan jangan mengeluh. Seperti kata bijak yang dituliskan oleh seorang pahlawan perempuan Indonesia yang setiap bulan April ini diperingati sebagai hari kelahirannya, yakni Jangan mengeluhkan hal-hal buruk yang datang dalam hidupmu. Tuhan tak pernah memberikannya, kamulah yang membiarkannya datang, (RA. Kartini).
Di sisi lain, tidak sedikit berita yang mempertontonkan perilaku saling menyalahkan, seperti ungkapan ketidakpuasan atas kebijakan pemerintah yang dinilai lamban, dan tidak fokus dalam penanganannya. Sesungguhnya, reaksi negatif berlebihan akan merugikan diri sendiri pada akhirnya.
Saat ini, bangsa Indonesia memiliki momentum yang tepat di bulan April untuk bisa meneladani semangat perjuangan Kartini. Seorang sosok luar biasa dari Jepara yang memperjuangkan hak-hak wanita dalam memperoleh pendidikan yang setara dengan kaum Adam di masa penjajahan.
Di tengah pandemi Corona, memperingati hari Kartini tahun sekarang tidak seperti peringatan tahun-tahun sebelumnya. Kegiatan di lingkungan pendidikan yang biasanya mewajibkan para guru dan muridnya memakai baju tradisional di lingkungan sekolah, lomba-lomba bertema Kartini pun sepi. Namun semangat perjuangannya masih berkobar di dada setiap remaja muda yang menjadi relawan Covid-19 di Wisma Atlit Jakarta dengan menjaga mereka yang sakit, dokter-dokter dan para perawat yang menjadi garda terdepan yang dengan jiwa raga mengobati pasien. Tidak terkecuali para guru, terutama perempuan, yang tetap semangat mengajar secara daring dari rumah sambil mengurus keluarganya tanpa mengeluh.
Optimis Gelap Akan Berganti Terang
Sesungguhnya semua komponen masyarakat harus berjuang bersama-sama dalam melawan pandemi pandemi ini, termasuk peran wanita yang sangat dibutuhkan. Karena dengan adanya work from home dan school from home, wanita memainkan banyak peran untuk membimbing anak dan mengurus keluarga. Sejatinya, Kartini masa kini adalah mendampingi anak belajar dari rumah dan memastikan semua anggota keluarga mendapatkan gizi yang baik dan sehat.
Belajarlah dari perjuangan dan pengorbanan Nuria Kurniasih dan Ninuk Dwi Pusponingsih, tenaga medis, di antara puluhan lainnya, yang menjadi contoh Kartini masa kini yang dengan nyata berjuang dengan nyawanya dan gugur di tugas mulianya.
Akhirnya, perjuangan belum usai dan tugas kita semua untuk melanjutkan perjuangan dengan cara bergotong-royong, bersatu padu melawan pandemi Covid- 19. Berdo’a kepada Allah Swt agar pandemi segera berakhir. Optimis dengan setiap keadaan karena setelah gelap pasti akan kembali terang, seperti ungkapan “TIADA AWAN DI LANGIT YANG TETAP SELAMANYA,.TIADA MUNGKIN AKAN TERUS MENERUS TERANG CUACA. SEHABIS MALAM GELAP GULITA LAHIR PAGI MEMBAWA KEINDAHAN. KEHIDUPAN MANUSIA SERUPA ALAM”. (RA KARTINI).
Penulis: Riska Mutiara (Guru Bahasa Inggris SMPN 2 Batujajar/Newsroom)
Editor/Ilustrator: Adhyatnika GU
Profil Penulis
Riska Mutiara adalah guru penulis yang mengajar di SMPN 2 Batujajar bidang studi Bahasa Inggris. Aktif di beberapa komunitas menulis dan telah beberapa kali membukukan karya nya di buku Antologi bersama. Seperti Buku Bintang Pagi dengan 11 penyair wanita lainnya, Jantung Kata bersama Soni Farid Maulana, Pelita Di Mata Pelangi, Merangkai Kata Merajut Asa, Guru Dalam Bingkai Cerpen, Pantun NKRI, dan masih banyak lagi.