Skip to content

Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat

Primary Menu
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Tujuan Dinas Pendidikan
    • Struktur Organisasi
    • Pejabat Struktural Dinas Pendidikan
    • Tupoksi
    • Kontak Kami
    • Visi Misi & Moto
    • Maklumat Pelayanan
  • Statistik
    • Neraca Pendidikan 2016
    • Neraca Pendidikan 2017
    • Neraca Pendidikan 2018
    • Neraca Pendidikan 2019
    • Neraca Pendidikan 2020
    • Neraca Pendidikan 2021
  • Produk Hukum
  • Download
    • Library Document
    • Ebook
  • SAKIP
    • Renstra Disdik 2018-2023
    • IKU 2022
    • Perjanjian Kinerja Pejabat Eselon 2022
    • RKT Tahun 2021
  • Gallery Photo
  • Standar Pelayanan
  • PPPK
    • PPPK 2022
    • PPPK 2023
  • Portal Layanan
    • Portal Pelayanan
    • Portal Pengaduan
    • PETADIK
  • Publikasi
    • Majalah Kinanti
    • Podcast Bisa Cerdas
  • Home
  • Artikel Populer
  • SEMANGAT MUSAMUS
  • Artikel Populer

SEMANGAT MUSAMUS

bidangsmp 8 September 2024

Prof. Dinn Wahyudin, MA
(Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia)

Musamus merupakan ikon bagi Masyarakat Merauke. Musamus itu unik. Sebuah kata yang menunjukkan ciri khas masyarakat Merauke, karena musamus tak banyak ditemukan di berbagai penjuru Dunia ini.

Musamus atau sarang semut  sejatinya bukanlah sarang yang dibuat koloni semut. Musamus ini merupakan sarang yang dibuat oleh sejenis serangga atau rayap yang dikenal dengan istilah ilmiahnya Macrotermes sp. Musamus bisa  berukuran sangat besar, bahkan mencapai ribuan kali serangga pembuatnya. Musamus bisa mencapai tinggi 5 meter dengan diameter  lebih dari 2 meter. Strukturnya berbentuk kerucut  dan dibangun oleh koloni rayap dari rumput kering dan lumpur serta liur rayap sebagai bahan perekatnya.

Musamus bisa terus tumbuh dengan  pembentukannya mencapai 5  meter. Mengapa musamus unik? Karena rumah semut ini hanya ada di tiga Lokasi di Dunia. Pertama, rumah semut ini ada di  kawasan  wilayah Merauke Provinsi Papua Selatan. Rumah semut sejenis ini juga terdapat di padang savana wilayah Papua Nugini, savana bagian Australia Utara, dan savana Afrika Barat.

Seperti ditulis Indonesia Kaya (2023), rayap jenis ini terkenal mandiri dan mampu membangun rumah mereka sendiri tanpa bermaksud merusak pemukiman manusia. Dengan anatomi tubuh yang kecil namun berkat cara hidup berkoloni, rayap-rayap tersebut mampu membuat rumah yang kokoh, khas, dan kuat untuk bertahan di berbagai cuaca ekstrem sekalipun.

Musamus terbentuk dari bahan dasar rumput kering, tanah, dan air liur rayap pembuatnya. Dengan bentuk yang menjulang tinggi ke atas permukaan tanah, tekstur permukaan sarang ini berlekuk-lekuk dan berwarna coklat kemerahan seperti warna tanah tempatnya berada. Rongga atau  lorong yang berada di bagian dalamnya berfungsi sebagai tempat tinggal rayap sekaligus ventilasi yang menjaga kestabilan suhu agar tetap hangat. Keberadaan Lorong tersebut yang diyakini membuat musamus terlindung dari perubahan suhu yang ekstrim, bahkan kebakaran hutan sekali pun.

Begitu istimewanya kata ‘musamus’, satu satunya universitas negeri kebanggaan warga Papua Selatan melabelkan musamus sebagai nama universitas. Itulah Universitas Musamus Merauke. Universitas ini merupakan  Perguruan Tinggi Negeri di Kota Merauke, Provinsi Papua Selatan, yang berdiri pada tanggal 22 November 2010. Universitas ini merupakan peralihan status dari Sekolah Tinggi Teknik Merauke menjadi Universitas Musamus Merauke. Nama musamus melekat sebagai nama universitas, dengan tagline moto universitas  “Jangan tanya kerjaku, tetapi lihatlah hasil karyaku”. Itulah makna filosofis musamus yang diadopsi dari koloni rayap yang banyak terdapat di kawasan Merauke untuk berjuang tanpa lelah, bekerjasama, berkolaborasi dan terus menerus membangun rumahnya yang menjulang tinggi.

Gotong royong

Bagi Masyarakat Merauke, musamus adalah ikon.  Kehidupan rayap dengan musamus yang dibangunnya menjadi inspirasi warga setempat.  Menjelang Pilkada 2024 pada tanggal 24 November 2024, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Merauke membuat maskot berbentuk Rayap Musamus. Maskot rayap semut  ini diberi nama Supamer singkatan dari kata SUkseskan PilkadA MERauke.  Maskot Supamer ini tampil dengan gaya khas suku  setempat di Merauke, yaitu suku Marind yang mengenakan hiasan kepala dari bulu kasuari dan manik-manik. Alasan KPU memilih rayap musamus menjadi maskot kebanggaan dalam Pilkada 2024 ini, juga terispirasi oleh cara  kerja rayap dalam membangun rumah koloni  musamus. Supamer ingin seperti semangat musamus, yang memiliki cara kerja yang sifatnya bersama-sama, gotong royong atau sabilulungan  tanpa merusak di sekitar.

Semangat ini pula yang melandasi semangat kerja pemerintah daerah dan masyarakat Merauke Papua Barat. Melalui  moto Izakod Bekai Izakod Kai  (satu tujuan satu hati satu tujuan). Hal ini memberi makna  bahwa pemerintah daerah dan masyarakat Merauke  secara kolektif berkomitmen  untuk menyatukan hati,  guna  mencapai satu tujuan yaitu cita cita meraih kemakmuran bersama. Kesejahteraan lahir bathin bagi seluruh warga.   Kabupaten Merauke merupakan  salah satu kabupaten dan juga ibukota Provinsi Papua Selatan. Kabupaten ini merupakan salah satu kabupaten terluas sekaligus paling timur di Indonesia. Jumlah penduduk Kabupaten Merauke berjumlah 243.722 jiwa pada 2023. Kabupaten Merauke ini berbatasan langsung dengan negara Papua Nugini.

Provinsi Papua Selatan terdiri dari 4 kabupaten, 74 distrik, 13 kelurahan, dan 674 kampung. Pada tahun 2020, jumlah penduduknya diperkirakan mencapai 513.617 jiwa dengan total luas wilayah 127.280,69 km. Bandingkan denga luas Provinsi Jawa Barat  dengan luas  35.377,75 km dengan  17 kabupaten dan 9 kota dengan 625 kecamatan dan 5.877 desa/kelurahan. Jumlah populasi penduduk (2023)  mencapai 49.572.395 jiwa. (BPS, 2023).

Etnis suku Kanum

Salah satu suku yang mendiami wilayah Merauke adalah  Orang Asli Papua (OAP) masyarakat lokal yaitu suku Kanum atau Kanume. Kelompok etnis ini mendiami kawasan Taman Nasional Wasur, sebuah Kawasan hutan nasional yang sangat luas dan terletak di dataran rendah dengan topiografi rawa rawa, hutan, dan padang luas savana. Suku Kanum ini bermukim di perkampungan hutan atau di tepian rawa rawa yang membentang luas di wilayah Kabupaten Merauke sampai perbatasan dengan Papua Nugini. Suku Kanum diyakini sebagai bagian dari sub suku Marind, namun mereka memiliki bahasa daerah (mother tongue) atau bahas ibu tersendiri, yaitu Bahasa Kanum. Dalam kekeluargaan masyarakat Kanum terdapat beberapa marga antara lain Ndimare, Sanggra, mayuwa, Gelambu. Mereka umumnya tinggal di Kawasan Taman Nasional Wasur. Dalam kehidupan sehari hari, mereka mendiami kampung kecil samping rawa atau di hutan pinggiran Taman Nasional Wasur.

Seperti dituturkan Ketua Adat Kampung Yanggandur Rawa Biru, bapak Herman B Mbanggu, untuk mencukupi kehidupan sehari hari, suku Kanum umumnya bermata pencaharian berburu hewan liar, yang banyak hidup di kawasan hutan antara lain babi hutan, rusa, dan satwa sejenis kanguru atau  walabi. Anak laki-laki remaja dibawa orangtuanya ke hutan, bagaimana cara berburu hewan liar. Ketika ayahnya mengintip hewan liar, anak laki lakinya mengikuti dari belakang. Mereka mengendap ngendap, dan ketika bertemu dengan hewan liar, dengan cekatan ujung panah melesat mencapai target sasaran. Dalam beberapa menit ujung panah atau tombak menempel di badan babi hutan atau rusa, sampai akhirnya binatang buruan tersebut tersungkur lunglai kehabisan darah.

Untuk memenuhi makan pokok keluarga, seperti dituturkan Ketua Adat Kampung Yanggandur Rawa Biru, bapak Herman B Mbanggu, Masyarakat suku Kanum Ketua Adat Kampung Yanggandur Rawa Biru, bapak Herman B Mbanggu   mengambil tanaman yang tumbuh subur dari alam seperti  sagu dan ubi ubian. Mereka sudah mencoba membudidayakan tanaman sagu dan umbi-umbian seperti  gembili.  Jenis tanaman tersebut masih dikategorikan sebagai makanan pokok. Di beberapa kampung, masyarakat adat suku Kanum sudah mulai membudidayakan ubi kayu dan menanam pohon pisang.

Sekolah

Ada sejumlah Sekolah Dasar di wilayah distrik Rawa Biru Kabupaten Merauke yang dihuni oleh warga lokal suku Kanum. Salah satu sekolah dasar yaitu SD YPPK St Fransiskus Yanggandur yang terletak di kampung Yanggandur distrik Rawa Biru. Seperti dituturkan salah seorang guru SD YPPK, Edmundus Yuali, di sekolah tsb terdapat  3 orang guru PNS dan 3 orang guru honor. Sekolah ini dibina oleh gereja dan bekerja sama dengan Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katholik (YPPK) St Fransiskus. Siswa sekolah ini umumnya anak anak dari keluarga suku Kanum, yang bermukim di sekitar distrik Rawa Biru. Sebagai sekolah yang mayoritas siswa berasal dari keluarga etnis lokal Kanum, kami melaksanakan pembelajaran di sekolah sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan oleh Pemerintah, juga secara bertahap kami mendidik siswa untuk menjadi penganut agama Katholik yan baik. Kami ajarkan etika, agama, dan muat lokal bahasa Kanum.

Para siswa umumnya bisa bahasa Indonesia, dan tak bisa bercakap dengan bahasa lokal atau bahasa daerah Kanum. Dikuatirkan bahasa lokal Papua akan punah, karena para penuturnya terus berkurang. Para generasi muda juga asal etnis Kanum juga, sangat terbatas menerima pengetahuan atau kosa kata dalam bahasa sesempat. Tetapi sebisa mungkin, kami berikan beberapa suku kata dalam bahasa Kanum yang kami ketahui, demikian dikatakan  pa Guru  Edmundus Yuali, guru SD setempat yang kebetulan etnis dari suku Kanum marga  Yuali. Ia juga sempat memberikan beberapa contoh kosa kata Bahasa Kanum, ketika suatu malam kami melakukan perbincangan singkat di Bivak Rawa Baru Merauke, awal Juli 2024.  Beberapa kosa kata bahasa Kanum tersebut antara lain:

Kotip = ikan; keri = buaya;

Sindo = burung;  Tauri = Kanguru;

Koor = babi; Kumbili = ketem.

Ia juga sempat menyampaikan contoh tarian lokal suku Kanum, yang hampir punah dan jarang disampaikan kepada generasi muda suku Kanum. Contoh tarian Edor yang digunakan pada saat penerimaan tamu, ucapan selamat datang, dengan kostum khusus pakaan adat Kanum. Lirik/ ungkapan kata dalam Tarian Edor tsb adalah sebagai berikut.

Kula, kula, kula, kula, kula, kula

Yekitar oza kula, kula ye kitar oo ooo

Kula kula Yekiter ooo oo.. Kula, kula ….  

Yekiter ooo ooo Watat oo  Seninggara oo oo

Yeki yeki… Yeki.. Yeki Yekitar aaa … aaaa.

Seorang tokoh adat Badan Musyawarah Kampung (Bamuskam) Kampung Yanggandur, yaitu bapak Panggrasius Mayua pernah bertutur tentang lagu Pop suku Kanum yang hampir punah karena jarang dinyanyikan. Lagu itu disebut para Orangtua suku Kanum dengan nama Sakupiao Wemoo. Lagu ini biasanya digunakan orang tua di kampung ketika merayakan pesta adat  atau ketika ada keramaian syukuran pernikahan atau bayi lahir.

Ungkapan liriknya sebagai berikut.

Sakupiao Wemoo

Sakupio wemoo ee aaa

Sakupiao Wemoo

Sakupio wemoo ee aaa

Oo Sakupioo Wemoo…

Terancam punah

Kebudayaan asli di Tanah Papua cenderung dalam keadaan terancam. Seperti dikemukakan Bank Dunia yang dikutip Wahyudin dan Sumule (2021)  bahwa kepunahan budaya local tidak bisa dihindarkan dari kenyataan karena semakin intensifnya kontak masyarakat lokal dan interaksi dengan dunia luar. Hal ini dilakukan melalui berbagai kegiatan masyarakat melalui interaksi budaya, pendidikan, perdagangan, dan perpindahan penduduk yang membawa perubahan terhadap kebudayaan Masyarakat asli Papua secara  mendalam dan permanen.

Banyak aspek kehidupan tradisional akan lenyap dalam satu atau dua generasi ke depan. Banyak bahasa lokal yang saat ini dipakai sebagai komunikasi oleh juga kemungkinan besar akan lenyap. (The Bank Dunia, 2009). Untuk meminimalkan proses perubahan yang mengikis kebudayaan asli di Papua, The Bank Dunia (2009) menyarankan perlu ikhtiar ke arah perkembangan dan kelangsungan budaya dalam konteks sejalan dengan budaya lokal Papua. Yaitu proses akulturasi yang memperhatikan dampak pembangunan terhadap penduduk asli Tanah Papua. Di satu sisi, memang tidak mungkin untuk melindungi semua aspek budaya lokal yang terancam punah, mengingat sebagian memang tidak dapat bertahan di Tengah masyarakat modern yang saling bergantung satu sama lain. Di sisi lain, perubahan budaya di Papua harus dilakukan dengan memberikan pengetahuan dan ketrampilan yang sangat perlu bagi masyarakat asli secara tepat waktu, dan bukan melalui suatu tsunami budaya. Pembangunan di Papua tidak boleh dipandang sebagai perubahan yang sekadar meningkatkan penghasilan, pendidikan, dan usia hidup rata-rata penduduk. Hal yang terpenting adalah meningkatkan kesejahteraan penduduk pribumi Papua dalam arti luas.

Itulah sekilas tentang perkembangan bahasa lokal di Papua yang dikuatirkan semakin di ambang kepunahan, seperti fenomena yang terjadi atas etnis lokal Kanum di wilayah Merauke Papua Selatan. Perlu perhatian dan strategi yang tepat bagaimana melestarikan dan memelihara budaya lokal dan kearifan lokal, dengan tetap memperhatikan dinamika dan arus globalisasi yang semakin berkembang drastis.

Rayap dalam Al Quran

Dalam Al Quran , kata rayap disebutkan dalam Surah Saba’ atat 14 yang artinya : Maka takalla Kami telah menetapkan kematian Sulaeman,  tidak ada yang menunjukkan kepada kematiannya  itu kecuali Rayap yang memakan tongkatnya. Maka takalla ia telah tersungkur, tahulah jin itu  bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui  yang gaib tentulah mereka tidak tetap  dalam siksa yang menghinakan.

Dalam kitab Tafsir Jalalain dijelaskan bahwa  Allah SWT  telah menetapkan kematian terhadap Nabi Sulaeman, wafat dalam keadaan berdiri dengan bertopang pada tongkatnya. Para jin nampaknya seperti terkejut  akan wafatnya Nabi Sulaeman yang tak diketahui oleh seorangpun kecuali oleh Rayap yang menggerogoti tongkatnya, karena sebelumnya mereka hanya mengira jika nabi Sulaiman masih hidup.

Itulah rayap, salah satu mahluk hidup yang namanya diabadikan  Allah SWT dalam Al Quran. ***

Total Views: 275

Continue Reading

Previous: KADISDIK BANDUNG BARAT LEPAS KAFILAH PENTAS PAI SMP JAWA BARAT 2024
Next: Mengenal Rapor Pendidikan

Related Stories

WhatsApp Image 2025-05-21 at 08.26.08
  • Artikel Populer

CCTV Antisipasi Kurangi Kecurangan Ujian Sekolah

bidangsmp 21 May 2025
WhatsApp Image 2025-03-12 at 15.07.09
  • Artikel Populer

PUASA, LITERASI, DAN PEMBENTUKAN KARAKTER PEDULI

bidangsmp 12 March 2025
WhatsApp Image 2025-03-06 at 11.29.47
  • Artikel Populer

Cahaya SMP Negeri 4 Cipeundeuy

bidangsmp 6 March 2025

Tautan

  • Log in
  • Entries feed
  • Comments feed
  • WordPress.org

हाल के पोस्ट

  • PELATIHAN TARL UNTUK GURU KAB.BANDUNG BARAT BERSAMA IGI DAN TELKOMSEL
  • MGMP PJOK SMP Bandung Barat Cup 2025 Sukses Digelar
  • Puluhan Atlet Pelajar Ramaikan MGMP PJOK Cup 2025
  • Disdik KBB Gelar Sosialisasi SPMB 2025
  • Taman dari Genting Bekas: Inovasi Hijau SMP Negeri 3 Ngamprah

हाल की टिप्पणियां

  1. bidangsmp on Teknik Pembelajaran Sosial-Emosional
  2. NeptunBahis Giris on Peran Guru Penggerak dalam Menggerakkan Komunitas Praktisi di Sekolah
  3. Yuli on Sambut Tahun Pelajaran 2023/2024, MKKS SR 01 SMP KBB Gelar Workshop IKM
  4. N. Mimin Rukmini on Guru Penggerak Angkatan 7 KBB Terbitkan Buku “Mereka yang Merrdeka”
  5. N. Mimin Rukmini on SMPN 2 Cikalongwetan Rebut Juara Umum GEFUC-2nd

अभिलेखागार

  • June 2025
  • May 2025
  • April 2025
  • March 2025
  • February 2025
  • January 2025
  • December 2024
  • November 2024
  • October 2024
  • September 2024
  • August 2024
  • July 2024
  • June 2024
  • May 2024
  • April 2024
  • March 2024
  • February 2024
  • January 2024
  • December 2023
  • November 2023
  • October 2023
  • September 2023
  • August 2023
  • April 2023
  • March 2023
  • November 2022
  • May 2021
  • April 2021
  • March 2021
  • November 2020
  • October 2018
  • March 2018

श्रेणियाँ

  • Artikel Populer
  • Berita
  • Edaran
  • Opini
  • PPPK 2022
  • PPPK 2023
  • Sastra
  • Tak Berkategori

You may have missed

igi kbb
  • Berita

PELATIHAN TARL UNTUK GURU KAB.BANDUNG BARAT BERSAMA IGI DAN TELKOMSEL

bidangsmp 2 June 2025
WhatsApp Image 2025-05-27 at 17.31.28
  • Berita

MGMP PJOK SMP Bandung Barat Cup 2025 Sukses Digelar

bidangsmp 27 May 2025
WhatsApp Image 2025-05-24 at 09.59.56
  • Berita

Puluhan Atlet Pelajar Ramaikan MGMP PJOK Cup 2025

bidangsmp 27 May 2025
WhatsApp Image 2025-05-26 at 09.13.07
  • Berita

Disdik KBB Gelar Sosialisasi SPMB 2025

bidangsmp 26 May 2025
Copyright © All rights reserved. | MoreNews by AF themes.