Oleh: Nina Nurlina, S.Pd., M.Pd.
(Kepala SD Negeri 2 Sodong)
“Menguak filosofi dan makna dari tergerak, bergerak dan menggerakkan pada Pendidikan Guru Penggerak”
Berbicara tentang Pendidikan Guru Penggerak dengan segala perantinya memang sangat menarik. Pendidikan Guru Penggerak sebagai salah satu elemen penting dari transformasi pendidikan cukup menarik perhatian khalayak banyak terutama yang berkiprah dalam dunia pendidikan.
Sebagaimana diketahui bahwa untuk meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan nasional, Kemendikbudristek menciptakan lompatan besar dalam pendidikan Indonesia dengan menggulirkan langkah transformasi pendidikan yang komprehensif yang berfokus pada inovasi kurikulum, pemberdayaan guru, dan penerapan teknologi di kelas.
Pendidikan Guru Penggerak sebagai salah satu langkah yang ditempuh kemendikbudristek dalam mencetak pionir dan agen-agen perubahan yang mampu membawa paradigma baru di dunia pendidikan serta memberi warna dan ikut membawa pengaruh positif bagi guru-guru lainnya merupakan salah satu program yang diharapkan mampu mewujudkan lompatan tersebut.
Guru Pengerak sebagai output dari program Pendidikan Guru Penggerak diharapkan tumbuh dan berkembang menjadi pemimpin pembelajaran yang mampu menerapkan konsep merdeka belajar dan menggerakkan seluruh ekosistem pendidikan demi terwujudnya pendidikan yang menghamba atau berpusat pada murid.
Pada Pendidikan Guru Penggerak, Calon Guru Penggerak setidaknya telah dibekali wawasan dan pengetahuan baik dalam tataran konseptual maupun praktik mengenai (1) paradigma dan visi Guru Penggerak yang meliputi refleksi filosofis pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara, nilai dan peran Guru Penggerak, visi Guru Penggerak, dan budaya positif; (2) Praktik pembelajaran yang berpihak pada murid yang meliputi memenuhi kebutuhan belajar murid melalui pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial dan emosional, dan coaching untuk supervisi akademik; dan (3) kajian mengenai pemimpin pembelajaran dalam pengembangan sekolah yang meliputi pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebaikan sebagai pemimpin, pemimpin dalam pengelolaan Sumber Daya, dan pengelolaan program yang berdampak positif pada murid,
Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara menghantarkan kita pada pemahaman mendasar mengenai konsep pendidikan dan pengajaran yang sepertinya sama namun tak serupa. Pengajaran merupakan suatu cara menyampaikan ilmu atau manfaat bagi hidup anak-anak secara lahir dan batin, sementara pendidikan dipandang sebagai tempat menaburkan benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat sekaligus sebagai instrumen tumbuhnya unsur peradaban.
Pendidikan juga dipandang sebagai tuntunan yaitu tuntunan dalam hidup tumbuhnya murid. Mendidik adalah menuntun segala kodrat yang ada pada murid agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sebagai manusia dan anggota masyarakat.
Pendidikan seyogianya mampu menghantarkan murid menjadi manusia yang merdeka yakni manusia yang hidupnya bersandar pada kekuatan sendiri, baik lahir maupun batin dan tidak tergantung pada orang lain. Oleh karena itu, jika ingin murid menjadi pribadi yang mandiri dan merdeka maka pendidikan harus menuntun segala kekuatan kodrat yang ada padanya agar dapat mencapai keselamatan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Pemahaman mendasar dan essensial ini merupakan pondasi dan pijakan awal serta stimulus agar tergerak untuk bergerak dengan menerapkan nilai-nilai guru penggerak melalui peran-peran yang diampunya dalam menggerakkan orang atau sistem menuju pada suatu visi yang merupakan refresentasi dari mimpi dan harapan dalam mewujudkan manusia merdeka ber-Profil Pelajar Pancasila.
Perwujudan dari semua itu kemudian diejawantahkan dalam praktik pembelajaran yang berpihak pada murid dan penguatan skill pemimpin pembelajaran dalam pengembangan sekolah dengan seluruh perantinya. ***