
Oleh: Dr.H. Rustiyana, ST., MT., M.Pd., M.A.P
(Sekretaris Dinas Pendidikan Kab. Bandung Barat)
Penerapan nilai-nilai dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) yang dikenal sebagai BerAkhlak—Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif—merupakan mandat krusial yang harus diwujudkan dalam setiap lini pelayanan publik, termasuk di lingkungan sekolah. Bagi para guru, kepala sekolah, dan staf tata usaha, nilai-nilai ini tidak hanya sekadar formalitas, melainkan fondasi etika dan profesionalisme yang menentukan kualitas layanan pendidikan.
Sekolah, sebagai institusi yang berinteraksi langsung dengan siswa dan masyarakat, wajib memastikan bahwa ASN-nya bertindak sebagai teladan dan agen perubahan, sehingga mampu menciptakan lingkungan belajar yang berintegritas dan berkualitas bagi generasi penerus bangsa.
Nilai-nilai BerAkhlak memiliki dampak langsung pada ekosistem pendidikan. Berorientasi Pelayanan memastikan orang tua dan siswa menerima informasi yang ramah, cepat, dan jelas, sementara Akuntabel menuntut transparansi dalam pengelolaan anggaran sekolah dan kedisiplinan dalam menjalankan tugas mengajar.
Lebih lanjut, Kompeten dan Adaptif mendorong para pendidik untuk terus belajar dan menguasai metode pengajaran terbaru, memastikan materi yang disampaikan relevan dan efektif. Kombinasi dari Harmonis dan Kolaboratif sangat penting untuk menjalin kerja sama yang sinergis, baik di antara rekan kerja maupun dengan pihak eksternal seperti komite sekolah dan masyarakat, menciptakan suasana kerja yang suportif dan inklusif tanpa diskriminasi.
Proses internalisasi nilai-nilai ini di sekolah membutuhkan strategi yang praktis dan berkelanjutan. Strategi tersebut mencakup kegiatan rutin seperti In-House Training (IHT) atau Lesson Study untuk menguatkan aspek Kompeten, hingga pembentukan Helpdesk untuk meningkatkan aspek Berorientasi Pelayanan.
Untuk menguatkan Loyalitas, pimpinan sekolah harus secara teratur memberikan penguatan ideologi kebangsaan dan menjaga nama baik profesi. Sementara itu, nilai Adaptif diwujudkan dengan kesiapan ASN untuk cepat mengadopsi teknologi digital dan perubahan kurikulum. Semua strategi ini harus didukung penuh oleh Kepala Sekolah yang berperan sebagai teladan utama, komunikator aktif, dan pengawas implementasi nilai-nilai BerAkhlak dalam setiap keputusan dan perilaku sehari-hari.
Secara spesifik di Kabupaten Bandung Barat (KBB), internalisasi nilai BerAkhlak harus selaras dengan visi pembangunan daerah. Mengingat KBB memiliki karakteristik geografis yang beragam, dari wilayah perkotaan hingga pedesaan, nilai Adaptif menjadi sangat vital, menuntut ASN untuk menyesuaikan metode pengajaran dan pelayanan dengan ketersediaan infrastruktur dan kondisi sosial-ekonomi setempat.
Selain itu, nilai Kolaboratif dapat diintensifkan melalui sinergi dengan berbagai potensi lokal, seperti Dinas Pariwisata atau pelaku UMKM di Lembang dan sekitarnya, untuk memperkaya materi pembelajaran praktis siswa. Komitmen terhadap Akuntabilitas juga penting, terutama dalam memastikan seluruh sekolah di KBB menerima alokasi sumber daya pendidikan yang adil dan transparan.
Meskipun visi BerAkhlak jelas, implementasinya di lapangan sering kali menghadapi tantangan, terutama resistensi terhadap perubahan dan interpretasi yang berbeda-beda terhadap nilai dasar. Oleh karena itu, diperlukan mekanisme pengawasan dan evaluasi yang terstruktur. Pengawasan tidak boleh dipandang sebagai tindakan menghukum, melainkan sebagai alat coaching dan pembinaan.
Sekolah perlu mengembangkan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang spesifik dan terukur untuk setiap nilai, misalnya IKU kepuasan layanan orang tua untuk Berorientasi Pelayanan atau IKU keaktifan dalam inovasi untuk Adaptif. Dengan pengukuran yang objektif, pimpinan dapat memberikan umpan balik konstruktif dan memastikan bahwa nilai-nilai tersebut tidak hanya tertulis, tetapi benar-benar terintegrasi dalam budaya kerja harian.
Nilai BerAkhlak sejatinya mendorong terciptanya siklus pembelajaran berkelanjutan di seluruh lingkungan sekolah. Hal ini terkait erat dengan prinsip Kompeten dan Adaptif. Sekolah yang berhasil menginternalisasi BerAkhlak akan bertindak sebagai organisasi pembelajar (learning organization), di mana setiap ASN didorong untuk berbagi pengetahuan, merefleksikan praktik terbaik, dan secara kolektif mencari solusi atas masalah pendidikan. Misalnya, guru yang menguasai teknologi baru (Adaptif) wajib berkolaborasi (Kolaboratif) dengan rekan sejawat untuk meningkatkan kompetensi pengajaran digital secara keseluruhan, sehingga memastikan mutu pendidikan terus relevan dengan tuntutan zaman.
Dampak paling signifikan dari internalisasi Core Value BerAkhlak di sekolah melampaui peningkatan kinerja administrasi semata; ini adalah tentang pembentukan karakter. Ketika siswa melihat guru dan staf sekolah secara konsisten menunjukkan Akuntabilitas, Loyalitas, dan Harmonis, mereka menerima pelajaran nyata tentang integritas, disiplin, dan etika sosial.
ASN yang berintegritas tinggi akan melahirkan lingkungan yang aman, adil, dan inspiratif. Dengan demikian, pengamalan BerAkhlak oleh ASN di sekolah secara langsung berkontribusi pada pencetakan generasi penerus bangsa yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan siap menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Pada akhirnya, internalisasi Core Value BerAkhlak di lingkungan pendidikan, khususnya di Kabupaten Bandung Barat, adalah investasi strategis bagi masa depan. Ketika ASN di sekolah secara konsisten mengamalkan nilai-nilai ini, akan tercipta budaya kerja yang profesional, etis, dan berintegritas. Hasilnya bukan hanya peningkatan kualitas pelayanan publik di sektor pendidikan, tetapi juga pembentukan karakter siswa yang kokoh, selaras dengan visi mewujudkan ASN yang unggul dan berakhlak mulia. ***