Oleh: Adhyatnika Geusan Ulun
(Kepala SMPN Satu Atap Lembang Cililin)
Adalah menarik ketika kurikulum satuan pendidikan (KSP) menampilkan kokurikuler sebagai komponen penting struktur kurikulum. Terlebih, regulasi yang mengatur kegiatan kokurikuler, yakni Permendikdasmen No. 13 Tahun 2025 mempertegas bahwa komponen tersebut merupakan bagian dari pendekatan pembelajaran mendalam yang tidak hanya fokus pada aspek akademik, namun juga pada pengembangan karakter murid secara holistik.
Pengertian Kokurikuler
Seperti diketahui, kokurikuler adalah kegiatan pembelajaran yang dirancang untuk memperkuat capaian pembelajaran intrakurikuler melalui aktivitas kontekstual, aplikatif, dan kolaboratif. Dalam konteks Kurikulum Merdeka 2025, kokurikuler menjadi media transformasi pendidikan yang memadukan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik dalam pengalaman belajar yang nyata.
Dilansir dari panduan kokurikuler yang diterbitkan Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (2025), satuan pendidikan perlu menghadirkan beragam pengalaman belajar yang bermakna sebagai upaya membentuk kompetensi murid secara utuh. Pengalaman belajar yang beragam ini diperoleh melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler.
Dengan demikian, kegiatan kokurikuler menjadi bagian integral dan berperan strategis untuk mengembangkan kompetensi murid, terutama karakter.
Rancangan kegiatan kokurikuler sebaiknya mendorong murid bebas bereksplorasi melalui berbagai aktivitas yang menyenangkan dan bermakna. Kokurikuler berisi kegiatan eksperiensial, langsung, berorientasi pada tindakan dan berdasarkan keterampilan.
Dari landasan tersebut, kegiatan kokurikuler dalam panduan ini disajikan dalam bentuk pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu, gerakan 7 (tujuh) kebiasaan anak Indonesia hebat, dan/atau cara lainnya untuk memahami, mengaplikasi, dan merefleksi materi terhadap isu atau permasalahan nyata yang relevan bagi murid.
Tema dalam pelaksanaan kegiatan kokurikuler berfungsi menyatukan berbagai gagasan yang mengaitkan kegiatan pembelajaran sesuai dengan konteks sosial budaya dan karakteristik murid. Satuan pendidikan berperan penting dalam merancang muatan kokurikuler yang tidak hanya memperhatikan kebutuhan kurikulum, tetapi juga berlandaskan pada potensi dan kekuatan murid serta lingkungannya sebagai titik tolak pengembangan kegiatan.
Dengan demikian, kegiatan kokurikuler menjadi ruang tumbuh yang otentik bagi murid untuk belajar dengan cara yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan.
Karakteristik Kokurikuler
Sementara itu, karakteristik utama kegiatan kokurikuler, yaitu: Terintegrasi dengan intrakurikuler, kontekstual dan aplikatif, mendorong pembelajaran bermakna, dan diferensiatif.
Untuk karakteristik terintegrasi dengan intrakurikuler, materi pelajaran menjadi pijakan untuk kegiatan kokurikuler. Sedangkan untuk kontekstual dan aplikatif, kegiatan kokurikuler memiliki ciri khas belajar di luar kelas, berbasis komunitas, atau proyek nyata.
Di sisi lain, karakteristik kokurikuler yang mendorong pembelajaran bermakna, yakni memberi ruang refleksi dan kontribusi sosial. Sementara untuk karakteristik diferensiatif, kegiatan kokurikuler dapat disesuaikan dengan karakter, kebutuhan, dan potensi daerah masing-masing satuan pendidikan.
Tujuan Umum Kokurikuler
Secara umum, tujuan kokurikuler, yaitu: Membangun koneksi nyata antara materi pelajaran dan kehidupan sehari-hari. Kemudian, membangun kreativitas, kepemimpinan, kerja sama tim, dan kemandirian.
Tujuan lain kegiatan kokurikuler secara umum, adalah: Memperkuat literasi dan numerasi dalam konteks yang aplikatif, dan mendorong keterlibatan sosial dan kesadaran lingkungan.
Dalam struktur waktu pembelajaran, kegiatan kokurikuler dirancang untuk setiap fase belajar (A–F) yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Juga, sebagai bagian dari alokasi jam pelajaran mingguan (bukan jam tambahan terpisah), dengan indikator capaian yang setara dengan capaian pembelajaran intrakurikuler.
Ata hal tersebut, aktivitas kokurikuler memiliki arah yang jelas: Memperkaya dan memperdalam pemahaman peserta didik terhadap pelajaran, karakter, dan nilai-nilai kehidupan.
Prinsip Kokurikuler
Desain yang dirancang agar aktivitas kokurikuler dapat terlaksana secara efektif, harus berdasarkan prinsip: (1) Berbasis capaian pembelajaran, (2) Kontekstual dan lokalitas, (3) Partisipatif dan reflektif, (4) Fleksibel dan diferensiatif, serta (5) Terukur.
Berbasis capaian pembelajaran mengandung arti bahwa kegiatan kokurikuler harus dimulai dari tujuan pembelajaran, kemudian merancang aktivitas pembelajaran.
Selanjutnya, prinsip kontekstual dan lokalitas, yakni pembelajaran menggunakan isu lokal, budaya, atau potensi lingkungan sekitar satuan pendidikan. Kemudian, partisipatif dan reflektif di mana murid tidak hanya terlibat secara fisik, namun juga diajak berpikir, diskusi, dan merefleksi pengalaman belajar.
Pada prinsip fleksibel dan diferensiatif, pembelajaran tidak menggunakan satu format, namun disesuaikan dengan kondisi dan karakter murid. Dan, memiliki prinsip terukur dalam menyusun rubrik atau indikator capaian pembelajaran yang jelas.
Contoh Kokurikuler
Kegiatan kokurikuler yang dapat diadaptasi di sejumlah jenjang pada tema literasi dan numerasi, sebagai berikut.
- “Pojok Cerita Dunia”– Membaca dan mengulas buku dari berbagai negara.
- “Matematika di Pasar”– Simulasi jual beli untuk memahami pecahan dan aritmetika.
- “Jejak Angka Nusantara”– Perjalanan numerasi melalui motif batik dan ukiran.
Kemudian untuk tema lingkungan dan sains, contohnya sebagai berikut.
- “Sains dari Dapur”– Eksperimen ilmiah menggunakan bahan-bahan dapur.
- “EcoRangers”– Tim pemantau sampah dan kampanye daur ulang.
- “Langitku Malam Ini”– Observasi astronomi dan pencatatan benda langit.
Tema: Kearifan Lokal dan Budaya:
- “Cerita dari Leluhur”– Proyek pengumpulan cerita rakyat daerah.
- “Gamelanku, Warisanku”– Kolaborasi seni musik tradisional antar kelas.
- “Batik Bertutur”– Workshop batik sambil mempelajari filosofi motif.
Tema: Kewirausahaan dan Ekonomi:
- “Warung Ideku”– Simulasi usaha kecil berbasis komunitas sekolah.
- “Uangku, Pilihanku”– Literasi keuangan anak usia dini hingga SMP.
- “Desain untuk Dagang”– Pembuatan kemasan produk makanan lokal.
Tema: Kepemimpinan dan Kolaborasi:
- “Forum Suara Siswa”– Simulasi musyawarah dan advokasi isu sekolah.
- “Proyek Bersama”– Aktivitas kolaboratif antar kelas atau angkatan.
- “Jembatan Antar Generasi”– Wawancara dan kolaborasi dengan lansia sekitar.
Tema: Teknologi dan Inovasi:
- “Kode untuk Kampungku”– Menggunakan Scratch untuk membuat solusi lokal.
- “Detektif Data”– Belajar statistik dengan menyurvei kebiasaan siswa.
- “Kreasi Digital Nusantara”– Membuat karya seni digital bertema kebudayaan.
Tema: Karakter dan Kebangsaan:
- “Sahabat Damai”– Simulasi penyelesaian konflik dan toleransi.
- “Jejak Merah Putih”– Misi petualangan sejarah melalui peristiwa nasional.
Implementasi Kokurikuler
Pelaksanaan kokurikuler dilakukan secara fleksibel, dari segi muatan, kegiatan, dan waktu pelaksanaannya. Satuan pendidikan dapat melibatkan orang tua, masyarakat dan/atau dunia kerja untuk merancang dan menyelenggarakan kokurikuler.
Selain itu, pelaksanaan kokurikuler perlu dikelola dengan sistematis agar tak sekadar menjadi aktivitas seremonial. Maka, langkah efektif implementasi kokurikuler, yaitu:
- Integrasikan dengan RPP dan modul ajar.
- Libatkan wali kelas dan guru mata pelajaran secara sinergis.
- Dokumentasikan proses dan hasil kegiatan untuk refleksi bersama.
- Gunakan portofolio sebagai alat ukur pencapaian kokurikuler.
- Berikan ruang publikasi hasil kokurikuler siswa melalui pameran, majalah dinding digital, dan media sosial sekolah.
Simpulan
Akhirnya, kokurikuler memiliki peran strategis untuk menjembatani antara pembelajaran konseptual di kelas dan penerapannya dalam kehidupan nyata, sehingga murid dapat mengembangkan kompetensi secara lebih utuh dan kontekstual. Kompetensi dalam hal ini adalah delapan dimensi profil lulusan. Selain itu, aktivitas kokurikuler secara langsung memengaruhi kualitas pembelajaran dan karakter siswa secara jangka panjang. Kegiatan ini dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan menyampaikan ide, membuka wawasan akan isu sosial, budaya, dan lingkungan, menumbuhkan kecintaan terhadap sekolah karena belajar menjadi menyenangkan, dan membentuk identitas pembelajar seumur hidup yang reflektif dan solutif. ***