Oleh: H. Budi Ruhiat, M.Pd
(SMPN 1 Saguling)
Perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat, memberikan pengaruh yang sangat besar dalam membentuk sikap dan perilaku anak, sejak SD, SMP dan SMA.
Dari ketiga jenjang pendidikan tersebut, perubahan yang sangat signifikan terjadi pada siswa SMP, mulai dari perubahan suara, fisik atau perkembangan tinggi badan pada anak laki-laki, sedangkan pada perempuan tumbuhnya perubahan fisik yang ekstrim, seperti datang bulan dan masa perubahan yang sangat besar terbentuk.
Usia 12 tahun sampai dengan 15 tahun, menurut ilmu Psikologi disebut sebagai masa remaja atau masa perubahan dinamakan sebagai early adolescent. Pada masa ini terjadi masa pencarian jati diri, sikap yang labil dan mudah dipengaruhi oleh orang lain, ditambah pengaruh media sosial yang sedemikian besar, karena zaman terus berubah,
Upaya pemerintah dalam dunia pendidikan formal dengan dilaksanakannya pendidikan karakter, mulai dari program Pendidikan Civic Hukum, Pendidikan Moral Pancasila, Penataran P4, Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang kemudian dilanjutkan dengan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Semua program tersebut bertujuan untuk membentuk kepribadian anak bangsa yang sesuai dengan nilai nilai Pancasila.
Menurut Prof. Dasim Budimansyah, dosen UPI Bandung, menjelaskan kegagalan pendidikan karakter di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya sekolah masih sangat terfokus dalam penyampaian moral knowing dan moral training, tetapi tidak sampai menyentuh tahapan moral being, yaitu proses pembiasaan di mana anak secara kontinyu melakukan perbuatan moral.
Menindaklanjuti pendapat tersebut, di Sekolah dilakukan program pembiasaan pembinaan karakter. Namun, hal tersebut belumlah berdampak secara signifikan, karena pada dasarnya tanggung jawab pendidikan karakter dan pengetahuan merupakan tanggung jawab bersama, antara sekolah (Alam Perguruan), orang tua (Alam Keluarga), dan lingkungan masyarakat (Alam Pergerakan Pemuda) seperti yang di sampaikan oleh Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara.
Realita yang terjadi sekarang ini antara ketiga sentra tersebut tidak dapat berjalan dengan baik, seperti pengalaman yang dialami penulis selama melaksanakan tugas sebagai guru di antaranya, dari sisi orang tua (Alam Keluarga) Ketika siswa melakukan pelanggaran tata tertib sekolah, kemudian mendapat teguran dan pembinaan dari guru atau pelayanan BP/BK dari Sekolah dengan menghadirkan orang tua di Sekolah, masih ada orang tua yang tidak menerima kenyataan bahwa anaknya melakukan pelanggaran tersebut bahkan membelanya dengan menyatakan bahwa anaknya baik baik saja, kemudian dari sisi lingkungan Masyarakat (Alam Pergerakan Pemuda) , lingkungan banyak memberikan contoh yang tak patut di tiru, baik media elektronik maupun figur yang semestinya dapat memberikan contoh, dan Sekolah (Alam Perguruan) model pembiasaan di Sekolah tidak di tunjang dengan pembiasaan di lingkungan lainnya.
Simpulannya, pendidikan akan berhasil dengan baik jika ketiga unsur tersebut dapat sejalan melaksakan fungsi Pendidikan dengan baik, apalagi jika di lingkungan keluarga sebagai awal lingkungan pendidikan dimulai sudah baik akan berdampak pada Pendidikan di Sekolah, untuk selanjutnya diberikan contoh karakter yang baik dari lingkungan Masyarakat (Alam Pergerakan Pemuda) sebagai aplikasi pendidikan di Sekolah.***