Padalarang KBB-Dalam upaya meningkatkan kompetensi guru Bahasa Inggris menghadapi tantangan literasi abad ke-21, workshop bertajuk “Making Meaning Beyond Words: Exploring Multimodal Literacy in the English Classroom” sukses diselenggarakan di SMPN 2 Padalarang, Selasa (6/5/25).
Kegiatan yang diikuti oleh para guru Bahasa Inggris dari berbagai jenjang pendidikan di wilayah Kab. Bandung Barat (KBB) dan sekitarnya tersebut, merupakan kolaborasi antara Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), PELTIN, Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat, dan MGMP Bahasa Inggris Sub Rayon 02 Kab. Bandung Barat.
Dalam sambutannya membuka kegiatan, Analis Kurikulum Pendidikan Dasar, Arif Budiman Laisina, mewakili Dinas Pendidikan KBB mengapresiasi workshop di atas. Menurutnya, kegiatan ini sangat penting bagi pembaruan praktik pembelajaran bahasa di sekolah.
“Apresiasi yang tinggi atas inisiatif workshop ini. Semoga hasilnya dapat menjadi pembaruan praktik pembelajaran bahasa di sekolah-sekolah, khusus di Bandung Barat,” ujarnya.
Senada dengan Plt. Kepala SMPN 2 Padalarang, Agus Samsu Permana yang menyambut baik kegiatan tersebut. Pihaknya mendapat kehormatan menjadi tuan rumah workshop yang sangat penting bagi pengemabnagn pembelajaran Bahasa Inggris.
“Kami merasa terhormat menjadi tuan rumah kegiatan yang luar biasa ini. Workshop ini membuka wawasan baru bagi para guru dalam mengembangkan pembelajaran Bahasa Inggris yang lebih kontekstual dan relevan,” tuturnya.
Sambutan positif juga disampaikan oleh Kepala Balai Bahasa UPI yang juga merupakan Presiden PELTIN, Ika Lestari Damayanti. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa penguatan literasi multimodal menjadi kebutuhan mendesak dalam pendidikan bahasa.
“Guru perlu dilengkapi dengan pendekatan yang mampu menjawab kebutuhan siswa masa kini yang hidup dalam dunia yang kaya akan teks visual, audio, dan digital,” tegasnya.
Di sisi lain, sesi utama workshop diisi oleh narasumber internasional, Dr. Alexius Chia, dosen senior dari Nanyang Technological University, Singapura. Dalam paparannya, Dr. Chia menekankan bahwa literasi masa kini harus melampaui kata-kata tertulis. Peserta terlihat antusias mengikuti sesi yang disampaikan secara interaktif dan inspiratif tersebut.
“Siswa perlu dilatih untuk membaca dan menciptakan makna melalui kombinasi teks, gambar, suara, dan media digital,” ungkapnya.
Sementara itu, para peserta workshop menyampaikan tanggapan yang sangat positif terhadap kegiatan ini. Mereka mengaku mendapatkan wawasan dan inspirasi baru dalam mengembangkan metode pembelajaran Bahasa Inggris yang lebih menarik dan bermakna.
“Materinya sangat relevan dan aplikatif. Saya merasa lebih siap untuk menghadirkan pengalaman belajar yang lebih kaya dan interaktif di kelas,” ujar salah satu peserta.
Harapan positif pun disampaikan oleh para guru yang hadir. Mereka berharap kegiatan seperti ini dapat terus berlanjut dan menjangkau lebih banyak pendidik di masa mendatang. Dengan adanya pelatihan yang berkelanjutan, para guru yakin dapat menciptakan ruang belajar Bahasa Inggris yang lebih kreatif, inklusif, dan adaptif terhadap perkembangan zaman. ***