Andri Rahmansah, S. Pd.
( SMPN 3 Ngamprah)
Bahasa dan medsos memiliki keterkaitan yang sangat erat. Melalui medsosnya, manusia sering mengungkapkan pikiran dan perasaannya, tentu menggunakan bahasa sebagai alat interaksinya.
Kadang kala medsos pun menjadi tempat orang untuk curhat, niaga, pamer, menghilangkan gabut, menyindir, mencaci, menyebar hoaks, just for having fun, menjadi media berdoa dan sebagainya. Karena itu, medsos bisa menjadi jalan kebaikan atau keburukan.
Mungkin kita pernah atau bahkan sering membaca atau menulis sebuah pengharapan kepada Sang Pencipta seperti berikut.
Sekilas memang tak ada masalah dalam wujud berbahasa seperti itu. Kita akan dengan mudah menangkap pesan tersebut, yaitu wujud syukur dan berharap kebaikan-kebaikan berikutnya dari Sang Kholik. Namun demikian, sejatinya ketika berdoa, kita dianjurkan langsung berdoa kepada Sang Pencipta, Allah Swt. tanpa perantara media sosial karena dalam salah satu firman Allah berbunyi, “Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, jawablah bahwa Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdo’a kepada-Ku,” Al Baqoroh: 186.
Lain halnya dengan memohon didoakan. Misalnya, ada rekan yang meninggal dan kita memiliki satu kewajiban untuk menyampaikan kepada orang lain. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan membuat SW (Status WA) atau story IG seperti berikut Innalillahi wa innailaihi rojiun. Telah berpulang ke rahmatullah Fulan bin Fulan semoga almarhum diterima iman islamnya. Aamiin.
Mungkin pula kita menulis seperti ini Akreditasi hari ini. Doakan yang terbaik, Guys. Dengan menulis seperti itu, kita sebetulnya bukan hanya menyebarkan informasi, melainkan juga mengharapkan do’a terbaik dari orang-orang yang membacanya. Berdoa dan memohon didoakan memang dua hal yang berberda. Karena itu, mari kita luruskan itentions saat menuliskan sesuatu.
Sekaitan dengan hal itu, dalam wujud berbahasa tersebut terdapat kata diberikan. Sebetulnya sah-sah saja orang menggunakan kata tersebut. Toh, pesan atau isi komunikasi tersebut bisa dipahami apalagi dalam situasi nonformal. Namun, kadang kala kita pun menggunakan kata tersebut dalam situasi formal. Jika ditilik secara semantik, kata diberi sebetulnya bermakna ‘untuk diri sendiri.’ Seperti dalam informasi tersebut, sebetulnya kalimat itu wujud rasa syukur karena penulis telah diberi rezeki berupa kemampuan mengolah makanan dan minuman. Namun, entah karena ketidaktahuan atau mungkin karena kecepatan berpikir tidak diiringi dengan kecepatan menulis (typo), akhirnya tulisan seperti tadi yang muncul di permukaan.
Sementara itu, kata diberikan sebetulnya ditujukan untuk orang lain. Mari kita perhatikan kalimat berikut! Hadiah sepedah diberikan kepada peserta yang mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh presiden dengan benar. Namun, pada kenyataannya kata diberikan banyak digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan yang sifatnya untuk pribadi. Dalam sebuah doa yang sering kita dengar atau mungkin kita ucapkan seperti berikut. Mudah-mudahan kita semua diberikan kesehatan.
Dalam Bahasa Indonesia, proses morfologis (proses pembentukan kata) yang berupa afiksasi (proses pembentukan kata dengan melibatkan imbuhan) sangat produktif. Misalnya, salah satu imbuhan yang sering digunakan adalah imbuhan di-i. Dari imbuhan tersebut, kita sering mendengar atau melafalkan kata dicintai pada kalimat Meskipun bukan berasal dari rahim sendiri, anak-anak yatim itu dicintai oleh orang tua sambungnya.
Dari kata dicintai kita bisa menyimpulkan makna kata tersebut adalah ‘diberi cinta.’ Kita pun mendengar atau bahkan sering melafalkan kata digulai pada kalimat Agar lebih gurih, sayur itu digulai. Kata digulai pada kalimat itu bermakna ‘diberi gula.’ Kata-kata lain yang hampir semakna adalah ditandai yang berarti ‘diberi tanda,’ diwarnai yang berarti ‘diberi warna,’ disayangi yang bermakna ‘diberi rasa sayang’, dan sebagainya. Lantas, bagaimana dengan nasib kata berita bila diberi imbuhan tersebut?
Mungkinkah jawabannya mengikuti pola yang sama atau mungkin kita menghindarinya? Mungkin pula kita cenderung menggunakan kata diberi tahu dengan pertimbangan makna reflektif yang ditimbulkan dan menggunakan alternatif lain, yaitu imbuhan di ditambah kata beri tahu. Silakan dipilih sesuai selera masing-masing. Life is a choice!
Profil Penulis: Andri Rahmansah berpofesi sebagai guru di SMPN 3 Ngamprah sejak 1 Januari 2011.