Skip to content

Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat

Primary Menu
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Tujuan Dinas Pendidikan
    • Struktur Organisasi
    • Pejabat Struktural Dinas Pendidikan
    • Tupoksi
    • Kontak Kami
    • Visi Misi & Moto
    • Maklumat Pelayanan
  • Statistik
    • Neraca Pendidikan 2016
    • Neraca Pendidikan 2017
    • Neraca Pendidikan 2018
    • Neraca Pendidikan 2019
    • Neraca Pendidikan 2020
    • Neraca Pendidikan 2021
  • Produk Hukum
  • Download
    • Library Document
    • Ebook
  • SAKIP
    • Renstra Disdik 2018-2023
    • IKU 2022
    • Perjanjian Kinerja Pejabat Eselon 2022
    • RKT Tahun 2021
  • Gallery Photo
  • Standar Pelayanan
  • PPPK
    • PPPK 2022
    • PPPK 2023
  • Portal Layanan
    • Portal Pelayanan
    • Portal Pengaduan
    • PETADIK
  • Publikasi
    • Majalah Kinanti
    • Podcast Bisa Cerdas
  • Home
  • News
  • HAYU ULIN ‘’NGAHIJI DINA RAHAYU’

HAYU ULIN ‘’NGAHIJI DINA RAHAYU’

Oleh: Hadi Permana, S.Pd
(Guru SD Negeri Ciketa)

Program Hayu Ulin adalah inisiatif kokurikuler yang menghidupkan kembali permainan tradisional Jawa Barat sebagai sarana melatih keterampilan sosial, kepemimpinan, dan memperkuat nilai-nilai budaya lokal pada siswa sekolah dasar.

Permainan tradisional merupakan warisan budaya yang kaya akan nilai-nilai kebersamaan dan keterampilan hidup. Namun, di era digital ini, permainan tradisional Jawa Barat mulai terpinggirkan oleh gadget dan hiburan modern. Melalui Program Hayu Ulin, yang dirancang sebagai kegiatan kokurikuler untuk siswa sekolah dasar, upaya pelestarian budaya ini dikemas menarik. Program ini tidak hanya menghidupkan kembali permainan tradisional seperti dam-daman dan bebedilan bambu tetapi juga memperkuat karakter dan keterampilan sosial siswa. Melalui aktivitas berbasis budaya lokal, siswa diajak memahami pentingnya menghargai warisan budaya sekaligus mengembangkan potensi diri sesuai minat dan bakat mereka.

Program ini bertujuan melibatkan siswa dalam melestarikan permainan tradisional sekaligus membangun keterampilan sosial, kepemimpinan, dan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila. Dalam prosesnya, siswa diajak menjadi pelopor yang aktif, baik sebagai peserta maupun pemimpin kegiatan. Dengan berinteraksi dalam permainan, mereka belajar tentang kerja sama, menghormati aturan, serta mengapresiasi keberagaman. Hasilnya, siswa tidak hanya memahami budaya lokal tetapi juga memiliki pola pikir positif, kebahagiaan yang meningkat, serta rasa kepemilikan terhadap tradisi yang kini menjadi bagian dari jati diri mereka

Langkah-langkah pelaksanaan program ini dimulai dengan sosialisasi kepada siswa, guru, dan orang tua untuk menciptakan dukungan bersama. Permainan tradisional yang akan dimainkan dipilih berdasarkan minat dan bakat siswa, dengan menyediakan pojok permainan tradisional sebagai ruang praktik yang interaktif. Selain itu, siswa dilibatkan sebagai pemimpin tim dan fasilitator, memberikan mereka tanggung jawab yang mendukung pengembangan kepemimpinan. Evaluasi dilakukan setiap bulan untuk memastikan keberlanjutan program, mengevaluasi dampak, dan memperbaiki kekurangan.

Tantangan utama yang dihadapi adalah kurangnya partisipasi siswa dalam kegiatan serta keterbatasan waktu guru untuk memfasilitasi permainan. Namun, hambatan ini dapat diatasi dengan melibatkan komunitas sekolah secara aktif, termasuk peran orang tua dan siswa senior sebagai pendamping. Dengan pendekatan ini, Program Hayu Ulin menjadi wadah untuk mempererat kebersamaan sekaligus menghidupkan kembali budaya yang hampir terlupakan. Bersama, kita dapat “ngahiji dina rahayu” atau bersatu dalam keberkahan untuk melestarikan warisan leluhur.

Ketergantungan pada teknologi, terutama di kalangan anak-anak, menjadi salah satu tantangan besar di era modern. Penggunaan gadget yang berlebihan sering kali mengakibatkan dampak negatif, seperti kurangnya interaksi sosial, penurunan konsentrasi, hingga gangguan kesehatan fisik dan mental. Anak-anak cenderung terisolasi dari lingkungan sosialnya, sehingga kemampuan untuk berkolaborasi, berempati, dan memahami orang lain menjadi terhambat. Program Hayu Ulin hadir sebagai solusi untuk mengurangi ketergantungan siswa pada teknologi dengan mengenalkan kembali permainan tradisional sebagai alternatif aktivitas yang menarik dan edukatif.

Melalui program ini, siswa diajak untuk aktif bermain bersama teman-teman mereka, menjauhkan diri dari layar gadget, dan menikmati keseruan yang ditawarkan oleh permainan tradisional seperti bebedilan bambu, dam-daman, dan galah asin. Permainan ini tidak hanya menghibur tetapi juga mendorong interaksi langsung yang melibatkan kerja sama, strategi, dan komunikasi. Dengan demikian, siswa dapat mengembangkan keterampilan sosial yang selama ini berkurang akibat terlalu sering berinteraksi secara virtual.

Selain itu, permainan tradisional juga membantu siswa meningkatkan kesehatan fisik mereka. Berbeda dengan aktivitas berbasis teknologi yang cenderung pasif, permainan tradisional melibatkan gerakan tubuh yang intens seperti berlari, melompat, dan menyeimbangkan diri. Aktivitas ini mendukung perkembangan motorik, meningkatkan kebugaran tubuh, dan membantu siswa mengurangi risiko obesitas akibat pola hidup yang kurang aktif. Program Hayu Ulin menjadi jembatan untuk mengembalikan pola hidup sehat di kalangan siswa.

Dampak positif lainnya adalah peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa. Banyak permainan tradisional yang menuntut siswa untuk berpikir cepat, menyusun strategi, dan memecahkan masalah, seperti dalam permainan dam-daman yang melibatkan logika dan perencanaan. Dengan keterlibatan ini, siswa tidak hanya terhibur tetapi juga mendapatkan manfaat edukatif yang mendukung perkembangan kognitif mereka. Hal ini menjadi solusi nyata untuk menggantikan waktu yang terbuang di depan gadget dengan aktivitas yang lebih produktif.

Program ini juga menawarkan nilai tambah berupa penguatan rasa cinta terhadap budaya lokal. Siswa diajak mengenal kembali warisan budaya leluhur yang sarat akan nilai-nilai positif seperti kebersamaan, sportifitas, dan kemandirian. Dengan demikian, mereka tidak hanya mengurangi ketergantungan pada teknologi tetapi juga merasa bangga menjadi bagian dari komunitas budaya yang kaya. Melalui Program Hayu Ulin, generasi muda diajak untuk menjadi pelopor dalam melestarikan budaya tradisional, sekaligus membangun jati diri yang kuat. ***

Total Views: 205

Continue Reading

Previous: KEKAL BERDASI – Kearifan Lokal dalam Pembelajaran Berdiferensiasi
Next: “Gelas Kaca” – Pembelajaran Berkarakter Lingkungan Hidup di SMKN 1 Cipatat

Cari Berita Disini

Popular Post

You may have missed

dinn1
  • Artikel Populer

Sekolah di Perbatasan, Garuda di Dadaku

bidangsmp 29 June 2025
WhatsApp Image 2025-06-17 at 09.32.26
  • Berita

Jurnal Kinanti Raih Tiga Besar Lomba Inovasi Daerah KBB 2025

bidangsmp 18 June 2025
PGRI KBB
  • Berita

Selamat, Rustiyana Pimpin PGRI Kab. Bandung Barat Periode 2025-2030!

bidangsmp 15 June 2025
igi kbb
  • Berita

PELATIHAN TARL UNTUK GURU KAB.BANDUNG BARAT BERSAMA IGI DAN TELKOMSEL

bidangsmp 2 June 2025
Copyright © All rights reserved. | MoreNews by AF themes.