Hari Kesaktian Pancasila yang diperingati pada setiap 1 Oktober memang tidak semeriah hari besar nasional lainnya. Bahkan, masih kalah meriah dibandingkan dengan Hari Kelahiran Pancasila yang diperingati pada 1 Juni. Kenapa demikian? Tentu, bukan hanya momentum yang membersamai hari besar nasional tersebut saja, namun sejarah yang melatarbelakangi lahir keduanya.
Seperti diketahui, Hari Lahir Pancasila merupakan salah satu tonggak berdirinya negara Indonesia. Darinya, konsep dasar negara yang penyempurnaan redaksi silanya terdapat pada alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Sedangkan Hari Kesaktian Pancasila lahir dari sejarah kelam yang pernah menyelimuti perjalanan bangsa ini, sehingga peringatannya pun lebih bersifat berkabung. Mungkin inilah yang menjadi salah satu penyebab mengapa peringatan Hari Lahir Pancasila begitu meriah dibadingkan Hari Kesaktian Pancasila.
Sebagaimana yang dipelajari pada sejarah perjalanan bangsa kita, Hari Kesaktian Pancasilan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari peristiwa penghianatan Gerakan 30 September (G30S) PKI pada 1965. Gerakan yang didalangi PKI tersebut bertujuan meruntuhkan kedudukan Pancasila untuk digantikan faham komunis sebagai ideologi bangsa Indonesia.
Saat itu, 58 tahun yang lalu, akibat G-30S/PKI, bangsa Indonesia mengalami tragedi mengerikan dengan terengutnya putra-putra terbaik bangsa, Yaitu:
- Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi)
- Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)
- Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan)
- Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
- Brigjen Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik)
- Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)
- Lettu Piere Tendean (Ajudan Menko/Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jend. AH.Nasution)
Semuanya dimasukan ke dalam sumur tua di Lubang Buaya, daerah Lanud Halim Perdanakusuma. Selain ketujuh perwira tersebut, ada juga beberapa orang lainnya yang juga turut menjadi korban, yakni:
1. Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II dr. J. Leimena)
2. Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
3. Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
Makna Hari Kesaktian Pancasila
Pemerintah Orde Baru di bawah pimpinan Presiden Suharto telah menetapkan 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila melalui Surat Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Darat tertanggal 17 September 1966 (Kep 977/9/1966). Di dalamnya terkandung makna yang sangat penting bagi bangsa Indonesia, baik secara sejarah, maupun pesan moralnya.
Secara fakta sejarah, Hari Kesaktian Pancasila merupakan momen untuk mengenang dan menghargai jasa-jasa para pahlawan revolusi yang gugur dalam peristiwa G-30S/PKI. Dan, mereka yang gugur terebut merupakan spirit juang elemen bangsa untuk rela berkorban dalam mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia.
Sedangkan pesan moral yang digaungkan oleh peringatan Hari Kesaktian Pancasila adalah momentum untuk meningkatkan rasa nasionalisme dan patriotisme bangsa Indonesia, dengan mengaktualisasikan sila-sila dari Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dari segala bentuk ancaman dan gangguan, dalam maupun luar negeri yang berpotensi merusak keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa.
Simpulan
Akhirnya, sebagaimana yang dicanagkan dalam tema Hari Kesaktian Pancasila 2023 yang dituangkan dalam Surat Edaran Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI Nomor 31328/MPK.F/TU.02.03/2023 tentang Penyelenggaraan Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila Tahun 2023,yakni “Pancasila Pemersatu Bangsa Menuju Indonesia Maju”, maka hari bersejarah tersebut hendaknya terus menjadi spirit abadi dalam meningkatkan nasionalisme dan patriotisme dalam mewujudkan Indonesia yang semakin kokoh persatuan dan kesatuannya dengan tidak melupakan jasa-jasa para pahlawan kusuma bangsanya. ***
Penulis: Adhyatnika Geusan Ulun (Tim Peliput Berita Pendidikan Bandung Barat).