Oleh: Nani Sulyani (Kepala SMPN 3 Saguling)
Hari Rabu lalu (17/03/2021), saya mengikuti webinar bertema “Kepemimpinan Kepala Sekolah di Sekolah Penggerak” yang diselenggarakan oleh Gramedia Mitra Edukasi dan Direktorat P3GTK. Webinar menghadirkan dua narasumber, yaitu Denny Darulistyanto tentang Learning Managemen System (LSM) dan Dr. Mansur, S.Pd., M.Pd. dengan materi Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Program Sekolah Penggerak. Materi yang disampaikan kedua pembicara ini sangat penting dan menarik. Terbukti peserta sangat antusias merespon melalui berbagai pertanyaan.
Pemaparan materi dari Dr. Mansur lebih menekankan pada pentingnya leadership. Disebutkan, bahwa kepala sekolah memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap hasil pembelajaran dan hasil prestasi siswa. Leadhership is a process, not a position. Oleh sebab itu, dalam perjalanan menuju suksesnya visi Pendidikan Indonesia, yaitu mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa pada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, bergotong royong dan berkebhinekaan global, perlu adanya penyelarasan dari Transformasional Leadership kepada Instructional Leadership.
Materi yang disampaikan oleh Dr. Mansur terekstrak ke dalam 17 slide show. Dari tayangan tersebut ada sebuah slide yang menarik perhatian saya. Pada slide ke-enam belas tertulis “Pembelajaran dengan paradigma baru dirancang berdasarkan ‘prinsip pembelajaran yang terdiferensiasi’, sehingga siswa belajar sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya.
Menurut KBBI, kata diferensiasi berarti proses, cara, perbuatan membedakan; pembedaan. Dalam bidang pendidikan, diferensiasi pembelajaran dimaknai sebagai praktik guru yang di dalam penyampaian pembelajarannya telah melakukan penyesuaian pada kesiapan, minat, dan gaya belajar para siswanya. Dalam hal ini, guru tersebut melakukan modifikasi strategi mengajarnya terhadap konten, proses, dan produk dengan terlebih dahulu melakukan kegiatan asesmen.
Apa saja yang dilakukan guru dalam kegiatan asesmen? Melalui kegiatan asesmen ini para guru menggali berbagai informasi tentang siswa dan lingkungannya, termasuk kegiatan belajar di sekolah dan di rumahnya. Berbagai informasi yang diekplorasi guru dari siswa, selain minat dan kebutuhan belajar adalah “gaya belajar atau tipe pelajar”. Gaya belajar siswa adalah kecenderungan spesifik seorang siswa dalam menangkap/menyerap dan memproses informasi/materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Sebagaimana diketahui, dalam kegiatan pembelajaran, para siswa menyerap informasi/pengetahuan melalui panca indera yang dimilikinya. Kemampuan siswa dalam menyerap informasi tersebut memiliki tingkatan dan cara yang berbeda-beda. Dengan kata lain, setiap siswa menggunakan kekuatan yang berbeda dalam menyerap materi pelajaran tergantung sensivitas pada panca inderanya. Berikut lima tipe atau gaya belajar siswa.
1. Pelajar tipe visual
Mereka yang tergolong tipe ini memiliki kemampuan belajar dengan melihat. Memiliki indera pengelihatan yang tajam dan teliti. Mampu mengingat kata-kata, peta, bagan, simbol- simbol, dan lainnya yang berkaitan dengan bentuk.
2. Pelajar tipe auditori
Mereka yang tergolong auditori memiliki indera pendengaran yang lebih baik dan lebih terfokus. Mampu memahami sesuatu lebih baik dengan cara mendengarkan. Hal ini berkaitan dengan proses menghafal, membaca, atau memahami soal cerita.
3. Pelajar tipe kinestetik
Mereka yang tergolong tipe ini akan efektif jika belajar dengan melibatkan gaya gerak. Mereka sensitif menyerap pelajaran melalui gerakan, sentuhan, tekstur dan indra perabaan. Serta hal seperti olahraga, menari, memainkan musik, percobaan laboratorium, dan lainnya.
4. Pelajar tipe global
Mereka yang termasuk tipe pelajar global memiliki kemampuan memahami sesuatu secara menyeluruh. Mereka berhasil memahami gambaran yang besar dan juga keterkaitan antara satu objek dengan yang lainnya. Mereka mampu memaknai hal hal yang tersirat dengan bahasanya sendiri secara jelas.
6. Pelajar tipe analitik
Mereka yang tergolong tipe belajar analitik berkecenderungan dalam memandang sesuatu akan ditelaah terlebih dahulu per bagian secara terperinci, spesifik, dan teratur. Mereka akan mengerjakan suatu hal secara bertahap dan urut. Penilaian mereka terhadap sesuatu berdasarkan fakta- fakta dan fokus pada satu masalah atau tugas sampai selesai.
Dengan memahami kecenderungan tipe/gaya belajar siswa, guru diharapkan dapat melakukan modifikasi pada berbagai hal. Pada merencanakan kurikulum guru dapat memilih dan memberikan materi pelajaran dengan penekanan yang disesuaikan dengan kecenderungan perasaan, penginderaan, dan imajinasi siswa. Dalam melaksanakan pembelajaran, guru dapat merancang metode dan skenario pembelajaran yang sesuai dengan tipe/gaya belajar siswa. Guru dapat menggunakan berbagai kombinasi strategi pembelajaran, termasuk dalam menyiapkan media, sehingga variatif dalam memberikan pengalaman belajar siswa melalui unsur bunyi-bunyian, musik, gambar visual, gerak, pengalaman, percakapan bahkan aktivitas siswa itu sendiri. Di dalam melaksanakan strategi penilaian, guru dapat menggunakan berbagai teknik penilaian yang disesuaikan dengan kecenderungan tipe/gaya belajar individu yang berbeda-beda.
Sumber bacaan:
https://pendidikkreatif.wordpress.com/2017/07/12/diferensiasi
M. Musrofi; Melesatkan Prestasi Akademik Siswa; Penerbit PT Pustaka Insan Madani; Yogyakarta;2017