Prof. Dr. H. Dinn Wahyudin, MA
(Universitas Pendidikan Indonesia)
Idul Fitri merupakan pesan langit yang mendarat di Bumi. Bermula di kota Madinah 1 Syawal tahun ke-2 Hijriyah, bersamaan dengan tahun 624 Masehi. Itulah Idul Fitri pertama kali yang dilakukan Kanjeng Nabi Muhammad SAW bersama para sahabatnya di Kota Madinah Al Munawarah. Secara historis, pelaksanaan Idul Fitri tahun ini (1445 H) merupakan Idul Fitri ke 1443. Yaitu dihitung sejak pelaksanaan ibadah shaum ramadan pertama dan Idul Fitri yang dilaksanakan pada tahun ke-2 Hijriyah.
Perintah shaum diturunkan kepada Rosululloh melalui firman Allah SWT dalam Surah Al Baqarah ayat 183 yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan (juga) kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Surat Al Baqarah ini diterima Rosululloh di Kota Madinah pada tahun kedua setelah Rosululloh SAW bersama sahabatnya melakukan hijrah dari kota Makkah ke kota Madinah.
Puasa merupakan suatu ibadah amaliah dan badaniah yang mempunyai banyak keistimewaan dan pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan umat Islam.
Hikmah puasa Ramadan pada hakikatnya dapat membentuk mukmin yang mencapai tingkat ketakwaan yang sebenarnya kepada Allah SWT. Puasa ramadhan dapat melatih umat Islam berjihad melawan hawa nafsu, menyucikan diri dari perbuatan keji dan mungkar dan menghiasi diri dengan akhlak mulia serta meningkatkan semangat kecintaan untuk senantiasa beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ibadah puasa memiliki keistimewaan tersendiri jika dibandingkan dengan ibadah yang lain, menjaga kesucian iman dan takwa kepada Allah untuk memperoleh kebahagiaan dan keberkahan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Puasa yang bertujuan meningkatkan takwa seseorang, akan menumbuhkan ketahanan baik secara rohani ataupun jasmani.Pengaruh puasa yang dapat melatih manusia mencapai takwa berarti dapat menyiapkan diri untuk menerima karunia Allah menuju kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat. Menurut Ibnu Mas’ud r.a. takwa berarti taat kepada Allah, menjauhi maksiat, ingat kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya dan tidak kufur. Sedangkan Ibnu ‘Abbas r.a. memaknakan takwa bermaksud berjihad di jalan Allah dan tidak takut kepada celaan orang, berani menegak kan hukum, kebenaran dan keadilan terhadap diri, orang tua, anak dan keluarga. Kesempurnaan, ketinggian dan keagungan Islam tercermin melalui ibadah puasa di samping ibadah fardhu yang lain seperti shalat, zakat dan haji. Puasa juga merupakan salah satu dari rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap umat Islam.
Bulan ramadan pertama telah dipilih oleh Allah dengan terjadinya peristiwa penting. Antara lain pecahnya Perang Badar yang sangat heroik. Perang Badar antara kaum Muslimin dan kaum jahiliyah terjadi di pertengahan bulan Ramadan tahun 2 H. Perang Badar inilah menjadi penciri bermulanya keruntuhan jahiliah dan tertegaknya syiar Islam melalui kalimah Allah.
Pasca Idul Fitri
Tampaknya semangat Badar pada bulan suci ramadan ini masih relevan untuk terus dihembuskan pada masa kini.
Idul Fitri adalah hari bahagia yang menyapa segenap umat Islam di perbagai penjuru dunia untuk mengumandangkan takbir dan tahmid. Allah Maha Besar. Tidak ada Tuhan melainkan Allah, Allah Maha Besar dan segala puji bagi Allah, Allah Maha Besar dan Maha Agung dan segala puji bagi Allah. Idul Fitri merupakan momen untuk mengumandangkan kebesaran Allah SWT, Sang Maha Rahman dan Rahim. Di sisi lain, Idul Fitri juga mengumandangkan takbir sosial. Hablum minnanas. Untuk berbagi dengan sesama, berempati, bersinergi, dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat berlandaskan religi dan kemasyarakatan.
Perayaan Hari Raya Idul Fitri yang pertama kali dilaksanakan pada tahun ke-2 H, sampai sekarang Idul Fitri 1445 H, In sya Allah akan terus berlangsung sampai akhir zaman. Idul Fitri akan terus berkesinambungan dilaksanakan oleh umat Islam di berbagai belahan Dunia.
Paling tidak, ada empat hal penting mengapa semangat Badar masih relevan untuk terus dikembangkan.
Pertama, spirit Badar pasca Idul Fitri merupakan komitmen diri sebagai hamba Allah untuk terus berupaya kembali ke fitrah. Berhamba secara sungguh sungguh kepada Sang Kholik guna melaksanakan semua yang diperintahkanNya dan menjauhi semua yang dilarangNya. Kembali ke Fitrah memiliki makna kembali ke kemurnian, kesucian, kembali ke asal, visi misi lahirnya ke dunia, dan tentang bekal apa setelah meninggal dunia.
Kedua, spirit Badar pasca Idul Fitri memiliki makna untuk terus meningkatkan semangat fiisabilillah, yaitu berkhidmat di jalan Allah dan menguatkan prilaku mujahid atau berjuang di jalan Allah. Dalam konteks saat ini, semangat Badar memiliki untuk siap “berperang” melawan kebodohan dan keterbelakangan. Berprilaku mujahid dengan berupaya keras mempertahankan tauhid, kebenaran dan konsisten melawan kebathilan dan berjuang di jalan Allah.
Ketiga, spirit Badar pasca Idul Fitri merefleksikan esensi betapa kolaborasi dan kerjasama harmonis sebagai dream team tangguh dalam memenangkan suatu pertempuran melawan kebathilan, kekufuran, dan ketidakadilan. Spirit Badar adalah energi diri yang luar biasa untuk berkomitmen melawan kebathilan. Dalam perspektif global, spirit Idul fitri yang bercirikan peduli terhadap sesama, merupakan fondasi tumbuhnya kewargaan global (global citizenship) yang dilandasi oleh kepedulian sesama, saling hormat menghormati, dalam merawat warga dunia yang damai, sejahtera lahir batin.
Keempat, spirit Badar adalah refleksi berserah diri kepada Sang Kholik disertai dengan bekerja keras dan belajar keras. Dalam konteks kekinian, pasca Idul Fitri diperlukan pribadi yang beriman, bertakwa dan berbudi luhur dengan bercirikan pribadi yang mandiri, kreatif dan bernalar kritis untuk kemaslahatan bangsa. Spirit badar kekinian merupakan komitmen untuk maju bersama dan memberi kemaslahatan bersama. Spirit Badar adalah komitmen diri menjadi pembelajar sejati. A long live learner yang memberi maslahat untuk umat. Rahmatan lil Alamin. Islam memberi rahmat untuk Alam semesta.
Dalam konteks di atas, esensi dalam memaknai pesan Idul Fitri, bukan sebatas pada pengungkapan rasa gembira karena berkesempatan berkumpul dengan keluarga, dan bisa saling memaafkan dengan handai taulan dan sesama. Spirit Idul Fitri juga mengekspresikan apa yang disebut dengan takaaful ijtimaa’i. Atau ibadah sosial, yaitu memelihara rasa peduli terhadap nasib orang lain. Maknanya pasca Idul fitri adalah bagaimana umat Islam, secara individu ataupun kelompok bergotong royong dan sabilulungan untuk terus mengedapankan kebersamaan (cooperativeness) untuk saing membantu dan peduli dengan sesama. Itulah makna sustainable Fitri, yaitu merawat kefitrian secara berkesinambungan sampai dengan datang bulan suci Ramadan dan Idul Fitri waktu mendatang.
Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum, kullu ‘amin wa antum bikhair. Semoga Allah menerima shaum kita dan semoga kita senantiasa dalam kebaikan.