Oleh: Adhyatnika Geusan Ulun
(SMPN 1 Cipongkor)
Menjadi bagian dari episode 5 kebijakan Merdeka Belajar yang diluncurkan Kemdikbud di pertengahan tahun 2020, yakni Guru Penggerak, adalah satu kebanggaan. Terlebih program ini merupakan terobosan baru untuk mencetak para pemimpin pembelajaran yang tidak hanya sebatas kuat dalam ranah kompetensi pedagogik, professional, sosial, dan keperibadian saja, namun meluas kepada bagaimana guru dipersiapkan untuk menjadi ‘leader’ dalam segala aspek pendidikan. Sehingga tidaklah berlebihan jika memang program ini didesain untuk mempersiapkan sosok pemimpin satuan pendidikan.
Adalah program Guru Penggerak yang merupakan program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program ini meliputi pelatihan daring, lokakarya, konferensi, dan Pendampingan selama kurang lebih Sembilan bulan bagi calon Guru Penggerak. Selama program tersebut, guru tetap menjalankan tugas mengajarnya sebagai guru.
Sebagai sebuah program kepemimpinan bagi guru, tentu diperlukan dukungan semua pihak, terlebih kepala sekolah sebagai pimpinan satuan pendidikan. Hal ini sangat penting mengingat di lapangan seorang Guru Penggerak berhadapan langsung dengan sejumlah persoalan. Bukan hanya dengan siswa sebagai subjek pembelajaran, namun terlebih dengan rekan guru yang tentu saja belum tentu memiliki pemahaman yang komprehensif tentang program tersebut.
Hal di atas penulis rangkum saat mengikuti kegiatan lokakarya perdana yang diselenggarakan baru-baru ini. Termasuk di awal kegiatan seluruh peserta diharuskan menulis sejumlah harapan dan kekhawatiran saat menjadi calon Guru Penggerak. Di antara banyak harapan yang dicatat dan dipresentasikan di depan pendamping dan seluruh peserta, terungkaplah beberapa kekhawatiran ketika seorang calon Guru Penggerak berada di tengah-tengah komunitasnya, termasuk di sekolah tentunya. Salah satu di anatar sekian kekhawatiran yang akan terjadi adalah dukungan dari pimpinan sekolah, yakni kepala sekolah.
Adalah satu kebanggaan berikutnya, saat penulis didampingi oleh kepala sekolah. Hal ini sebagai bukti tersirat salh satu bentuk dukungan atas capaian seorang guru menjadi Guru Penggerak. Terlebih ketika dikemukakan sejumlah poin penting bentuk dukungan yang dipaparkan kepada seluruh guru peserta kegiatan, yaitu pihaknya akan menyosialisasikan program Guru Penggerak kepada seluruh warga sekolah. Selanjutnya, memfasilitasi seorang calon Guru Penggerak berkenaan dengan target, strategi dan capaian-capaian lainnya yang akan diterapkan di sekolah, termasuk bentuk evaluasi dan pelaporannya. Setelah itu, mengajak warga sekolah untuk mendukung program calon Guru Penggerak, termasuk akan membuka kesempatan kepada mereka untuk juga mengikuti jejak calon Guru Penggerak sebagai peserta di edisi program berikutnya. Kemudian, mendorong calon Guru Penggerak untuk segera mengimplementasikan semua ilmu yang diperoleh dari program tersebut dengan mendisemeninasikannya kepada guru lainnya.
Dari sejumlah bentuk dukungan yang disampaikan kepala sekolah kepada penulis dihadapan peserta lainnya tersebut, merupakan bentuk impelentasi dari filosofis pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang di antaranya memberikan keteladanan, tidak hanya berupa statemen namun juga kehadiran fisik kepala sekolah di kegiatan program calon Guru Penggerak. Nilai inilah yang perlu ditumbuhkembangkan mengingat salah satu visi pendidikan yang digulirkan pemerintah menuju Profil Pelajar Pancasila yang alah satunya adalah berkahlak mulia yang akarnya dari keteladanan seorang pemimpin.
Selanjutnya, bentuk dukungan di atas merupakan perwujudan dari sejumlah capaian materi yang diharapkan dapat diraih dari program Guru penggerak, yakni melakukan refleksi kritis atas hubungan nilai-nilai yang terkandung dalam filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara dengan konteks pendidikan lokal dan nasional pada saat ini. Berikutnya, hal ini sangat bermanfaat bagi seorang calon Guru Penggerak untuk mampu menjalankan strategi sebagai pemimpin pembelajaran yang mengupayakan terwujudnya sekolah sebagai pusat pengembangan karakter dengan budaya positif. Pada akhirnya, seorang calon Guru Penggerak diharapkan mampu mengembangkan dan mengkomunikasikan visi sekolah yang berpihak pada murid kepada para guru dan pemangku kepentingan.
Akhirnya, program Guru Penggerak akan berjalan sesuai dengan harapan semua pihak ketika seluruh stakeholders mendukungnya. Sehingga dukungan yang diberikan secara langsung pimpinan satuan pendidikan di atas merupakan pondasi kuat dalam berpijak serta menjadi momentum yang sangat berharga ketika seorang calon Guru Penggerak mengimplementasikan seluruh ilmu yang diperoleh selama program ini berlangsung.***
Gumilang Bandung, Sabtu (9/10/21)
Terima kasih kepada Bapak Agus Solihin (Kepala SMPN 1 Cipongkor) dan rekan-rekan CGP4 ‘Juara’ Bapak/Ibu:-Ade Sopyan, Aip Sopyan, Ema Damayanti, Euis Nuraeni, Nining Sariningsih, Tatat, Zahara Nuraeni, Siska Amelia, serta Mentor ‘Luar Biasa’: Dini Siti Anggraeni, dan Harun.
Profil Penulis:
Adhyatnika Geusan Ulun, lahir 6 Agustus 1971 di Bandung. Tinggal di Kota Cimahi. Guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Cipongkor Bandung Barat sejak 1999. Pengurus MGMP Bahasa Inggris Kab. Bandung Barat. Alumnus West Java Teacher Program di Adelaide South Australia, 2013. Alumnus MQ ‘Nyantren di Madinah dan Makkah’ 2016, Pengasuh Majelis Taklim dan Dakwah Qolbun Salim Cimahi, Penulis buku anak, remaja dan dakwah. Editor NEWSROOM, tim peliput berita Dinas Pendidikan Bandung Barat. Jurnalis GUNEMAN Majalah Pendidikan Prov. Jawa Barat. Pengisi acara KULTUM Studio East Radio 88.1 FM Bandung. Redaktur Buletin Dakwah Qolbun Salim Cimahi. Kontributor berbagai Media Masa Dakwah. Sering menjadi juri di even-even keagamaan.
Adhyatnika.gu@gmail.com., Ig.@adhyatnika geusan ulun.