Oleh: Neneng R. Agustini, S.Pd
(Guru Bahasa Sunda SMPN I Cipeundeuy)
Tanggal 14 Agustus 2021, peringatan Hari Ulang Tahun Pramuka yang ke-60, usia yang sudah matang pada manusia. Gerakan Pramuka harus menunjukan ketauladan untuk organisasi atau gerakan lain, pramuka harus menjadi ektrakulikuler yang wajib diikuti oleh semua siswa disemua tingkatan.
Mengingat masa lalu, pertama kali ikut ekstrakulikuler pramuka di Sekolah Dasar, masih terbayang waktu itu kelas tiga SD, kurang lebih usia sembilan tahun, sebenarnya tidak mengerti juga apa itu pramuka, bagi anak SD kelas tiga pada masa itu belum banyak tahu apa-apa, kadang semuanya hanya ikut-ikutan, kemungkinan besar karena ditahun itu, sekitar tahun 70-an belum masuk teknologi secanggih sekarang, yang mempunyai TV pun masih bisa dihitung jari. Anak-anak pada masa itu mainannya pun permainan anak-anak kampung, begitu juga di sekolah permainan diwaktu istirahat sama dengan permainan anak-anak di lingkungan rumahnya.
Pada masa itu di era tahun 70-an, di sekolah-sekolah dari tingkat SD sampai SMA ekstrakulikulernya paling pavorit adalah pramuka, sepertinya para guru sewaktu menimba ilmu di sekolah keguruan , pramuka adalah termasuk pelajaran yang wajib diikuti.
Pertama kali ikut pramuka, aku hanya diajarkan baris-berbaris, itu saja, mungkin karena aku masih kecil juga, jadi tidak begitu memahaminya.
Menginjak kelas lima, barulah pengertian pramuka begitu kupahami, banyak kemungkinan, mungkin karena bertambah usia, pemahaman semakin bertambah, dan yang tak kalah pentingnya adalah karena ditunjang oleh guru yang menjadi pembinanya sangat berkompeten, kami diajari banyak hal dari pramuka pada waktu itu, tidak hanya keterampilan baris-berbaris, tapi keterampilan lainnya pun diberikan, misalnya keterampilan lintas alam, pengibaran bendera, menalar Tri Satya dan Dasa Darma Pramuka, diperkenalkan lagu-lagu wajib nasional, belajar menghargai teman, menghormati guru, belajar kompak dengan kelompok, mengenal bumbu dapur, mengenal rempah-rempah, nama-nama tumbuhan, dan keterampilan bermain tongkat. Menakjubkan…
Dari situlah, kepribadianku terbentuk, masa itu bisa diibaratkan membuka jendela yang tertutup yang didalamnya begitu banyak permata, terima kasihku tak terhingga pada guru-guru yang telah membina, neskipun mereka jauh-jauh rumahnya untuk mencapai sekolahku, namun mereka begitu semangat untuk memberikan ilmunya, dan itu membuat aku dan teman-teman jadi semangat, rasanya tidak ada waktu latihan yang aku lewati, rugi jika tidak latihan sekali saja, waktu latihan pramuka sangat dinanti-nanti, karena latihan pramuka seperti sedang refreshing, biasanya juga pada waktu latihan itu, kebetulan latihan pramuka itu diadakan pada hari Jum’at ba’da sholat jum’atan sekitar pukul 14.00, kita mempersiapkan juga latihan untuk upacara bendera hari senin, kita bergantian menjadi petugas upacara, aku sendiri sudah merasakan menjadi pemimpin upacara, petugas pengibar bendera, petugas pembaca Teks Pembukaan UUD 1945, Pembaca Teks Pancasila, Pembaca Teks Sumpah Pemuda, Pemimpin lagu, dan Protokol. Masya Alloh, sungguh ilmu yang sangat berguna. Di kelompok pramuka pada masa SD itu, aku menjadi Pemimpin Regu( PINRU), tentu saja aku harus bisa memimpin anak buahku, memimpin baris-berbaris, memberi instruksi jika sedang kegiatan lintas alam, mendengarkan keluhan anak buah, dan yang terpenting aku harus siap menjadi contoh bagi mereka, yang kebanyakan anak buahku adalah pasti adik kelasku, ada yang kelas tiga ada juga yang kelas empat.
Di kelas 5 aku sudah menjadi pemimpin, pada waktu itu tidak terpikir olehku bagaimana manfaat pramuka bagi pembentukan kepribadian di masa depan,bagiku mengikuti latihan pramuka itu sangat menyenangkan, rasanya segala yang ada dalam diri dan jiwa tereksflor begitu sempurna, sekali saja tidak ikut latihan pramuka tiap hari jum’at rugi rasanya.
Waktu pun berlalu, tiba saatnya pindah tingkat sekolah, aku masuk SMP, sebuah SMP di kecamatan, aku masuk SMP tahun 1982, banyak hal yang berbeda dibandingkan dengan masa SD, dari cara belajar, banyaknya ekstrakulikuler, dan kegiatan-kegiatan lain.
Alhamdulillah, walau pun aku datang dari SD di kampung tapi tidak memalukan, semua pelajaran bisa kuikuti, rasa syukur kepada Alloh SWT telah diberikan guru-guru SD yang berkompeten, sehingga aku tidak malu bersaing dengan rekan lainnya.
Di SMP, aku mengikuti ekstrakulikuler Pramuka dan kesenian, dua hal yang sangat aku senangi. Untuk Pramuka latihan-latihannya sama saja dengan waktu di SD, bedanya kalau di SMP pembina tidak terlalu ikut melatih, tapi dilatih oleh kakak-kakak kelas.
Tamat SMP tahun 1985, aku melanjutkan ke SMA yang ada dikewedanaan, tentu lebih besar lagi cakupan sekolah-sekolah yang masuk kesana.
Di SMA, aku mengikuti lagi ekstrakulikuler pramuka dan kesenian, untuk kesenian tentu saja sudah punya bekal ketika mengikuti ekskul di SMP, aku dan teman-teman yang mendaftar ke SMA itu sudah dibilang mahir memainkan alat kesenian degung, rasa syukur dan terima kasih juga kepada guru-guru SMP ku yang telah memberi ilmu yang sangat bermanfaat, sehingga di tingkat SMA pun kami siap bersaing dengan teman- teman yang berasal dari SMP lain.
Untuk Pramuka, di SMA sangat berbeda, mungkin karena usia kami sudah menginjak masa dewasa, maka pembina Pramuka jarang hadir, dan kami dibimbing oleh para senior, selain kakak kelas juga dilatih oleh para alumni. Kegiatan Pramuka di SMA lebih ditekankan kepada kemandirian anggota, keberanian berbicara, baik belajar menjadi pembina upacara, ataupun siap berbicara berupa diskusi dan debat.
Waktu pun terus bergulir, aku lulus SMA tahun 1988, dan melanjutkan kuliah. Masa kuliah ini aku tidak mengikuti kegiatan Pramuka, aku hanya fokus pada kuliahku saja, aku kuliah di ibukota Provinsi Jawa Barat, yaitu Bandung. Aku kuliah di IKIP Bandung, jurusan Bahasa Daerah (Pendidikan Bahasa Sunda), sebuah jurusan yang aku pilih sendiri, qodqrulloh…
Masa kuliah ternyata jauh berbeda dengan masa sekolah dasar dan menengah, belajar di bangku kuliah lebih banyak tugas, sedangkan dosen hanya memberikan materi sedikit, sebagai mahasiswa kita ditungtut untuk mencari dan memecahkan sendiri, kadang kita diwajibkan untuk presentasi di depan kelas, tentu memerlukan keberanian.
Di sinilah manfaat mengikuti Pramuka, tidak terasa ternyata apa yang didapat dari latihan Pramuka dari SD sampai SMA sangat berguna ketika terjun ke jenjang sekolah yang lebih tinggi, sku selalu siap dihadapkan dengan berbagai kegiatan, berani mengambil keputusan. Dan siap bergaul dengan teman-teman dari berbagai kalangan.
Kini, sudah lebih dari 30 tahun mengabdi sebagai pengajar SMP, suka duka sudah kujalani, tapi pengalaman-pengalaman itu masih tersimpan dalam memori, bagaimana pengalaman pertama kali mengajar, harus menerangkan materi dihadapan siswa, hal itu memerlukan keberanian, namun sebagai anggota Pramuka aku harus selalu siap, begitu juga jika diperintahkan untuk menjadi Pembina Upacara hari Senin, walaupun secara mendadak, aku harus selalu siap, dan kegiatan-kegiatan lain yang memerlukan keberanian, keterampilan, dan kemampuan, aku sudah terbiasa harus siap dan fokus. Aku akui semua itu aku dapatkan dari didikan latihan Pramuka, kuat mental, menjaga harga diri, selalu memberikan kenyamanan kepada teman, memberikan bantuan tanpa pamrih,dan mencintai alam semesta sebagai anugerah Yang Maha Kuasa, sungguh tak henti-hentinya aku bersyukur, merasakan semua itu dengan perasaan gembira.
Tahun ini, tepatnya tanggal 14 Agustus 2021, Gerakan Pramuka Indonesia berulang tahun yang ke-60, semoga Gerakan Pramuka Indonesia akan senantiasa berdiri kokoh di bumi pertiwi mengantarkan para generasi muda untuk menjadi manusia yang berguna bagi Nusa, Bangsa, dan Agama.
DIRGAHAYU PRAMUKA INDONESIA, MENGABDI TIADA HENTI…
Profil Penulis
Neneng R. Agustini, lahir di Bandung, Jawa Barat pada 16 Agustus 1969, putri kelima dari enam bersaudara, dari pasangan M. Syape’i dan Cucu Kania. Pendidikan formal yang telah ditempuh adalah SDN Rende Kidul ( lulus tahun 1982), SMPN I Cipeundeuy ( Lulus Tahun 1985), SMAN Cikalongwetan ( Lulus Tahun 1988), Sarjana Pendidikan dari IKIP Bandung jurusan Bahasa dan Sastra Sunda, lulus tahun 1995.
Sejak tahun 1994 sudah mulai mengajar sebagai guru honor pada mata pelajaran Bahasa Sunda. kegemaran sejak kecil adalah membaca, apapun akan dibaca, tidak hanya buku fiksi, begitu juga gemar menulis, walaupun hanya untuk koleksi pribadi, tidak pernah mempublikasikannya. Namun, hikmah dibalik wabah pandemi Covid-19 , banyak dimotivasi oleh rekan-rekan kerja dan komunitas menulis untuk ikut andil dalam berbagai antologi, juga termotivasi oleh komunitas GLS yang mengharuskan pesertanya membuat buku ,baik antologi ataupun perorangan. Maka terpampanglah namanya dibeeberapa buku, yakni:
- Terpaut Rindu (Antologi GLS SMPN I Cipeundeuy)
- Membangun Generasi Cerdas Berkarakter (Antologi Tim Penguatan Pendidikan Karakter Kab. Bandung Barat)
- Hikmah PJJ (Antologi Artikel Best Practise PJJ Guru SMP se-Bandung Barat)
- Kegiatan Guru Masa PJJ (Antologi Guru-guru SMPN I Cipeundeuy)
- Saranggeuy Harewos (Buku Solo berbahasa Sunda)
- Sebelum Cahaya (Buku Solo berbahasa Indonesia)
Saat ini, mengajar di SMPN I Cipeundeuy, selain sebagai kordinator GLS di sekolah juga kordinator di tingkat Sub Rayon, juga sebagai pengurus GLN Gareulis di tingkat Kabupaten Bandung Barat. Selain hobi mebaca dan menulis, ada hobi lain yang tidak bisa lepas, yaitu Ngawih Sunda, dan mempunyai Lingkung Seni Sunda di sekolah yaitu LS.Wirahma Rasajati.