Bandung-Sebanyak 10 Kepala SMP Kab. Bandung barat (KBB) mengikuti pelatihan pendidikan inklusif. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Provinsi Jawa Barat tersebut, juga diikuti oleh para kepala SMP dari 13 Kabupaten/Kota se-Jawa Barat, berlangsung selama lima hari dari Rabu-Minggu (18 sd. 22/12/24) di Yello Hotel Bandung.
Kepala SMPN 3 Cisarua, Nenden Lia Amalia, kepada Tim Peliput Berita Pendidikan Bandung Barat menyampaikan kegiatan tersebut merupakan bagian dari upaya Dinas Pendidikan untuk meningkatkan pemahaman para kepala sekolah mengenai pendidikan inklusif. Selain itu, juga memberikan pengetahuan tentang penerapan pendidikan yang ramah bagi semua peserta didik, serta membangun komitmen Kepala SMP dalam mewujudkan sekolah yang inklusif.
“Pelatihan pendidikan inklusif bagi kepala sekolah jenjang SMP merupakan bagian dari upaya Dinas Pendidikan untuk meningkatkan pemahaman para kepala sekolah mengenai pendidikan inklusif, memberikan pengetahuan tentang penerapan pendidikan yang ramah bagi semua peserta didik, serta membangun komitmen Kepala SMP dalam mewujudkan sekolah yang inklusif,” ujarnya.
Ditambahkan Nenden, pelatihan ini diharapkan dapat membantu 10 Kepala Sekolah SMP dari Kabupaten Bandung Barat untuk lebih siap dan terampil dalam mengelola sekolah inklusif.
“Dengan mengikuti pelatihan ini, diharapkan para kepala sekolah dapat memberikan layanan pendidikan yang adil dan berkualitas bagi semua siswa, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus,” imbuhnya.
Sementara itu, Kartini Hariyani sebagai Ketua Pelaksana menjelaskan bahwa pendidikan inklusif merupakan sebuah konsep yang makin mendapat perhatian dalam dunia pendidikan modern. Konsep ini menawarkan paradigma baru dalam memandang keberagaman peserta didik, tidak lagi sebagai hambatan, melainkan sebagai kekayaan yang dapat memperkaya proses pembelajaran.
“Pendidikan inklusif bertujuan untuk menciptakan sistem pendidikan yang mampu mengakomodasi kebutuhan belajar semua anak, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus, dalam satu lingkungan belajar yang sama dengan peserta didik pada umumnya,” jelasnya.
Di sisi lain, dalam Sambutan sekaligus membuka kegiatan pelatihan, Cep Unang Wardaya, Penanggungjawab Kegiatan, menyampaikan lima ciri transformasi kepala sekolah, yaitu Pembelajaran yang berpusat/berpihak pada anak, Hubungan kemitraan dengan guru, menciptakan sekolah aman, menyenangkan dan inklusif, membudayakan perencanaan berbasis data IRB, literasi dan numerasi.
“Dalam praktiknya, pendidikan inklusif tidak hanya berbicara tentang penempatan fisik anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah reguler. Lebih dari itu, pendidikan inklusif adalah tentang mengubah cara pandang, sikap, dan pendekatan dalam proses pembelajaran. Ini melibatkan adaptasi kurikulum, metode pengajaran, dan lingkungan belajar untuk memastikan bahwa setiap anak, terlepas dari kondisi fisik, intelektual, sosial, emosional, atau kondisi lainnya, dapat berpartisipasi penuh dalam proses pendidikan dan mencapai potensi terbaik mereka,” paparnya.
Di lain pihak, Ujang Rahmat Slamet, Kepala SMPN 4 Gununghalu KBB, memberikan kesannya selama pelatihan di atas sangat bermanfaat. Selain menambah pengetahuan tentang materi Konsep Dasar Pendidikan inklusif, juga para peserta dilatih membuat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan inklusif di sekolah, serta mengetahui peran kepala sekolah dalam pendidikan inklusif.
Senada dengan Rochmat Koswara yang berharap agar kepala sekolah, guru dan stakeholders pendidikan dapat lebih siap dan terampil dalam mengelola kelas inklusif serta mampu memberikan layanan pendidikan yang adil dan berkualitas.
“Harapannya, semoga dengan adanya pelatihan ini, diharapkan kepala sekolah, guru dan stake holder Pendidikan dapat lebih siap dan terampil dalam mengelola kelas inklusif serta mampu memberikan layanan pendidikan yang adil dan berkualitas bagi semua siswa, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus,” tandanya. ***