Prof. Dr. Dinn Wahyudin
(Guru Besar Kurikulum dan Teknologi Pendidikan UPI)
Sirkuit Mandalika menjadi ikon baru. Ia menyihir bukan hanya bagi para penonton fanatik MotoGP, tetapi juga menarik perhatian banyak pihak. Persoalannya, bagaimana kehadiran sirkuit MotoGP berkelas dunia ini memberi manfaat bagi masyarakat luas, termasuk bagi warga lokal di Mandalika.
Demikian tulis seorang sahabat, alumnus Prodi Pengembangan Kurikulum SPs UPI, Dr. Siti Rahmi, M.Pd. yang kini mengemban tugas sebagai Waka Humas (Wakil Kepala Bidang Humas) MAN 2 Mataram Lombok. Dibangunnya Sirkuit Mandalika memberi makna positip bagi generasi muda di Lombok. Bagi siswa di sekolah dan madrasah di Lombok, kehadiran Sirkuit Mandalika, semakin membuka pikiran dan mata mereka untuk berpandangan jauh ke depan. Bagaimana mereka harus bekerja keras dan belajar keras demi masa depan yang lebih baik.
Bagi dunia pendidikan, dibangunnya fasilitas sirkuit berskala internasional, dipandang sebagai peluang dan sekaligus tantangan baru. Kebijakan apa yang harus disiapkan para pemangku kepentingan di sekolah ataupun madrasah, agar kehadiran sirkuit ini memiliki manfaat untuk menstimulasi proses belajar siswa.
Sejumlah peluang antara lain sirkuit Mandalika dapat dipandang sebagai sumber belajar efektif yang bisa dimanfaatkan guna menginspirasi proses belajar siswa.
Di sisi lain, kawasan sirkuit Mandalika, secara langsung memberi efek positip bagi pembangunan pariwisata. Sirkuit yang bertarap internasional ini mampu mendongkrak nilai tambah geliat perekonomian, dan menghidupkan dunia usaha kecil dan menengah.
Hal di atas, menjadi tantangan tersendiri, khususnya bagi etnis suku Sasak yang bermukim di sekitar Lombok Tengah. Yaitu bagaimana mereka menyiapkan generasi muda yang beretos kerja tinggi, terampil, dan tetap memelihara kearifan lokal di tengah gemuruh perhelatan akbar dan event internasional lainnya yang digelar.
*Asa Mandalika*
Seperti dituturkan Dr. Rahmi (2022), dibangunnya Kawasan Ekonomi Kreatif (KEK) dan sirkuit Mandalika, memberikan makna “nilai jual” pulau Lombok sebagai kawasan wisata yang kebanggakan.
Bayangkan, pulau sekecil ini, namun telah beberapa kali dilakukan perhelatan besar berskala nasional dan internasional yang diadakan di pulau Lombok. Masyarakat Lombok pun menyambut dengan sangat antusias. Ini artinya potensi pulau Lombok tidak bisa dipandang sebelah mata.
Perekonomian masyarakat Lombok Tengah juga secara bertahap mampu bangkit begitu juga dengan sektor pariwisata. Ini terlihat dari menggeliatnya destinasi wisata dan usaha kecil dan menengah yang menjamur dilakukan warga setempat.
Masyarakat lokal suku Sasak juga bersyukur. Adanya Sirkuit Mandalika, membantu mereka dan mulai bangkit dari keterpurukan pasca bencana pandemi Covid-19.
*Tatas Tuhu Tresna*
Salah satu kearifan lokal yang dipegang teguh etnis Sasak dan masyarakat Lombok tengah yaitu tradisi _Tatas Tuhu Trasna._ Ungkapan ini bukan semboyan, tetapi lebih merupakan komitmen kolektif tata nilai yang dianut secara turun temurun warga lokal, termasuk di kawasan Mandalika. Kata _tatas_ memiliki makna memahami atau menguasai dengan belajar keras.
Kata _tuhu_ memiliki makna usaha yang sungguh sungguh untuk melaksanakan tugas. Sedangkan _trasna_ bermaknakan dilandasi atas cinta kasih, welas asih yang tulus.
Artinya, kearifan lokal 3T (tatas tuhu trasna) merupakan komitmen diri komunitas Sasak dan warga Kabupaten Lombok Tengah. Yaitu untuk selalu belajar sepanjang hayat _(long life learners)_ dan bersungguh sungguh melaksanakan ikhtiar. Aktifitas yang dilandasi kasih sayang antar sesama untuk secara gotong royong berikhtiar ke arah tercapainya kemajuan masyarakat yang sejahtera lahir batin.
Kearifan lokal masyarakat Lombok inilah yang patut didorong. Tak boleh redup, apalagi secaran perlahan menghilang. Di tengah gegap gempitanya percaturan global dan pembangunan di segala bidang, kearifan lokal ernis Sasak patut terpelihara.
*Wisata Halal*
Seperti dilaporkan Standar Global Muslim Travel Index (GMTI, 1999), Lombok (Indonesia) dan Malaysia menempati posisi teratas sebagai destinasi wisata halal _(Halal Tourism)_ terbaik di dunia. Juara kembar ini diraih karena Lombok dan Malaysia memperoleh nilai yang sama, yaitu skor 78. Laporan ini mencakup kajian dan pengamatan di 130 destinasi wisata secara global, baik negara yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI) maupun negara non-OKI.
Laporan ini menganalisa derajat kesehatan lingkungan dan pertumbuhan destinasi wisata yang ramah muslim berdasarkan 4 kriteria utama. Keempat kriteria tersebut yaitu : akses, komunikasi, lingkungan, dan layanan yang berpihak pada ramah muslim.
Prestasi terbaik inilah yang patut dipertahankan warga Lombok. Dengan adanya Kawasan Ekonomi Kreatif (KEK) di kawasan Lombok Tengah, hendaknya tak menyurutkan prestasi yang telah diraih. Dibangunnya sirkuit Mandalika adalah pemicu agar di tengah gemuruh deru motoGP yang berkaliber dunia beraksi, layanan wisata Lombok sebagai destinasi wisata religi dan wisata halal tetap tumbuh.
*Pulau seribu Masjid*
Lombok juga dikenal dengan sebutan pulau _seribu masjid._ Secara kuantitatif, saat ini terdapat 3.767 masjid besar dan 5.184 masjid kecil yang tersebar di 518 desa di Lombok. (Taufan Hidjaz, 2018).
Beberapa masjid termasuk kategori cagar budaya karena masjid tersebut memiliki nilai sejarah yang tinggi.
Salah satu masjid kuno yang termashur misalnya, Masjid Kuno Bayan Beleq. Masjid kuno ini merupakan saksi atas penyebaran agama islam di pulau Lombok.
Alkisah, Sunan Pengging, salah seorang pengikut Sunan Kalijaga, datang ke Lombok pada tahun 1640 untuk menyiarkan agama islam di sana. Ia mempersunting salah satu putri Kerajaan Parwa yang kemudian menimbulkan kekecewaan Raja Goa.
Sunan Pengging yang dikenal dengan nama Pangeran Mangkubumi lari ke desa Bayam. Di desa itulah, ia dan keluarga dan para pengikutnya berkhidmat menyebarkan syiar islam dan membangun mesjid Bayan Beleq bagi masyarakat Lombok.(Kemdikbud, 2019).
Bila sahabat berkunjung ke Lombok, sempatkan datang ke Lombok Utara. Berkunjunglah ke mesjid Bayan Beleq yang berlokasi di desa Bayan, Kecamatan Bayan Lombok Utara. Rasakan auranya. Renungkan perjalanan panjang jejak langkah penyebaran islam di Lombok yang dilakukan Sunan Pengging dan pengikutnya, lebih dari 380 tahun yang silam.
*Nurul Bilad*
Di Kawasan Ekonomi Kreatif (KEK) Mandalika, tak jauh dari sirkuit Mandalika, telah dibangun masjid modern. Kawasan masjid agung Mandalika ini, dibangun di atas lahan seluas 5 hektar. Beberapa fasilitas masjid antara lain : tempat wudlu, toilet, pusat edukasi, pasar seni, areal parkir yang luas.
Masjid ini dikenal dengan Masjid agung _Nurul Bilad_ (Cahaya antar bangsa). Arsitekturnya terinsiprasi dari masjid kuno Bayan yang berkonsep _ecofriendly._ Yaitu dengan memanfaatkan energi matahari sebagai sumber pendingin. Tempatnya sangat strategis sebagai destinasi wisata religi. Fasilitas cafe, rumah makan, hotel, dan rumah sewaan dari penduduk tersedia lengkap.
Datanglah ke Mandalika. Tontonlah perhelatan adu balap MotoGP ( bila sedang ada event). Sambil bercengkrama dalam balutan wisata halal, para wisatawan dapat menikmati kuliner lezat dan halal khas Lombok.
Beberapa andalan menu favorit kuliner Lombok yaitu : Ayam Taliwang yang melegenda, dengan olahan ayam khas NTB berpadu dengan bumbu tradisional yang pasti memanjakan lidah.
Jenis makanan yang patut dicoba adalah Sate Bulayak. Sate dari daging pilihan yang dibalut dengan ramuan kacang _sangrai_ dan bumbu lokal lainnya. Cita rasanya sangat _autentic culinary._ Jenis kuliner yang bercita rasa _local tasted_ yang spesifik.
Pada bulan Ramadan ini, di saat berbuka puasa, sangat direkomendasikan bertajil dengan _Wedang jahe_ ramuan khas Lombok atau es buah kolang kaling dengan komposisi buah buahan khas Mandalika.
Selamat melaksanakan ibadah Shaum sahabat. Mandalika bisa menjadi pilihan alternatif untuk wisata religi di bulan suci Ramadan ini.