Oleh : N. Mimin Rukmini
(Guru Bahasa Indonesia SMPN I Cililin)
Menarik sekali dua pembicara, sekaligus pembuka dan penutup secara resmi acara Kegiatan Bedah Kisi-kisi, dan Penyusunan Soal USBN jenjang SMP, Disdik Kabupaten Bandung Barat beberapa waktu yang lalu. Mereka mengemukakan bahwa ajarkanlah anak didik sesuai dengan zamannya. Andai Anda mengajar tak sesuai dengan zamannya maka Anda telah merampas hak anak tersebut. Baik hak dalam belajarnya maupun hak dalam bersikapnya.
Guru sejatinya sebagai pembelajar sepanjang hayat. Kita katakan akan merampas hak anak jika misalnya pada zaman digital sekarang, pembelajaran tidak mengacu pada konsep digital. Akhirnya anak akan serba ketinggalan. Segala kehidupan yang mengacu pada ranah digital mengalir deras bagaikan banjir bandang, membludak tak karuan. Berita hoax, info pengetahuan, dan perkembangan iptek berlari tanpa henti. Antar sesama lebih dekat komunikasi lewat pijatan jari di whatsapp dari pada berjalan lima meter pergi ke tetangga sebelah. Pesan makanan, tiket pesawat, atau pesan barang tak lagi sulit, tinggal pijit kode digital, pesanan telah sampai pada pada kita, tak lagi menunggu lama.
Contoh di atas menggambarkan bahwa betapa cepatnya ilmu dan perkembangan kehidupan. Jika kita tidak belajar maka terlindaslah oleh zaman. Demikian pula, tidak kreatif dalam pembelajaran, anak didik akan terbelenggu, tak bisa bergerak. Sebaliknya, tuntutan kecakapan Abad 21 akan terabaikan. Anak didik akan kurang kritis, kreatif, tak bisa bekerja sama dan juga tidak komunikatif. Hal demikian perlu dibuang jauh-jauh. Berdayakan potensi anak didik seoptimal mungkin dengan cara membelajarkan mereka sesuai dengan zamannya.
Higher Order Thinking Skills (HOTS) menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pembelajaran, baik dalam penyusunan soal maupun dalam pembelajaran itu sendiri. Dengan HOTS, anak didik dituntut berpikir kritis, dan kreatif. Berpikir kritis dan kreatif diperoleh selain dari membaca juga diperoleh dari hasil kerja sama. Dengan bekerja sama mereka bisa berkomunikasi satu sama lain, dan juga bisa mengomunikasikan apa yang mereka dapatkan.
Tak cukup sampai di situ, pendekatan pembelajaran misalnya, yang tadinya berbasis saintifik, lebih berkembang lagi melalui pendekatan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics). Saintifik menuntut anak didik untuk berpikir ilmiah dan berpikir logis. Berpikir ilmiah dan logis termasuk ke dalam berpikir tingkat tinggi (HOTS). Kembali tentang STEM, pendekatan pembelajaran yang bagaimanakah?
Pembelajaran berbasis STEM, pertama dikenal di Amerika, yakni pendekatan pembelajaran yang lebih tinggi dari pendekatan pembelajaran saintifik. Dalam STEM, anak didik tidak hanya sampai bisa mengomunikasikan seperti pada saintifik, tetapi juga dituntut untuk bisa sampai menguji apa yang mereka pelajari. Model pembelajaran tidak sekadar berbasis masalah, tetapi juga berbasis proyek. Anak didik merencanakan sendiri konten apa yang akan mereka kerjakan, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana konten tersebut, sampai kepada tingkat menguji hasil karya atau konten tersebut.
STEM dapat dilaksanakan dengan cara kolaboratif antarguru lintas mata pelajaran. Pembelajaran yang dilakukan biasanya berbentuk proyek. Artinya, pembelajaran ini dapat dilakukan melalui perencanaan (lesson plan) bersama antar mapel. Seperti yang telah kami lakukan dalam kerja kelompok saat pelatihan dengan narasumber Cece Sutia, berikut ini
Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia
KD: Menyajikan data rangkaian kegiatan ke dalam bentuk teks prosedur (tentang cara memainkan alat musik daerah, tarian daerah, cara membuat cinderamata, dll) dengan memperhatikan struktur, unsur kebahasaan, dan isi secara lisan dan tulis.
TOPIK
Menulis teks prosedur pemanfaatan eceng gondok
INDIKATOR,:
- Siswa mampu bekerja keras dalam pemanfaatan ciptaan Allah SWT berupa pemanfaatan eceng gondok (PAI)
- Siswa mampu mengembangkan sikap kerja sama dalam membuat teks prosedur teks prosedur pemanfaatan eceng gondok (PKn)
- Siswa mampu mendisain proses pemanfaatan eceng gondok menjadi breket batu bara (Prakarya)
- Siswa mampu menulis teks prosedur pemanfaatan eceng gondok dengan memperhatikan pilihan kata, kelengkapan struktur,dan kaidah penggunaan kata kalimat/tanda baca/ejaan (B. Indonesia)
- Siswa mampu membuat breket dari pemanfaatan eceng gondok sebagai energi alternatif (IPA)
- Siswa mampu menyajikan data tabel/diagram perubahan tekstur asal eceng gondok sebelum dan sesudah jadi breket batu bara. (Matematika)
- Siswa mampu menghitung harga jual produk breket batu bara dari eceng gondok (IPS)
Lesson plan yang baru sampai pada penentuan indikator dari tujuh mapel tersebut, dapat digambarkan bahwa KD menulis teks prosedur pada mapel Bahasa Indonesia memilki keterkaitan indikator dengan mapel lain. Mulai dari penentuan karya pemanfaatan eceng gondok sampai pada harga jual eceng gondok. Pengujian akan terlihat saat melakukan praktik membuat breket. Observasi saat praktik, boleh jadi dilakukan oleh ketujuh mapel atau beberapa mapel.
Skenario pembelajaran pada pelaksanaannya mengacu pada KD teks prosedur. Hanya dalam penilaian, ketujuh mapel dan indikator seluruhnya harus tergambar. Dengan kata lain, lembar kerja siswa akan membimbing kejelasan skenario dalam proses pembelajaran. Saya belum pernah melaksanaan pembelajaran dengan pendekatan STEM ini. Namun, dengan melihat lesson plan–nya, saya rasa ini terobosan pembelajaran baru. Salah satu pendekatan pembelajaran yang tak akan merampok hak anak didik, sebaliknya merupakan pembelajaran yang menyenangkan, menggali, dan menantang anak didik. Semoga!