Oleh: Dadang A. Sapardan
(Kabid Kurikulum & Bahasa, Disdik Kab. Bandung Barat)
Pada saat sedang menyendiri di kantor, datang seseorang yang memang biasa bertandang ke kantor untuk ngobrol yang kadang tidak jelas arahnya ke mana. Dia berbicara dengan sangat lancar tentang berbagai hal dan berbagai topik pembicaraan. Pada awalnya topik yang dibahas tentang A, dengan secara cepat topik pembicaraan sudah berada pada bahasan/topik B. Bahkan, pembahasan mengembang pada berbagai pokok pembicaraan lainnya. Tanpa terasa ada sekatan dari satu topik ke topik lainnya. Pembicaraan mengalir deras, beralih topik. Sebuah kepiawaian dalam merangkai kata-kata yang tidak dapat dimiliki oleh setiap orang. Kepiawaian orang yang dapat melakukan alih topik dengan sambungan gradasi.
Berkehidupan memang tidak bisa menafikan keberlangsungan komunikasi dengan orang sekitar dalam bangunan silaturahmi. Keberlangsungan silaturahmi diperlukan dalam upaya membangun kebersamaan dangan orang-orang sekitar. Kepiawaian dalam membangun silaturahmi menjadi tuntutan mutlak untuk bisa survive dalam ekosistem kehidupan.
Untuk mampu membuat nyaman dan menghilangkan lahirnya kejemuan dari setiap lawan bicara sehingga bisa berlama-lama mendengarkan berbagai tuturan informasi yang disampaikan, bukanlah perkara mudah. Diperlukan strategi pembelajaran dan pembiasaan sehingga nuansa yang tersaji benar-benar kondusif dan menyenangkan. Salah satu yang harus dimiliki untuk membangun nuansa demikian adalah kepemilikan kompetensi berbicara.
Dalam konteks komunikasi berbahasa terdapat empat keterampilan yang patut dimiliki setiap orang. Keempat keterampilan tersebut yaitu, mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Mendengarkan termasuk dalam kategori keterampilan reseptif karena sifatnya menerima masukan informasi. Sedangkan keterampilan menulis dan berbicara terkategori keterampilan produktif karena bersifat menghasilkan informasi.
Berbicara adalah keterampilan mengungkapkan isi pikiran dalam rangkaian kata-kata. Kemampuan merangkai kata dalam pembicaraan merupakan kepiawaian yang tidak bisa dimiliki oleh setiap orang. Kemampuan ini hanya dimiliki oleh orang tertentu dalam bentuk kompetensi yang keberadannya perlu dipelajari dan diasah secara terus-menerus.
Kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan menjadi sangatlah penting untuk keberlangsungan kehidupan keseharian. Dalam posisi sebagai makhluk sosial—makhluk yang tidak bisa melepaskan diri dari ketergantungan dengan manusia lain, bahkan makhluk lain dalam ekosistem kehidupannya—manusia harus mampu secara terbuka untuk saling mempertukarkan pengalaman, saling menyampaikan pikiran, saling mengutarakan perasaan, dan bentuk ekspresi lainnya.
Kembali lagi pada kemampuan beralih topik seperti dipaparkan di atas, kemampuan ini tidak serta-merta dapat dimiliki seseorang. Menelaah kemampuan berbicara yang dimilikinya sehingga dapat menahan lawan bicara agar tidak diterpa kejenuhan dan keengganan berkomunikasi, terdapat beberapa syarat yang harus dimiliki. Pertama, memandang satu topik pembicaraan dari sudut pandang yang baru, sehingga lahir keinginan teman bicara untuk mendengarkannya. Kedua, kepemilikan wawasan yang luas terkait berbagai materi pembicaraan, sehingga memungkinkan kekayaan informasi yang tersampaikan. Ketiga, disampaikan dengan gaya bicara sendiri yang dibarengi antusiasme sehingga tanpa memperlihatkan keraguan akan kebenaran topik yang disampaikan. Ke empat, disampaikan dengan diksi dan struktur bahasa yang apik dengan disertai kemampuan menangkap peluang guna melakukan alih topik, sehingga tersambung dengan gradasi pengalihan topik.
Dengan demikian, dalam komunikasi keseharian pada ekosistem kehidupan, kemampuan alih topik dengan adanya gradasi penyambung yang baik merupakan kompetensi yang harus dimiliki setiap orang terutama mereka yang sering berhubungan dengan orang lain. ****Disdikkbb-DasARSS.