Oleh: Drs. H. Jaka Supriatna,MM.Pd
(Kepala SMPN 2 Padalarang)
“Ajarilah anak-anak kalian berkuda, berenang, dan memanah!”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Adalah menarik saat mempelajari tentang Pola NAPAS untuk MENDETEKSI kualitas HIDUP terutama pada dunia pendidikan. Hal ini begitu fenomenal untuk melatih diri sehingga akan membuahkan kesabaran, keberkahan dan keberhasilan.
Berdasarkan hadits di atas, terdapat tiga macam olahraga yang disarankan oleh Rasulullah Muhammad SAW, yaitu Berkuda, Berenang, dan Memanah. Setelah Penulis amati ternyata ketiga olahraga tersebut erat kaitannya dengan pengaturan atau pengendalian napas, yakni kapan menerima napas, kapan menahan napas, dan kapan melepaskan napas. Di situlah seni ketiga olahraga tadi. Artinya, secara tersirat ada pesan dari hadits tersebut bahwa “Hai umatku, aturlah napasmu”.
Begitupun ketika kita membaca Al-Quran, pengaturan napas harus sangat diperhatikan. Tidaklah boleh kita menerima, menahan, atau melepaskan napas seenaknya saja. Kita haruslah memperhatikan dimana ujung ayat, memerhatikan tanda washal, memerhatikan tanda waqaf, memerhatikan dengung, dan juga memerhatikan panjang pendeknya bacaan huruf di ayat-ayat Al-Quran tersebut.
Dalam kesempatan lainnya, Rasulullah melarang umatnya untuk MARAH. Hal ini dikarenakan ternyata marah dapat mengacaukan peredaran darah yang berakibat merusak kesehatan.
Seperti diketahui, kacaunya peredaran darah dikarenakan marah membuat NAPAS TIDAK TERATUR. Napas para pemarah sangat berat dan terengah-engah. Jadi, kalau pun anda terpaksa harus marah, maka perhatikan napasnya, biarkan napas teratur, tenangkan diri, terima diri, terima kenyataan yang ada, lalu marahlah dengan hati yang damai, Hehe. Mampukah anda tetap marah bila hati sudah damai?
Nah dari ketiga pelajaran di atas, yakni tentang OLAHRAGA, MEMBACA AL-QURAN, dan JANGAN MARAH, tersiratlah dengan jelas bahwa kita disuruh untuk mengendalikan dan berdamai dengan napas. Semua disuruh belajar tentang fenomena Napas. Ada Rahasia apa dalam Napas?
Kini, cobalah tarik napas yang dalam secara perlahan, lalu tahanlah tiga detik, dan hembuskanlah perlahan. Apa yang dirasakan? Coba lakukan hingga tiga kali. Mana yang menurut Anda lebih nikmat, menerima udara, menahan udara, atau melepaskan udara?
Menarik napas adalah lambang dari MENERIMA, menahan napas adalah lambang dari MENAHAN, dan menghembuskan napas adalah lambang dari MELEPASKAN.
Coba ulangi lagi proses bernapas di atas dengan kesadaran yang lebih rileks, dan rasakanlah Allah meliputi Anda dan apa yang Anda lakukan. Nah, setelah Anda ulangi berkali-kali, coba jawab pertanyaan saya sekali lagi. Mana proses yang paling enak, apakah ketika MENERIMA, MENAHAN, atau MELEPASKAN?
Ya, bagi Anda yang merasakannya dengan baik, maka Penulis yakin mayoritas dari Anda menjawab ketika “Melepaskan”. Karena itulah jawaban mayoritas dari para audience training yang kami tanyakan langsung. Namun demikian, kita kadang tidak mudah untuk melepaskan karena terlalu ingin menahannya. Terkadang kita juga tidak mampu melepaskan karena memang tidak pernah sungguh-sunguh menerimanya. Kadang kita pun sulit untuk rela melepaskan nyawa kita karena tak pernah benar-benar menerima kehidupan ini. Padahal puncak dari kenikmatan di dunia adalah ketika kita rela melepaskan napas terakhir dengan hati tenang, dan dalam keadaan bertakwa. Saat “puncak kenikmatan” itu maka semakin dekatlah kita kepada Allah, insya Allah.
Nah sahabat, proses melepaskan hanya terjadi bagi Anda yang ikhlas MENERIMA sepenuh hati, lalu MENAHAN apa yang Anda terima tersebut secukupnya.
Menerima itu penting! Seringkali orang beranggapan, disebabkan ia menikmati sesuatu maka hal itu bisa ia terima di kehidupannya. Padahal kenyataannya adalah justru disebabkan ia mau menerima sesuatu itu maka sesuatu itu menjadi nikmat baginya. Menerima adalah pintu kenikmatan.
Nah, lalu proses apa yang paling membuat Anda susah? Yup, tepat sekali, yaitu ketika Anda MENAHAN NAPAS terlalu lama. Yakni, menahan sesuatu yang sudah diterima dengan terlalu lama, berlebih-lebihan, alias kemaruk.
Begitulah Sahabat Bernapas sekalian, bila Anda menahan sesuatu terlalu lama, maka hidup Anda akan susah dan menderita. Ada dua saat “menahan” yang terjadi. Pertama, Menahan setalah Anda menerima. Ke dua, Menahan setelah Anda melepaskan. Dan Menahan setelah Anda melepaskan itulah yang disebut sebagai MENOLAK. Jadi, Menahan itu bisa berarti Menolak untuk Melepaskan, atau Menolak untuk menerima.
“Menahan setelah Anda menerima” biasanya terjadi karena Anda keenakan dengan sesuatu yang Anda tahan tersebut. Anda tidak ingin melepaskannya, bahkan Anda sudah menganggap bahwa sesuatu itu adalah milik Anda 100%. Anda berusaha total menguasai dan mempertahankannya.
Sedangkan “Menahan setelah Anda melepaskan” biasanya terjadi karena Anda tidak mau menerima sesuatu yang hadir di kehidupan Anda. Padahal Anda ingin berlepas dari sesuatu yang tidak Anda sukai itu, namun demikian ternyata satu-satunya cara agar Anda bisa terlepas dari apa yang tidak Anda sukai adalah dengan cara : “Anda harus terlebih dahulu menerima kehadirannya di kehidupan Anda”. Bagaimana mungkin kita bisa menghembuskan napas bila kita belum menghirup napas? Terimalah, maka Anda akan mudah untuk melepaskan, dan lepaskanlah maka Anda akan mudah untuk menerima, insya Allah. Bolak Balik Method.
Akhirnya, melalui proses bernapas ini maka kita akan mendapatkan alur kehidupan, yaitu : Menerima – Menahan – Melepaskan – Menahan – Menerima – Menahan – Melepaskan – Menahan, dan seterusnya. Orang-orang yang cinta dunia hanya fokus kepada “Menahan – Menerima – Menahan”, padahal mereka hanya bisa optimal Menerima dan Menahan manakala mereka mau “Melepaskan” dengan tuntas.
Wallahu ‘alam***
Good
Harus belajar melepaskan dengan ikhlas karena hakikat nya semuanya adalah milik Allah semata 🙏🏼
Great, terimakasih sharing ilmunya pak.