Dadang A. Sapardan
(Kepala Bidang Pembinaan SD, Disdik Kab. Bandung Barat)
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus menggulirkan berbagai kebijakan yang dikemas dalam konsep merdeka belajar. Konsep ini di antaranya mengarah pada kebijakan strategis yang harus dirancang dan diterapkan oleh setiap satuan pendidikan sebagai lembaga paling hilir dalam penerapan kebijakan pendidikan. Satuan pendidikan menjadi ujung tombak keberhasilan penerapan konsep ini.
Kemasan konsep Merdeka Belajar digulirkan dengan arah untuk melakukan transformasi pendidikan Indonesia sehingga dapat mencapai Visi Pendidikan Indonesia, mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebhinekaan global. Sampai saat ini Merdeka Belajar yang digulirkan telah menginjak pada episode kesembilan belas.
Salah satu kebijakan Merdeka Belajar yang diterapkan adalah implementasi Kurikulum Merdeka pada setiap jenjang satuan pendidikan. Penerapannya diberlakukan oleh Mendikbudristek melalui Merdeka Belajar Episode Kelima Belas. Kurikulum ini diterapkan dalam upaya menyikapi berbagai fenomena kehidupan yang sampai saat ini terjadi, termasuk fenomena merebaknya pandemi Covid-19.
Pada dasarnya, kurikulum yang digunakan oleh satuan pendidikan harus memampukan setiap guru dan peserta didik guna menjelajahi khazanah ilmu pengetahuan yang terus-menerus mengalami perkembangan. Pemegang kebijakan kurikulum tidak selayaknya membiarkan para guru dan peserta didik tetap berkutat dan terpenjara dalam khazanah keilmuan usang serta menemui kesulitan dalam mengakses khazanah keilmuan terbaru.
Dalam fenomena perkembangan kehidupan yang diwarnai dengan era revolusi industri 4.0 dengan dominasi penggunaan perangkat digital sebagai sarana kehidupan serta society 5.0, kurikulum yang diterapkan harus dapat merespons fenomena tersebut. Apalagi kenyataan lain telah mendera ranah pendidikan. Telah lebih dari dua tahun lamanya, perjalanan pendidikan mengalami hambatan dengan merebaknya pandemi Covid-19.
Penerapan Kurikulum Merdeka pada satuan pendidikan dasar dan menengah merupakan jawaban atas terjadinya fenomena kehidupan tersebut. Untuk menyikapinya, diperlukan keseriusan dari berbagai stakeholder pendidikan, sehingga kurikulum yang diterapkan dapat berjalan dengan efektif, sesuai dengan harapan yang dipancangkan.
Pilihan Pendekatan Pembelajaran
Dalam pengorganisasian kurikulum yang dapat diterapkan oleh satuan pendidikan, minimal terdapat tiga pendekatan. Ketiga pendekatan dimaksud adalah kurikulum terpisah (separated subject curriculum), kurikulum korelasional (correlated curriculum), dan kurikulum integratif (integrative curriculum).
Kurikulum terpisah (separated subject curriculum) disajikan kepada peserta didik dalam bentuk subjek atau mata pelajaran yang terpisah satu dengan yang lainnya. Kurikulum ini dengan tegas memisahkan antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya. Selama ini, kurikulum terpisah digunakan pada satuan pendidikan jenjang SMP, SMA, dan SMK.
Kurikulum korelasional (correlated curriculum) mengkorelasikan beberapa mata pelajaran dalam sehingga mata pelajaran yang satu memperkuat dan melengkapi mata pelajaran lainnya. Suatu mata pelajaran dihubungkan antara satu dengan lainnya sehingga tidak berdiri sendiri-sendiri. Untuk memadukan antara pelajaran yang satu dengan yang lainnya, diperlukan kerja sama antarguru mata pelajaran. Salah satu penerapannya terjadi pada pembelajaran dengan pendekatan STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, and Mathematic).
Kurikulum integratif (integrative curriculum) memadukan beberapa mata pelajaran ke dalam satu kesatuan. Kurikulum ini meniadakan batas-batas mata pelajaran. Unit-unit disatukan dalam kesamaan tema dengan isi materi yang saling berkaitan. Tema diisi dengan sejumlah materi yang ada kaitannya dengan lingkungan, antara lain cara memelihara kesehatan lingkungan, makhluk hidup dalam suatu lingkungan, cara berbahasa, atau kebiasaan berolahraga.
Pengorganisasian kurikulum ini pada umumnya digunakan pada satuan pendidikan jenjang SD dengan istilah pendekatan tematik.
Kurikulum Merdeka memberi keleluasaan pada satuan pendidikan jenjang SD untuk mengorganisasikan pendekatan pembelajarannya sesuai dengan konteks yang dihadapi. Organisasi pembelajaran tidak lagi diarahkan hanya menggunakan pendekatan tematik seperti yang selama ini diterapkan oleh sebagian besar satuan pendidikan jenjang SD.Satuan pendidikan jenjang SD dapat menerapkan organisasi pelajarannya dengan menggunakan pendekatan mata pelajaran ataupun melanjutkan penggunaan pendekatan tematik.
Pembelajaran dengan pendekatan tematik adalah bentuk pendekatan pembelajaran terpadu yang menggabungkan suatu konsep dari beberapa materi atau pelajaran menjadi satu tema atau topik pembahasan tertentu. Dengan penerapan pendekatan ini terjadi integrasi antara pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang memungkinkan siswa aktif menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik.
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran ini melibatkan beberapa kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator dari suatu mata pelajaran, atau beberapa mata pelajaran. Melalui pendekatan pembelajaran tematik, siswa diharapkan dapat belajar dan bermain dengan kreativitas yang tinggi. Dalam pembelajaran tematik, belajar diharapkan tidak semata-mata mendorong siswa untuk mengetahui (learning to know), tetapi belajar juga untuk melakukan (learning to do), untuk menjadi (learning to be), dan untuk hidup bersama (learning to live together).
Untuk mengubah pengorganisasian dari pendekatan tematik menjadi pendekatan mata pelajaran bukan perkara mudah dan sederhana. Perlu dilakukan perubahan radikal, terutama penyiapan potensi guru yang benar-benar kompeten. Selama ini, guru pada satuan pendidikan jenjang SD terstigmatisasi sebagai guru kelas. Mereka mengajarkan seluruh mata pelajaran yang sesui dengan Standar Isi yang berlaku.
Untuk menyikapi opsi yang diberikan dalam penerapan Kurikulum Merdeka adalah melakukan penguatan konsep pendekatan tematik pada setiap guru. Selain itu, melakukan penguatan substansi materi pelajaran, sesuai dengan Standar Isi yang diberlakukan, sehingga mereka menjadi sosok yang berkompeten. Langkah ini tidak semata dapat dilakukan oleh satuan pendidikan dimaksud tetapi harus pula ada intervensi stakeholder pendidikan lainnya, termasuk pemerintah daerah dan pemerintah pusat.
Simpulan
Kebijakan Merdeka Belajar yang diterapkan dalam kebijakan pendidikan dasar dan menengah adalah implementasi Kurikulum Merdeka pada setiap jenjang satuan pendidikan. Penerapannya diberlakukan oleh Mendikbudristek melalui Merdeka Belajar Episode Kelima Belas. Kurikulum ini diterapkan dalam upaya menyikapi berbagai fenomena kehidupan yang sampai saat ini terjadi, termasuk fenomena merebaknya pandemi Covid-19.
Kurikulum Merdeka memberi opsi pada satuan pendidikan jenjang SD untuk mengorganisasikan pendekatan pembelajarannya sesuai dengan konteks yang dihadapi. Satuan pendidikan jenjang SD dapat menerapkan organisasi pelajarannya dengan menggunakan pendekatan mata pelajaran ataupun melanjutkan penggunaan pendekatan tematik.
Untuk mengubah pengorganisasian dari pendekatan tematik menjadi pendekatan mata pelajaran bukanlah perkara mudah dan sederhana. Perlu dilakukan perubahan radikal, terutama penyiapan potensi guru yang benar-benar kompeten. Karena itu, penerapan pendekatan tematik perlu dilanjutkan pada satuan pendidikan jenjang SD dengan melakukan pembenahan pada beberapa hal yang selama ini dipandang sebagai kelemahannya. **** DasARSS.