Skip to content

Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat

Primary Menu
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Tujuan Dinas Pendidikan
    • Struktur Organisasi
    • Pejabat Struktural Dinas Pendidikan
    • Tupoksi
    • Kontak Kami
    • Visi Misi & Moto
    • Maklumat Pelayanan
  • Statistik
    • Neraca Pendidikan 2016
    • Neraca Pendidikan 2017
    • Neraca Pendidikan 2018
    • Neraca Pendidikan 2019
    • Neraca Pendidikan 2020
    • Neraca Pendidikan 2021
  • Produk Hukum
  • Download
    • Library Document
    • Ebook
  • SAKIP
    • Renstra Disdik 2018-2023
    • IKU 2022
    • Perjanjian Kinerja Pejabat Eselon 2022
    • RKT Tahun 2021
  • Gallery Photo
  • Standar Pelayanan
  • PPPK
    • PPPK 2022
    • PPPK 2023
  • Portal Layanan
    • Portal Pelayanan
    • Portal Pengaduan
    • PETADIK
  • Publikasi
    • Majalah Kinanti
    • Podcast Bisa Cerdas
  • Home
  • News
  • BELAJAR DARI PANGERAN KORNEL

BELAJAR DARI PANGERAN KORNEL

Prof. Dr. Dinn Wahyudin
(Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia)

Alkisah. Suatu hari di tahun 1809. Bupati Sumedang Pangeran Kusumadinata IX atau dikenal juga sebagai Pangeran Kornel (The Prince of Kornel) mendapat kabar bahwa Gubernur Jenderal HW Daendels akan melakukan inspeksi mendadak ke wilayah Sumedang. Daendels merasa berang atas belum selesainya megaproyek ambisinya yaitu pembangunan Jalan Raya Pos (Groote Postweg) yang membentang sepanjang 1000 km dari Anyer sampai Panarukan. Daendels berniat berkunjung dan menegur langsung Bupati Sumedang atas keterlambatan pembangunan jalan tersebut.

Itulah peristiwa Cadas Pangeran yang heroik. Daendels merasa kesal karena ambisi pembangunan mega proyek jalan pos Anyer-Panarukan terganjal dengan belum tuntasnya jalan di area perbukitan berbatu sekitar Cadas Pangeran. Di sisi lain, Sang Bupati Pangeran Kornel juga merasa masgul dan terusik harga dirinya karena melihat rakyatnya yang diperlakukan semena-mena. Ribuan rakyatnya telah meninggal dunia karena kelelahan kerja paksa, kelaparan, dan menderita sakit selama pembangunan jalan di Cadas Pangeran berlangsung.

Ketika pertemuan Gubernur Jenderal Daendels dengan Pangeran Kornel berlangsung. Suasana sangat mencekam. Pertemuan tidak kondusif. Kedua belah pihak merasa tidak nyaman Ketika kunjungan kerja Sang Gubernur ke wilayah Sumedang ini. Dan ketika Gubernur Daendels mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, respons Pangeran Kornel sangat mengagetkan Gubernur Dandels. Pangeran Kornel melakukan jabatan tangan dengan tangan kiri. Sedangkan tangan kanan Sang Pangeran ini siap memegang erat Keris pusaka yang dibawanya. Tindakan ini membuat Daendels terkejut dan merasa diremehkan.

Peristiwa heroik ini telah diabadikan secara visual di wilayah Cadas Pangeran perlintasan jalan lama Bandung – Sumedang. Itulah kisah heroik. Ungkapan protes simbolik Sang Pangeran yang siap berhadapan langsung secara head to head dengan Gubernur Jenderal Daendels. Apapun risikonya. Termasuk kemungkinkan pertumpahan darah, telah dipikirkan secara matang oleh Sang Bupati.

Dalam sebuah versi, disebutkan akhirnya Daendels tak jadi marah. Ia mengubah siasat dan berjanji kepada Sang Pangeran akan membawa tentara Zeni Belanda untuk menuntaskan jalan sekitar Cadas Pangeran yang berbukit terjal, berbatu dan curam.

Spirit Cinta

Peristiwa Cadas Pangeran tersebut sangat heroik. Dan boleh jadi akan menjadi inspirasi bagi Kepemimpinan Masyarakat Sumedang sampai sekarang. Peristiwa heroik lebih dari dua abad lalu (tahun 1809) dapat ditarik beberapa catatan penting betapa kuatnya aura sang pemimpin dilandasi kecintaan pada rakyatnya.

Pertama, peristiwa Cadas Pangeran adalah bukti prilaku mulia. Prilaku pimpinan untuk siap membela rakyat. Cinta kepada rakyat dengan sebenar-benarnya cinta. Nyaah jeung deudeuh ka rahayat telah divisualisaikan secara simbolik oleh Bupati Sumedang Pangeran Kusumadinata IX atau juga dikenal Pangeran Kornel. Sebutan Kornel itu sendiri berasal dari kata Colonel yang artinya pemimpin.

Kedua, ekspresi keberanian dan cinta rakyat. Pangeran Kornel yang siap berjabat tangan dengan tangan kiri adalah keberanian bersikap untuk melawan kedzoliman. Ini penting dimiliki oleh semua orang termasuk para pemimpin bangsa. Bagi pemimpin (umaro) ini harus menjadi karakter kepemimpinan atau leadership style yang berpihak pada rakyat. Kepemimpinan yang memberikan solusi dan alternatif, bukan kepemimpinan yang hanya piawai dalam memberikan perintah dengan mengorbankan rakyat. Be a leader with a ladder, not a Boss with an Order. (Mridha,2018). Jadilah pemimpin yang memiliki tangga untuk solusi, dan bukan sekadar pemimpin yang hanya bisa memerintah. Jangan jadi pemimpin yang hanya bentik curuk balas nunjuk.

Apa yang ditampilkan Pangeran Kornel ini juga sisi lain dari pemimpin yang berani mengambil risiko untuk kemaslahatan masyarakat luas.

Ketiga, peristiwa heroik dua abad silam adalah ekspresi kecerdikan (smart thinking) seorang pemimpin. Apa yang dilakukan Pangeran Kornel juga ekspresi seorang pemimpin/Bupati yang cerdik dan berani dalam menyikapi fenomena yang terjadi pada saat itu. Seorang pemimpin kabupaten (regent) yang berani melawan pemimpin nasional/penjajah Belanda.

Dalam sejarah pembangunan jalan pos Anyer-Panarukan, bisa jadi ada puluhan wilayah kabupaten yang dilewati. Semua bupati yang kena megaproyek tersebut, nyaris bersepakat dan hanya “nurut” saja dengan penjajah Belanda dan tak melakukan perlawanan. Namun, di Sumedang, bupatinya melawan. Ia cerdik. Ia pemberani. Ia sendiri datang menyambut Gubernur Jenderal Daendels. Ia hadir untuk berargumen dengan penampilan yang unik yang bernada melawan.

Dengan segala argumen yang dikemukakan, Daendels yang kejam dan bengis tersebut bisa luluh. Sang Gubernur memahami argumen yang dikemukakan Sang Pangeran. Apa yang bisa dipetik dari peristiwa ini, berprilakulah dengan cerdik, gunakan strategi yang tepat untuk kemaslahatan rakyat banyak. Semua didasari karena rasa deudeuh. Rasa cinta yang tulus dari seorang bupati bagi rakyatnya.

Itulah peristiwa Cadas Pangeran yang melegenda. Lesson learnt yang bisa kita petik adalah jadilah pemimpin yang mencintai rakyat atau masyarakatnya. Pemimpin yang segala tindakan dan programnya untuk kesejahteraan rakyat. Pemimpin yang memberi maslahat bagi masyarakatnya. Dalam konteks pendidikan, hal ini antara lain diekspresikan pada kebijakan sekolah/universitas yang dibangun atas rasa cinta, rasa deudeuh, melalui pedagogi kasih sayang kepada siswa/mahasiswanya dan masyarakat luas.

Dalam perspektif Islam, konsep kepemimpinan diungkap melalui berbagai terminologi. Misal khalifah, ulil amri, dan contoh kepemimpinan Nabi Daud dan Kanjeng Nabi Muhamad SAW. Kepemimpinan yang baik dalam pandangan Islam telah dicontohkan Rosululloh yaitu fathonah, amanah, siddiq, dan tabligh. ***

Total Views: 146

Continue Reading

Previous: THE STORY OF QABIL DAN HABIL
Next: PAK HARTO DAN AVICENNA AWARD

Cari Berita Disini

Popular Post

You may have missed

KBB 1
  • Berita

MGMP Bhs. Inggris SR 02 KBB sukses Gelar Workshop Bertajuk “Making Meaning Beyond Words: Exploring Multimodal Literacy in the English Classroom”

bidangsmp 7 May 2025
WhatsApp Image 2025-05-02 at 14.56.19
  • Berita

Istighosah Puncak Peringatan Hardiknas Tingkat Bandung Barat 2025

bidangsmp 2 May 2025
WhatsApp Image 2025-05-02 at 07.03.18
  • Berita

Pakaian Adat Semarakan Peringatan Hardiknas Tingkat Bandung Barat 2025

bidangsmp 2 May 2025
hardiknas KBB
  • Berita

Ribuan Guru Bandung Barat Meriahkan Hardiknas 2025

bidangsmp 2 May 2025
Copyright © All rights reserved. | MoreNews by AF themes.