Adhyatnika Geusan Ulun
Edisi program Calon Guru Penggerak kali ini menuju sebuah pembelajaran yang berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana kita, sebagai guru, menyikapi kebutuhan belajar tersebut. Dengan demikian, seorang guru harus melakukan identifikasi kebutuhan belajar lebih komprehensif, agar dapat merespon dengan lebih tepat terhadap kebutuhan belajar murid-muridnya. Hal inilah kenapa pembelajaran tersebut diberi nama Pembelajaran Diferensiasi.
Pembelajaran Diferensiasi sesungguhnya serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan bagaimana seorang guru menciptakan lingkungan belajar yang menarik minat murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya. Selanjutnya, diperlukan kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
Selanjutnya, keputusan akan penilaian berkelanjutan, yakni bagaimana guru menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. Setelah itu, bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya, dan bagaimana guru akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut, seperti apakah perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda. Kemudian, menghadirkan manajemen kelas yang efektif, yakni bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
Dari hal di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran Diferensiasi adalah pembelajaran yang memberi keleluasaan pada siswa untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa tersebut. Pembelajaran berdiferensiasi tidak hanya berfokus pada produk pembelajaran, tapi juga fokus pada proses dan konten/materi.
Aspek Pembelajaran Diferensiasi
Terdapat sejumlah aspek dalam pembelajaran berdiferensiasi, yakni: Kesiapan Belajar, Minat Belajar, dan Profil Belajar. Semuanya merupakan hal penting saat mempraktikkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas. Sedangkan strategi yang dapat dilakukan adalah Diferensiasi konten, yakni tentang apa yang kita ajarkan kepada murid-murid kita. Kemudian, Diferensiasi proses yang mengacu pada bagiamana murid akan memahami atau memaknai informasi atau materi yang dipelajari. Setelah itu, Diferensiasi produk, yakni tentang tagihan apa yang kita harapkan dari murid mengenai hasil kerja atau unjuk kerja yang harus ditunjukan oleh murid.
Di Modul 2 program CGP, terdapat penjelasan tenatng bagaimana menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran berdiferensiasi (learning community, yakni bahwa setiap orang dalam kelas akan menyambut dan akan merasa disambut dengan baik. Kemudian, setiap orang di dalam kelas tersebut saling menghargai. Selanjutnya, murid akan merasa aman, dan ada harapan bagi pertumbuhan. Di samping itu, guru mengajar untuk mencapai kesuksesan, dan ada keadilan dalam bentuk yang nyata, serta guru dan siswa berkolaborasi untuk pertumbuhan dan kesuksesan bersama.
Guru dalam mengimplementasikan pembelajaran Diferensiasi perlu memahami aspek-aspek yang telah disebut di atas, yakni:
- Kesiapan belajar (readiness) murid
Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut.
Terdapat sejumlah cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001) mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas Anda. Tombol-tombol dalam equalizer tersebut mewakili beberapa perspektif kontinum yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid.
Perlu diingat bahwa kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan. Adapun tujuan melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya
- Minat murid
Seperti halnya orang dewasa, murid juga memiliki minat sendiri. Ada murid yang minatnya sangat besar dalam bidang seni, matematika, sains, drama, memasak, dan lain-lain.
Seperti diketahui, minat merupakan salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran. Tomlinson (2001) menjelaskan bahwa mempertimbangkan minat murid dalam merancang pembelajaran memiliki tujuan diantaranya: Membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan keinginan mereka sendiri untuk belajar; Menunjukkan keterhubungan antara semua pembelajaran; Menggunakan keterampilan atau ide yang familiar bagi murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang familiar atau baru bagi mereka, dan; Meningkatkan motivasi murid untuk belajar.
- Profil belajar murid
Dalam profil belajar murid terkait dengan banyak faktor, seperti: Bahasa, budaya, kesehatan, keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu juga akan berhubungan dengan gaya belajar seseorang. Dengan kata lain, profil belajar murid ini merupakan pendekatan yang disukai murid untuk belajar, yang dipengaruhi oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dan lain-lain.
Tujuan dari pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri. Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka. Penting juga untuk diingat bahwa kebanyakan orang lebih suka kombinasi profil.
Penilaian dalam Pembelajaran Diferensiasi
Di sisi lain, peran penilaian akan berfungsi seperti sebuah kompas yang mengarahkan dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi. Tiga perspektif dalam penilaian di kelas, yakni Assessment for learning – Penilaian yang dilakukan selama berlangsungnya prosesbpembelajaran. Kemudian, Assessment of learning – Penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai, dan Assessment as learning – Penilaian sebagai proses belajar dan melibatkan muri dmurid secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut.
Namun, di lain pihak muncul sebuah pertanyaan tentang ‘Bagaimana cara mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi yang efektif dan efisien? Bagaimana mengatasi jumlah murid yang banyak pada pembelajaran berdiferensiasi? Dan, Parameter apa yang dapat kita gunakan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran berdiferensiasi? Ini menjadi pertanyaan yang harus kita jawab dengan mencoba untuk melaksanakannya.
Simpulan
Dari sejumlah penjelasan tentang pembelajaran Diferensiasi, terdapat hal yang dapat dilakukan dalam proses pelaksanaannya, yakni diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk. Lalu, bagaimana mengatasi kesulitan, terutama ketika guru harus melaksanakan sejumlah kegiatan, baik peran maupun tindakan dalam waktu yang bersamaan. Hal ini berkaitan dengan keharusan untuk melayani berbagai kebutuhan belajar murid secara individu, terlebih kelas yang memiliki jumlah murid yang banyak.
Akhirnya, pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Berdasarkan pemaparan di atas, mengenai ketiga aspek dalam mengkategorikan kebutuhan belajar murid, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa untuk mengoptimalkan pembelajaran dan tentunya hasil dari pembelajaran murid diperlukan pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan belajar murid. ***
Sumber Bacaan: Modul 2 program Calon Guru Penggerak Angkatan IV, 2022
Profil Penulis
Adhyatnika Geusan Ulun, lahir 6 Agustus 1971 di Bandung. Tinggal di Kota Cimahi. Guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Cipongkor Bandung Barat sejak 1999. Pengurus MGMP Bahasa Inggris Kab. Bandung Barat. Alumnus West Java Teacher Program di Adelaide South Australia, 2013. Alumnus MQ ‘Nyantren di Madinah dan Makkah’ 2016, Pengasuh Majelis Taklim dan Dakwah Qolbun Salim Cimahi, Penulis buku anak, remaja dan dakwah. Editor NEWSROOM, tim peliput berita Dinas Pendidikan Bandung Barat. Jurnalis GUNEMAN Majalah Pendidikan Prov. Jawa Barat. Pengisi acara KULTUM Studio East Radio 88.1 FM Bandung. Redaktur Buletin Dakwah Qolbun Salim Cimahi. Kontributor berbagai Media Masa Dakwah. Sering menjadi juri di even-even keagamaan.
Adhyatnika.gu@gmail.com.,Channel Youtube: Adhyatnika Geusan Ulun, Ig.@adhyatnika geusan ulun.