CERPEN: Shermy Dihya Khumaira Affandi
(SMPN 3 Ngamprah)
Pagi hari yang cerah, aku disambut oleh ibu dan ayahku dengan hangat. Ayam berkokok menandakan bahwa aku harus segera bangun dari tidurku yang lelap. Aku, ibu dan ayah sarapan bersama memakan masakan ibu. Sungguh, masa-masa itu adalah masa ternyaman nan indah sebelum badai datang menghampiri rumahku.
Hari berganti hari terus berlanjut, aku merasakan adanya perbedaan suasana pada rumahku. Ibu dan ayah masih menunjukkan rasa sayang mereka padaku. Tapi tetap saja. “Ada sesuatu yang salah!” ucapku dalam hati.
Pada tahun sekitar 2011, ketika masih berumur 2 tahun, aku mulai melihat perpecahan pada keluargaku. Kedua orangtuaku terus bertengkar yang aku sendiri tidak tahu mereka mempersalahkan apa, lebih tepatnya, aku tidak mau tau. Saat itu, aku merasa terpuruk, berharap keadaan ini akan membaik dan kami akan sarapan bersama lagi dengan suasana hangat di pagi hari.
Namun kali ini, mereka bertengkar hebat. Pada malam hari ketika aku sedang bersiap-siap untuk tidur, ibuku tiba-tiba menggendongku sampai keluar rumah. Kututup mataku dengan kedua tanganku, mendengar ibu dan ayah berteriak memperebutkan aku.
Besoknya setelah kejadian itu, aku sudah tidak melihat barang-barang ayah termasuk foto-foto kami bertiga lagi di rumah. Seolah-olah dia benar-benar menghilang dari kehidupanku. Semenjak saat itu aku menjadi lebih pendiam dan murung. Sulit bagiku untuk menaruh kepercayaan pada orang lain. Namun seiring berjalannya waktu, ketika SD, aku memilih untuk menjadi lebih percaya diri lagi. Aku berteman dengan banyak orang, mencoba memberikan aura positif.
Duh, kalau boleh jujur, sesungguhnya aku iri pada kawan-kawanku yang memancarkan tawa manisnya dihadapan kedua orang tua mereka yang lengkap. Rasanya seperti déjà vu. “Kapan ya, aku bisa merasakan hal itu lagi?” gumamku dalam hati. “Tapi tak apa, aku yakin, bahwa ibuku telah membesarkanku dengan baik walau tanpa tulang punggung seorang ayah,” tambahku.
Ketika aku mulai memasuki kelas 2 SD, ibuku menikah lagi. Saat itu adalah masa-masa menyenangkan. Karena pada akhirnya untuk sekali lagi, aku merasakan sosok ayah walau bukan sebagai ayah kandung, memiliki keluarga yang utuh, ekonomi pun tercukupi.
Aku bersama ayah sambung selama hampir 10 tahun, sampai tahun 2020. Karena pada tahun berikutnya, orangtuaku bercerai untuk yang kedua kalinya. ***
Profil Penulis
Shermy Dihya Khumaira Affandi Lahir di Cimahi, 30 Juni 2008. Dia memiliki hobi menggambar dan menulis. Siswa SMPN 3 Ngamprah yang kini duduk di kelas 9I itu mempunyai kepribadian plegmatis. Karena itu, tak heran kalau dia terlihat dengan wajah datarnya dan cuek tentunya. Namun, sungguh dalam hati siswa yang sering dipanggil Shermy itu termasuk orang yang berempati besar pada orang lain..
Pewarta: Adhyatnika Geusan Ulun