CERPEN: Nadine Salsabila Putri
(SMPN 3 Ngamprah)
Memang tidak ada sesuatu yang bisa dibilang spesial terjadi, tapi memori ini bisa dibilang berkesan untukku. Karena itu adalah kali kedua tahunnya aku merayakan ulang tahunku tanpa sosok lelaki yang aku biasa panggil ayah.
Malam itu, 8 April 2020, jarum jam menunjukan pukul dua belas malam, tepat dengan pergantian hari aku berenjak ke-12 tahun. Hanya aku seorang yang terbangun pada malam itu. Kedua keluargaku, yaitu kakak lelaki dan ibuku, sudah tertidur pulas.
Pada saat itu, aku sedang merenung di ruang tamu rumahku. Dindingnya yang masih terpajang beberapa foto lama keluargaku yang terlihat lengkap. Ibu dan ayahku memperlihatkan senyuman mereka yang lebar sembari mengendong tubuhku yang kecil. Kakakku menggenggam tangan mungilku. Tanpa kusadari, kami selalu foto bersama setiap aku bertambah umur.
Satu-satunya sumber cahaya malam itu hanyalah handphoneku. Lampu rumah sudah dimatikan dan aku berada di sofa ruang tamu. Meja berbentuk persegi panjang di depanku tersusun dengan rapih, berbeda dengan pada saat ayahku masih hidup, meja tersebut dijadikan sebagai meja kerja, penuh dengan kertas, atau berkas-berkas penting yang sekarang hanya diganti dengan beberapa gelas dan ornamen-ornamen kaca.
Rasa duka tiba-tiba mengisi hatiku. Keheningan rumahku terpecahkan dengan suara tangisanku. Air mataku terus mengalir seperti sebuah keran air yang bocor. Aku tidak mengerti mengapa atau kenapa aku menangis karena aku dulu mengira bahwa dua tahun yang sudah berlalu telah membuatku lupa pada kesepian yang aku rasakan setelah beliau wafat.
Mungkin kenangan ini tidak bisa dibilang indah, tapi kenangan ini akan terus mendampingiku, walau terkadang kenangan ini terasa pahit di lidahku. Ayahku bukanlah seseorang yang bisa dibilang baik, tetapi beliau merupakan pria yang telah berada di sisiku setiap kali aku bertambah umur. Tangisanku akan tetap mengalir untuknya dan dia akan terus kudoakan dalam setiap sujudku.
Aku tidak terlalu tahu apa yang terjadi setelahnya. Hanya aku dibangunkan oleh ibuku. Walau pandangan mataku masih terlihat buram, aku mendengar perkataan beliau yang mengawali hariku dengan ucapan yang selalu ia ucapkan untukku pada tanggal ini. Sebuah ucapan ulang tahun. ***
Profil Penulis
Nadine Salsabila Putri lahir di Samarinda, 8 April 2008. Siswa SMPN 3 Ngamprah yang terlibat di berbagai ekstrakulikuler untuk mengisi waktu luangnya. Siswa yang sering disapa Nadine itu juga mempunyai hobi menggambar dan membaca novel.
Pewarta: Adhyatnika Geusan Ulun