‘BUSILA’ MODEL PEMBELAJARAN JARAK JAUH
N. Mimin Rukmini
(Guru Bahasa Indonesia SMPN 1 Cililin)
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) baik secara daring, luring, maupun kombinasi di antara keduanya mengisahkan kesan tersendiri. Kisah PJJ selama pandemi berbeda dengan PJJ masa sebelumnya. Penerapan Pembelajaran Model Busila pada PJJ yang penulis lakukan niscaya dilaksanakan pula oleh guru lain sebagai bentuk tanggung jawab dan pengabdian pembelajaran selama masa pandemi, dan pastinya seru sebagaimana yang telah penulis alami dalam best practice ini.
Latar Belakang
Kegiatan pembelajaran di Masa Covid-19 adalah pembelajaran yang super dan luar biasa. Tak terpikirkan sebelumnya apa dan bagaimana pembelajaran itu dilaksanakan. Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap pembelajaran tidak terbayangkan sama sekali.
Ketika baru beberapa minggu siswa mulai belajar dari rumah (BdR) pelaksanaan pembelajaran cukup dengan perencanaan pembelajaran yang sudah ada tanpa kreativitas, yang penting mereka bisa belajar. Artinya, bahwa pembelajaran bukan tanpa sebab, pembelajaran dilaksanakan serba dadakan. Pembelajaran spontanitas seperti ini berlangsung hingga akhir semester ganjil.
Pemerintah dalam penanganan masalah pembelajaran di era pandemi dengan sigap mengeluarkan kebijakan, yakni melalui Surat Edaran Pemerintah Nomor 4 tahun 2020. Kebijakan tersebut di antaranya bahwa pembelajaran masa pandemi tidak mengejar target kurikulum. Pembelajaran lebih diarahkan pada pendidikan kecakapan hidup, dan pendidikan karakter.
Dengan segala keterbatasan, kelulusan pun dilaksanakan sebagai bentuk penilaian pada setiap akhir tahun pembelajaran. Karena memang pandemi di Indonesia mulai terjadi dan beraksi di Maret 2020, yang pada akhirnya penilaian akhir tahun pembelajaran dilaksanakan dengan SOP yang berbeda dari tahun \-tahun sebelumnya.
Tahun pembelajaran 2020/2021 hampir selesai, namun covid-19 belum juga usai. Di sinilah guru terus berburu tugas siswa. Termasuk terus belajar bagaimana merancang pembelajaran agar PJJ lebih efektif dan efisien, tidak menimbulkan kebosanan.
Bosan dan jenuhnya siswa dalam PJJ membuat guru hampir kewalahan. Berbagai cara dilakukan. Guru berburu hasil kerja pembelajaran atau berburu tugas PJJ. Penerapan model pembelajaran inilah yang penulis sebut dengan penerapan pembelajaran model BUSILA, yaitu akronim dari berburu hasil kerja siswa.
Langkah Penyelesaian
Model pembelajaran BUSILA, aneh bukan? Tidak, ini pembelajaran nyata. Guru dalam PJJ tidak hanya memikirkan bagaimana menggunakan strategi pembelajaran yang disenangi siswa, tetapi juga memilah cara agar mereka dapat merampungkan semua tugas pembelajaran.
Tahap pelaksanaan model BUSILA adalah dengan cara terus menerus meng-update hasil kerja siswa secara berkala selama satu semester. Penulis mengambil sampel PJJ semester genap kelas IX -F tahun pelajaran 2020-2021. Di samping itu, juga meng-update data hasil kerja beberapa PJJ yang telah dilaksanakan secara periodik. Periodisasi dilakukan dengan harapan agar terlihat progres siswa yang telah dan belum menyelesaikan tugasnya.
Adapun periode meng-update hasil kerja yang telah penulis lakukan adalah sebagai berikut. Periode satu pada rentang waktu 5 Februari-6 Maret. Periode dua, tanggal 6 Maret-7 April. Selanjutnya, 7 April-8 Mei, dan periode terakhir 8 Mei-2 Juni 2021. Proses memburu hasil kerja pada setiap periode memiliki data sekaligus kisah tersendiri.
Hasil meng-update data penulis susun mulai dari siswa yang tugas paling banyak belum tuntasnya sampai dengan siswa yang tugas atau hasil kerjanya sudah tuntas. Bagi siswa yang tugasnya paling banyak belum tuntas, mendapat prioritas perhatian penulis. Umpanya saja untuk update data tanggal 29 April, tunggakan tugas siswa terbanyak mencapai 64 tugas dari 11 mapel, sedangkan saat itu minggu menjelang Ujian sekolah (US), artinya sebelum US, semua siswa harus sudah rampung menyelesaikan semua tugas pembelajaran. Hasil kerja dari tugas pembelajaran menjadi salah satu dasar pertimbangan kelulusan siswa.
Penulis membuat keputusan untuk menghubungi orang tua dari tiga siswa yang tugas PJJ-nya paling banyak belum tuntas. Banyak sudah cerita orang tua dan siswa yang sebut saja mogok akan tugas. Dari tiga siswa tersebut. Semua melakukan kebohongan pada penulis selaku wali kelas.
Saat ditanyakan tugas pembelajaran lewat WA misalnya, ketiga siswa kadang menjawab chat kadang tidak. Satu waktu karena sebentar lagi US, penulis langsung chat salah seorang siswa. Dia mengatakan sedang sakit. Penulis langsung datang ke rumah orang tuanya, ternyata sedang pergi ke pasar. Penulis klarifikasi, hingga orang tua paham dan siap membantu mengarahkan anaknya yang berbohong.
Dua siswa yang lain berbohong bahwa orang tua yang mau dihubungi sedang bekerja. Padahal orang tua mereka selalu ada di rumah. Kalaupun bekerja sebetulnya masih bisa menemui penulis selaku wali kelas. Hanya saja mereka tidak mau tindakannya diketahui orang tua. Intinya tidak mau mengecewakan orang tua. Padahal itu sebuah kesalahan besar yang bisa berakibat patal andai wali kelas tidak langsung menghubungi orang tua.
Demikian halnya bagi siswa lain selain di atas. Hubungan dengan orang tua lewat WA secara pribadi (japri) atau WA grup Paguyuban kelas, terus penulis lakukan untuk mengejar tugas PJJ yang belum siswa rampungkan. Berbagai cara dilakukan sehingga pelaksanaan PJJ mulai dari perencanaan sampai evaluasi dapat diselesaikan.
Hasil
Pelan namun pasti, akhirnya dengan pendekatan yang terus menerus penulis lakukan baik dengan siswa ataupun orang tua, akhirnya ketiga siswa tersebut tuntas merampungkan semua tugas PJJ. Demikian pula tugas siswa lainnya. Semua tuntas walaupun setelah US masih ada tugas yang belum selesai. Tetapi saat menjelang kelulusan, semua siswa selesai dan tuntas semua tugasnya.
Tiga data terakhir apdate hasil kerja PJJ diperoleh keterangan jumlah sebagai berikut. Update data periode April diperoleh hasil kerja siswa 84.98% dari jumlah total siswa 9F 35 orang. Bulan Mei 99.58%. Bulan Juni tanggal 2 Juni saat rapat kelulusan diperoleh data 99.80%. Malam menjelang kelulusan tugas PJJ semua siswa telah mencapai 100%. Artinya, saat pembagian kelulusan tugas PJJ semua siswa telah usai.
Simpulan
Tak akan ada perjuangan tanpa pengorbanan. Proses berburu hasil kerja usai sudah. Oleh karena itu, kerja sama dengan orang tua, kesabaran, dan konsistensi untuk terus mengejar tugas siswa akhirnya berbuah manis. Saat kelulusan semua siswa telah rampung menyelesaikan tugas PJJ. Siswa 9-F sampai dalam tulisan ini disusun, dinyatakan lulus.***
Catatan: Tulisan di atas dapat dsimak di Kumpulan Best Practice yang segera akan terbit.
Penulis
N.Mimin Rukmini, Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMPN 1 Cililin Kabupaten Bandung Barat (KBB). Sebagai salah satu Tim Newsroom dan Fasda Literasi KBB. Peraih Juara 1 OGN Tingkat Bandung Barat Tahun 2018. Suka menulis artikel, beberapa tulisan sudah diterbitkan di media massa (cetak dan online). Telah menerbitkan 14 buku, baik tunggal maupun antologi. Alamat surel mimin.abu@gmail.com.
Editor: Adhyatnika Geusan ulun