
BANDUNG BARAT-(NEWSROOM). Dinas Pendidikan Kab. Bandung Barat menerima Tim Program Harmoni-USAID. Kunjungan yang diterima oleh Kepala Dinas Pendidikan, Imam Santoso, Kabid Pend. SMP, Dadang A. Sapardan, dan Kasi Kurikulum SMP, Samid Rusman, tersebut dibahas beberapa program yang telah dilaksanakan di sejumlah sekolah percontohan di lingkungan Disdik KBB, Kamis (9/1/2020).
Kepala Dinas Pendikan, Imam Santoso, mengungkapkan apresiasinya atas kiprah Harmoni-USAID di Bandung Barat. Menurutnya, sebagai lembaga NGO (Non-Government Organization), Harmoni-USAID telah melaksanakan sejumlah program yang sejalan dengan implementasi PPK (Penguatan Pendidikan Karakter), yakni penguatan toleransi dan pencegahan kekerasan terhadap anak.
“Kami sangat berterima kasih kepada MSI dan USAID yang telah berkiprah di Bandung Barat untuk memajukan pendidikan, terutama dalam memperkuat implementasi PPK. Program Harmoni yang diimplementasikan oleh MSI dangan pendanaan dari USAID, selama ini telah memberi stimulus pada sekolah untuk melahirkan siswa yang toleran,” ungkap Imam Santoso saat memberikan sambutan di ruang kerjanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pendidikan SMP, Dadang A. Sapardan, menginformasikan bahwa pada awal tahun pelajaran 2019/2020, sebanyak empat SMP di Kab. Bandung Barat mendapat sentuhan Program Harmoni-USAID. Sekolah tersebut adalah SMPN 1 Ngamprah, SMPN 1 Cikalongwetan, SMPN 5 Lembang, dan SMPN 1 Cililin. Sekolah-sekolah ini diharapkan menjadi percontohan dalam implementasi program di atas.
Sejumlah treatment yang telak dijalankan di antaranya; seminar dengan guru dan orang tua siswa, kreativitas seni, pelatihan penulisan, serta kegiatan postif lainnya.
Seperti diketahui, sejak 24 Juli 2018 silam, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) RI bekerja sama dengan USAID, dalam upayanya melakukan pencegahan dan penanggulangan ekstremisme berdimensi kekerasan di Indonesia, menggulirkan program Harmoni.
Program tersebut pada awalnya difokuskan pada riset untuk mengembangkan pengertian resiko radikalisasi untuk para buruh migran di Hongkong, Malaysia dan juga di Indonesia. Selanjutnya program ini melaksanakan komunikasi strategis, integrasi sensitivitas konflik dan prinsip ‘Do No Harm’, gender, monitoring dan evaluasi, dan pembelajaraan. Gender menjadi pusat perhatian program Harmoni, bukan hanya dari sisi implementasi dan keterlibatan, tetapi juga fokus pada akibat yang ditimbulkan oleh pelaku Violent Extremism (VE) dan intoleran.
Kunjungan NGO Harmoni-USAID tersebut diharapkan dapat berdampak positif terhadap tumbuhnya toleransi siswa dan berkurangnya kekerasan pada anak. ***
Sumber Berita: Dadang A. Sapardan (Kabid Pend. SMP Disdik KBB)
Editor: Adhyatnika GU