Oleh: Santi Wardani, M.Pd.
(SDN Sindangsari Ngamprah)
Sejatinya, pemeliharaan lingkungan hidup merupakan kewajiban bagi semua manusia. Pada pengelolaan lingkungan hidup di dalamnya termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan dan pencemaran serta memulihkan kualitas sumber daya yang telah di eksploitasi.
Dapat kita rasakan, masalah sampah menjadi isu yang sangat penting, bagaimana pengelolaan sampah dapat menimbulkan banyak problematika.
Pentingnya menumbuhkan pola pikir peduli sampah dapat dilakukan sedini mungkin melalui penguatan dari elemen kunci Profil Pelajar Pancasila, yaitu beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi berbagai kebijakan didalamnya salah satunya pemeliharaan sumber daya dan lingkungan sekitarnya, berkaitan dengan aktivitas manusia berarti tidak akan terlepas dari sampah atau limbah. Semakin tinggi aktivitas manusia, maka akan semakin tinggi pula sampah atau limbah yang dihasilkan dari waktu ke waktu.
Sampah termasuk limbah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat dan berupa zat organik atau anorganik yang sudah lagi dibutuhkan oleh manusia.
Pada hakikatnya sampah bukanlah suatu hal yang merugikan, sampah bisa berubah menjadi sesuatu yang bermanfaat jika mengetahui teknik pengolahan yang tepat. Akan tetapi, selama ini masih banyak yang menggunakan teknik tradisional dalam mengolah sampah dan kurang ramah dengan lingkungan. Langkah yang paling sederhana adalah dengan metode 4R, yaitu Replace, Reduce, Reuse, dan Recycle. Jika metode ini sudah diterapkan setidaknya telah membantu memilah dan mengolah sampah.
GEBISS (Gerakan Bersih Sampah di Sekolah)
SD Negeri Sindangsari sebagai salah satu satuan pendidikan yang memiliki kewajiban untuk menanamkan kesadaran akan pentingnya lingkungan kepada murid-muridnya terutama mengenai masalah sampah. Dalam menumbuhkan pola pikir peduli sampah di sekolah, maka dibentuk dan dicanangkan program Gerakan Bersih Sampah Sekolah yang dilaksanakan melalui kegiatan kokurikuler, yaitu penunjang kegiatan intrakurikuler untuk menguatkan pemahaman terhadap materi ajar yang disampaikan oleh guru kepada peserta didik.
Diharapkan setiap anak memiliki potensi untuk mempunyai daya kreativitas yang tinggi, mampu berkolaborasi dan bersinergi dengan berbagai pihak, peduli terhadap lingkungan sekitar, sehingga dapat meningkatkan minat serta bakatnya dengan percaya diri. Semua kegiatan tersebut harus selaras dengan Profil Pelajar Pancasila dengan tujuan menanamkan karakter peduli lingkungan sekitar.
Dalam menerapkan kebiasaan peduli terhadap sampah, murid-murid juga harus memahami elemen-elemen sikap peduli sampah, yaitu mengurangi pemakaian barang yang akan menimbulkan sampah, kemudian yang kedua mendaur ulang sampah dengan mengolah sampah untuk digunakan lebih lanjut dan bernilai ekonomi.
Berikutnya, pilih sampah sesuai dengan jenisnya, kemudian yang memanfaatkan bank sampah dengan menghargai setiap sampah sesuai jenis dan nilai, untuk edukasi memilah dan memilih sampah. Dan juga menggunakan kembali material atau bahan yang masih layak untuk dimanfaatkan kembali.
Tidak hanya itu, ada juga contoh kegiatan positif yang bisa jadi teladan bagi anak-anak yaitu pemanfaatan barang bekas dan bisa juga melakukan pembuatan eco-enzyme. Menumbuhkan pola pikir peduli sampah pada anak dari sejak dini bukan hanya tugas orang tua atau guru semata. Melainkan semua pihak memiliki peran dalam menumbuhkan pola pikir peduli sampah.
Eco-Enzyme
Banyak sekali sampah yang tidak terolah dengan baik biasanya hanya dibuang berdasarkan jenisnya yaitu organik dan non organik yang menjadi salah satu penyebab menumpuknya sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Limbah sekolah bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik atau bisa juga dijadikan sebagai eco-Enzyme. Teknik pengubahan sampah organik menjadi eco-enzyme berperan penting dalam mengurangi banyaknya sampah organik yang berakhir di TPA.
Eco-enzyme adalah ekstrak cairan yang dihasilkan dari fermentasi sisa sayuran dan buah-buahan dengan substrat gula merah atau molase. Prinsip proses pembuatan eco-enzyme sendiri sebenarnya mirip proses pembuatan kompos, namun ditambahkan air sebagai media pertumbuhan sehingga produk akhir yang diperoleh berupa cairan yang lebih disukai karena lebih mudah digunakan dan mempunyai banyak manfaat.
Keistimewaan eco-enzyme dibandingkan dengan pembuatan kompos adalah tidak memerlukan lahan yang luas untuk proses fermentasi. Wadah yang diperlukan hanya wadah dari plastik dan mempunyai tutup yang masih rapat.
Guru melakukan kegiatan pendampingan murid-murid untuk membentuk anak yang kreatif, inovatif, serta terampil. Kegiatan yang dilakukan adalah mendampingi bagaimana cara untuk mengolah limbah dengan membuat eco-enzyme.
Eco-enzyme ini cairan alami serbaguna yang dibuat dari hasil fermentasi buah dan sayur yang dicampur dengan gula merah atau molase. Proses pembuatannya membutuhkan waktu kurang lebih 3 bulan untuk bisa dipanen hasilnya.
Manfaat eco-enzyme selain sebagai disinfektan, eco-enzyme yang mampu membunuh bakteri dan jamur, sehingga dapat digunakan sebagai pengganti pembersih dan pestisida berbahan kimia berfungsi juga untuk mengurangi konsumsi produk berbahan kimia yang dapat merusak lingkungan, eco-enzyme memiliki nilai ekonomi karena secara langsung mengurangi pengeluaran finansial untuk membeli bahan pembersih komersial.
Selain itu, nutrisi yang terkandung dalam residu sayur dan buah dalam proses pembuatan eco-enzyme dapat dimanfaatkan sebagai penyubur tanaman.
Hasil dari Program GEBISS
Program GEBISS ini berfokus pada bagaimana pengelolaan sampah bisa diolah dengan baik, sampah dapat di daur ulang dan menjadikan hasil karya yang bermanfaat bahkan berdaya jual.
Untuk hasil tujuan langsung dapat terlihat dari murid-murid yang semakin peduli terhadap lingkungan khususnya pengelolaan sampah yang bisa dibuat menjadi sebuah karya. Semua murid saling berkolaborasi dengan rasa ingin tahu yang tinggi untuk menciptakan lingkungan yang bersih terawatt dan tentunya ada karya yang dihasilkan yang sangat bermanfaat bagi warga sekolah yang dihasilkan oleh program GEBISS ini.
Guru hanya sebagai fasilitator mendampingi seluruh kegiatan murid, menjadi pamong, motivator serta perancang strategi sehingga semua murid semangat untuk terus melakukan semua praktik baik dengan konsisten Banyak sekali pembelajaran yang dapat diambil salah satunya kepemimpinan murid akan tumbuh dan berkembang dengan baik, mereka bisa mengeluarkan ide bagaimana pengelolaan lingkungan sekolah agar tetap bersih dan asri.
Juga tentang pengembangan diri dari kegiatan kokurikuler yang sudah diikuti, dampak yang ditimbulkan dari program ini yaitu murid mampu menjadi pribadi yang percaya diri, peka, peduli dan bertanggungjawab, serta mampu berkolaborasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan lingkungan sekolah yang kondusif juga nyaman.
Simpulan
Program GEBISS sudah baik diterapkan dengan adanya hasil nyata karya dari murid dengan kolaborasi warga sekolah yang peka dan peduli bagaimana menjaga lingkungan sekitar.
Di masa yang akan datang penulis berharap sekolah selalu melakukan sosialisasi dan kolaborasi dengan masyarakat dan juga dengan orangtua bagaimana pentingnya menjaga lingkungan sekolah.
Dalam program GEBISS ini diharapkan setiap karakter murid yang terbentuk semakin meningkat yaitu menjadi kreatif, inovatif, bertanggungjawab dan mampu berkreasi sehingga dapat menghasilkan sebuah karya mereka sendiri khususnya berupa keterampilan pengolahan dari daur ulang sampah.
Dengan adanya sistem pengolahan limbah sekolah untuk dijadikan eco-enzyme diharapkan mampu memberikan solusi bagi sekolah dan mampu memberikan manfaat dan dampak positif bagi lingkungan.
Oleh karena itu untuk memanfaatkan limbah sebagai benda yang bermanfaat dan mempunyai nilai guna. Sosialisasi harus terus dilakukan untuk menambah wawasan tentang pelestarian lingkungan, terlebih mengingatkan warga sekolah bahwa pelestarian lingkungan bisa dimulai dari hal-hal yang sederhana.
Maka dari itu penulis menghadirkan sistem pengelolaan sampah dengan memanfaatkan sisa sayur dan buah-buahan dengan istilah eco-enzyme. Anak-anak tidak hanya butuh diajari, tetapi juga dicontohkan. Karena teladan adalah nasihat yang paling berharga. Mari kita hidupkan jiwa kreatifitas anak salah satunya dengan pengolahan sampah yang lebih ramah lingkungan.***
Profil Penulis:
Santi Wardani, M.Pd. Lahir di Bandung 18 Februari 1987 Domisili di Cimahi, Jawa Barat. Peserta Pendidikan Calon Guru Penggerak Angkatan 4 Kabupaten Bandung Barat tahun 2021. Bertugas sebagai guru di SD Negeri Sindangsari Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat sejak tahun 2010. Ketua PGRI Ranting Kecamatan Ngamprah. Ketua KKG Gugus 2 Kecamatan Ngamprah, Guru Pamong pada program PPG Daljab dan Prajab LPTK UPI. Email : santiwardani4@gmail.com, IG : @santiwardani1, FB : Santi Wardani
Pewarta: Adhyatnika Geusan Ulun-Newsroom Tim Peliput Berita Pendidikan Bandung Barat