
“…Janji dengan sahabat bukan sembarang janji, melainkan ikrar mengikat karena diri selalu melekat nempel mengikuti ke mana arah perginya, seberapa kecepatan kendaraannya. Ah, betapa diriku dan dirinya erat, dekat, melekat, setiap saat.”
Awal Perjuangan
Pagi mengulum senyum, mengantar kepergian Penulis bersama Tim untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi (monev) Gerakan Listerasi Sekolah (GLS) Tantangan Membaca Bandung Barat (TMBB) sekolah inspiratif di wilayah subrayon 4 dan 5. Tim monev 3 beranggotakan Penulis, Eli Maftutah (Pengawas Pembina SMP), dan Dian Diana (Guru IPS SMPN I Cihampelas). Sekolah yang wajib dievaluasi tersebut berjumlah 11 dari 47 hasil seleksi sekolah inspiratif peserta TMBB (Tantangan Membaca Bandung Barat). Peserta semula 106 sekolah, tetapi yang lolos penilaian hanya 47.
Pada Jumat, (11/10/2019) rencana perjalanan monev adalah ke SMPN Satap Lembang. Karena lokasi dengan medan yang menanjak dan berkelok, atas inisiatif kepala SMPN Satap Lembang, Agus Solihin, kendaraan disimpan di SMPN 3 Cihampelas. Penulis dan Dian Diana menumpang mobil kepala sekolah. Tak terbayangkan sebelumnya, mobil meluncur di jalan yang betul-betul nanjak dan berkelok. Alhamdulillah, Pak Kepsek sudah hapal betul terjalnya medan jalan berbukit yang menyimpan berjuta keindahan alam semesta.
Tiba di sekolah, yang sebelumnya berpetualang terlebih dahulu ke Gunung Lumbung, Tim monev disambut dengan atraksi seni tradisional degung dan tari jaipong sambil duduk lesehan di saung baca yang terbuat dari bamboo. Setelah itu, Tim menyusuri kelas. Sungguh memukau, tiap kelas dihiasi pernak-pernik bukti kegiatan literasi. Masing-masing memiliki gaya tersendiri. Dinding tembok dicat sendiri oleh anak dengan gambar yang bervariasi. Pohon ‘Geulis’ (pohon gerakan untuk literasi sekolah) berdaun rindang. Demikian pula pojok baca dan majalah dinding yang terpajang, menambah semaraknya kelas literasi.
Indahnya Kebersamaan
Tak terasa indahnya kebersamaan itu. Segala fortofolio siswa peserta TMBB di Satap Lembang kami apresiasi. Senda gurau dan diskusi literasi diselingi suguhan makanan tradisional di saung baca, membuat lupa waktu, sampai akhirnya diguyur hujan besar. Hujan besar pertama di musim kemarau tahun ini. Tim monev yang baru saja datang disambut kesegaran yang luar biasa.
Rupanya inilah hal istimewa yang membuat penulis ingin memaparkan pengalaman geliat literasi di sekolah dataran tinggi. Geliat literasi negeri yang layak menjadi sekolah inspirasi.
Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Lain waktu dan lain tempat, lain keindahan lain pula suasananya. Namun, tantangan selalu bersisa dalam angan dan juga perasaan. Rasa gundah tak pernah redup merekah sepanjang zaman. Ah, rasanya angan berlebih, tapi memang terus membara, ingin kembali meneruskan cerita perjalanan monev TMBB.
Perjuangan Tanpa Akhir
Senin, (14/10/2019). Sasaran perjalanan monev berikutnya adalah ke SMP Bustanul Maarif dan SMPN 4 Cipongkor. (Perjalanan SMPN 4 Cipongkor akan saya paparkan dalam tulisan yang lain). Perjalanan dengan sepeda motor pertama sampai di SMP KP 2 Cipongkor, kendaraan kembali dititipkan di sini. Dari SMP tersebut, kami berdua dijemput Guru perintis dari SMP Bustanul Maarif. Mengapa demikian? Dian Diana sebagai pengendara ulung sepeda motor belum mengetahui medan jalan. Uhuy! Betul pula! Betapa kagum diri ini, sepanjang perjalanan menanjak, menyeruak lukisan perjalanan indah yang mantap! Sebuah bukit yang tidak merasa ada di perkampungan karena memang daerah ini boleh dibilang padat penduduk. Tertata seperti di perkotaan. Jalan menanjak dan sempit, ditambah rumah penduduk yang saling berdekatan.
Berada di daerah tebing dan menanjak, sampailah di SMP Bustanul Maarif. Dengan sambutan hangat Kepala sekolah dan para guru perintis di halaman depan sekolah, Tim didampingi memasuki ruang literasi yang cukup megah. Eit, belum sampai ke pintu gedung, terlihat pohon ‘Geulis’ menarik di gedung kelas yang berada di tebing bawah. Di seberang kelas ada persawahan, naik ke tebing lagi perkebunan penduduk penuh dengan pepohonan padat, menghijau, subhanalloh! Andai saja sengaja membaca di bawah pohon geulis, betapa dingin angin mengusik rambut, pikir berburu ilmu di buku, lengkap sudah zona alfa merenggut semua ilmu di buku karena suasana yang membahana. Stop ah! Angan melambung terlalu jauh kawan, ingin rasanya membaca buku sembari santai di kaki bukit ini.
Monev dilanjut dengan tanya jawab dengan anak-anak TMBB melalui presentasi buku dan pemeriksaan fortopolio literasi selama masa tantangan. Seperti diketahui, SMP Bustanul Maarif merupakan SMP plus pesantren, tak heran jika ada anak yang presentasi buku sudah berbakat dalam dakwah. Terpukau, haru, bangga, dan bahagia tak dapat dibendung. Betapa sekolah di atas bukit, cantik dengan talenta yang tak kalah dengan SMP di perkotaan. Penulis sajikan puisi dadakan sebagai apresiasi terhadap perjuangan literasi di perbukitan.
Di sisi lain, Asep Saepul Anwar, Koordinator Guru Perintis, menyapaikan laporan juga kesan pesan peserta tantangan. Peserta tantangan adalah siswa yang hebat secara akademik dan non-akademik. Rata-rata mereka masuk sepuluh besar. Sebaliknya, secara non akademik mereka adalah andalan pengurus OSIS atau pendakwah di lingkungan sekolah atau di masyarakat. Salah satu di antaranya sebagai penyandang juara pentas PAI. Mereka terbiasa dengan kesibukan sekolah, sekaligus sibuk juga dengan tugas pesantren. Inilah bukti bahwa SMP Bustanul Maarif termasuk sekolah inspiratif. Inspiratif bagi lingkungan sekitar dan juga sekolah di Bandung Barat. Terimakasih Bung Yoga Ginanjar! Terimakasih Guru Perintis! TMBB berlalu, literasi tetap terus menggebu. Semoga!
Akhirnya, inilah puisi yang penulis bacakan ketika di SMP Bustanul Maarif. Puisi ditulis dalam bahasa Sunda.
Kuring Reueus
Literasi
Maca kahirupan
Maca sakuriling alam
Reueus taya kendatna
Alhamdulillah nyandak barokah
Anaking jimat awaking
Diduakeun mugia dunia literasi urang ningkat
Anaking hebat
Nu bermartabat!
Barokalloh!
Mawa tampir jeung mawa bokor
Eusina kolek waluh jeung kupat
Bustanul Maarif Cipongkor
Sekolah inspiratif, dan hebat!
Cipongkor, Oktober 2019
Nb: Itu hanya curahan perasaan saja kawan! Betapa petualangan berliterasi di dataran tinggi menjadi lebih dari sekadar inspirasi. Petualangan memukau membonceng sepeda motor. Bersama teman seperjuangan.
N. Mimin Rukmini, Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMPN 1 Cililin Kabupaten Bandung Barat (KBB). Sebagai salah satu Tim Newsroom dan Fasda Literasi KBB. Suka menulis artikel dan telah diterbitkan di media massa (cetak dan online) dan telah menerbitkan 9 buku, baik tunggal maupun antologi. Tinggal di Bandung Barat, Jabar.