Reportase: Ema Damayanti
LEMBANG-(NEWSROOM). Sebanyak 130 guru Kabupaten Bandung Barat mengikuti Rapat koordinasi (Rakor) bertajuk sosialisasi implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS), pada Senin-Selasa (26-27 Agustus 2019), bertempat di hotel Radiant Lembang. Acara ini diselenggarakan oleh Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Mekar KBB sebagai rangkaian acara program Tantangan Membaca Bandung Barat (TMBB). Program ini ditujukan untuk siswa dan guru SMP yang dilaksanakan selama 7 bulan dari bulan Februari-Agustus. Pada program ini siswa diwajibkan membaca 21 buku selama masa tantangan dengan bimbingan guru perintis yang juga berkewajiban membaca satu buku. Setiap guru membimbing 3-5 siswa. Tercatat sebanyak 160 sekolah mengikuti program TMBB, 591 guru perintis, dan 2360 siswa sebagai peserta tantangan.
Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan Kab. Bandung barat, Dadang A Sapardan dalam presentasinya menyampaikan tentang dinamika kehidupan di era industri 4.0, dan pentingnya literasi digital untuk siswa, menuntut kesiapan dalam memenuhi tantangan zaman, dan juga harus berhati-hati dalam berinternet, sebab jejak digital dapat menjadi acuan masa depan seseorang.
Di sisi lain, Nani Suliyani, Fasilitator daerah (Fasda) GLS Mekar, tujuan kegiatan ini adalah untuk mengevaluasi kegiatan TMBB, mengimplementasikan GLS di KBB, dan meningkatkan kompetensi guru perintis dalam dunia literasi.
“Hasil dari acara ini diharapkan dapat terpilih beberapa sekolah yang mampu menyelesaikan tantangan dengan sebutan sekolah inspiratif dan terkumpul karya tulis sejumlah guru perintis yang hadir,” ucapnya.
Yuli Ridawati, salah seorang Fasda, yang mempresentasikan materi “GLS pada SPMI dan Akreditasi”, menyampaikan bahwa di Indonesia baru 16 persen sekolah yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP). GLS yang terintegrasi dalam pembelajaran, pembiasaan, dan pengembangan diharapakan dapat meningkatkan mutu standar sekolah.
Senada dengan di atas, Fasda Mardiyah menambahkan serta mengajak peserta mengevaluasi program TMBB. Beberapa guru menyampaikan hambatan dan inovasi dalam menjalankan kegiatan tersebut. Menurut salah seorang peserta, di antara cara mengatasi hambatan siswa dalam membaca, yaitu dengan mengumpulkan siswa membaca dalam ruangan full musik. Sementara itu, Nining Suryaningsih dari SMPN 2 Padalarang memberi tips agar siswa tidak asal membaca tanpa memahami isi bacaan. Caranya adalah guru menentukan sejumlah judul buku wajib dibaca siswa, kemudian buku tersebut dibaca dan dipresentasikan oleh seluruh siswa peserta tantangan secara bergiliran.
Pada sesi lain setelah peserta dibagi dua kelas dengan dibimbing Fasda Suparman, materinya adalah menentukan sekolah yang termasuk kategori inspiratif. Sementara yang lainnya disampaikan tentang praktik penulisan bertema kegiatan GLS di sekolah masing-masing..
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari tesrebut menampilkan juga Fasda Endang Widiasari tentang Best Practice GLS di SMP N 4 Cikalong Wetan yang sarat prestasi dalam bidang literasi. Dilanjutkan oleh Fasda Mimin Rukmini dengan materi memotivasi peserta untuk menulis artikel populer di media cetak. Kemudian, Fasda Dian Diana yang menyampaikan gambaran dan contoh pelaksanaan integrasi GLS dalam pembelajaran. Akhirnya, Fasda Titin Rostika dengan materi workshop membuat infografis sebagai salah satu teknik review buku.
Pada akhir kegiatan disampaikan bahwa pada 27 Agustus 2019 guru perintis menyerahkan hasil karya tulis, dan koordinator masing-masing Sub Rayon menyampaiakan hasil rakor kepada seluruh guru perintis.
Peserta mengaku anstusias dengan kegiatan sosialisasi ini ‘Banyak hal baru yang disampaikan oleh guru-guru hebat yang dapat diaplikasikan di sekolah kami nanti terkait pelaksanaan TMBB, ujar Siti Maemunah, guru YPII Cililin.
Sementara itu Sinta Nurdiana, guru SMP Bakti Mulya Batujajar menyampaikan saran terkait kegiatan TMBB kedepannya. ‘Saya ingin kegiatan ini TMBB kedepannya “ruh” nya lebih kepada pembiasaan siswa membaca bukan kompetisi’.***
Editor: Adhyatnika GU