Bandung Barat (Newsroom)- Sebanyak tiga orang guru Kab. Bandung Barat mendapatkan kepercayaan menjadi narasumber di Webinar Nasional yang diselenggarakan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Ketiga guru tersebut memaparkan teknik dan srategi desain pengintegrasian materi kependudukan, yakni Enung Hodijah dari SMPN 3 Parongpong , N. Mimin Rukmini (SMPN 1 Cililin), dan Mardiah Alkaff (SMPN 3 Padalarang), Kamis (28/7/22).
Direktur Kerjasama Pendidikan Kependudukan BKKBN Pusat, Edi Setiawan, melaporkan kegiatan ini digelar untuk memberikan pencerahan desain dan teknis serta strategi pengintegrasian materi kependudukan di Sekolah Siaga Kependudukan (SSK). Menurutnya, sudah ada 921 SSK di seluruh Indonesia. Perinciannya adalah 80 Sekolah Dasar (SD), 389 Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan 452 Sekolah Menengah Atas (SMA). Dari dari jumlah tersebut 108 sekolah termasuk SSK Paripurna dan sisanya tingkat dasar.
“Bahwa saat ini sudah sudah ada 921 Sekolah Siaga Kependudukan di seluruh Indonesia. Perinciannya adalah 80 Sekolah Dasar, 389 Sekolah Menengah Pertama, dan 452 Sekolah Menengah Atas. Dari dari jumlah tersebut 108 sekolah termasuk SSK Paripurna dan sisanya tingkat dasar. Kegiatan ini digelar tiada lain untuk memberikan pencerahan desain dan teknis serta srtategi pengintegrasian materi kependudukan di Sekolah Siaga kependudukan,” papar Edi Setiawan yang juga Ketua Penyelenggara.
Disampaikan juga, sesuai dengan amanat UU No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, dan PP No. 87 tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga, mengamanatkan kepada BKKBN untuk melaksanakan kerjasama pendidikan kependudukan dalam upaya menyelenggarakan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana. Salah satu strategi potensial dalam rangka kerjasama pendidikan adalah melalui jalur formal, khususnya Sekolah Menengah Pertama.
Selanjutnya, latar belakang pembentukan SSK ini tidak lepas dari upaya pemerintah dalam menyikapi akan datangnya era-bonus demografi di Indonesia pada 2020 hingga 2045 mendatang. Pada era itu, jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) proporsinya lebih dari 50 persen dibandingkan dengan kelompok usia non produktif (0-14 tahun dan > 65 tahun). Pada era ini harus disiapkan generasi yang berkualitas, agar tenaga kerja yang melimpah pada saat ini mampu membawa berkah bukan malah menjadi bencana.
Selain di atas, sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia unggul, untuk tahun pelajaran baru 2022/2023 dilaksanakan Orientasi Desain Pengintegrasian Materi Kependudukan ke dalam Kurikulum Sekolah yang dilaksanakan dengan menggunakan platform Webinar yang melibatkan seluruh unsur terkait dari sabang sampai Merauke, terdiri dari BKKBN Pusat, seluruh BKKBN Prov di Indonesia, para OPD di dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota, para Kepala Sekolah dan perwakilan Guru dari SSK.
Di sisi lain, Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN, Bonivasius Prasetya Ichtiarto, mengatakan melalui kurikulum kependudukan, BKKBN berharap anak Indonesia dapat memahami pentingnya wawasan kependudukan sebagai modal dasar pembangunan berkelanjutan.
“Berdasarkan sensus penduduk Indonesia ada 270 juta jiwa, namun sebagian tidak memiliki kualitas daya saing. Pertumbuhan penduduk yang cepat juga akan memperlambat tercapainya kondisi ideal antara kuantitas dan kualitas penduduk dengan daya tampung lingkungan,” imbuhnya.
Ditambahkannya, BKKBN melaksanakan pendidikan kependudukan untuk membantu masyarakat memiliki pengetahuan dan pemahaman dan kesadaran tentang kondisi kependudukan melalui jalur formal, khususnya jenjang pendidikan dasar dan menengah diimplementasikan melalui Sekolah Siaga Kependudukan SSK.
Sekolah yang telah ditetapkan sebagai SSK diharapkan terus mengembangkan inovasi melalui kegiatan, penguatan, dan pengembangan SSK baik di internal maupun eksternal organisasi guru,” tuturnya. Selain itu, sekolah juga menyediakan tempat konseling melalui Pojok Kependudukan sebagai pusat informasi siswa dan menjadi media konsultasi terkait isu-isu kependudukan yang meliputi pencegahan stunting, bahaya menikah dini, jarak usia melahirkan yang dikemas dengan menarik oleh guru.
“Terakhir kegiatan kesiswaan soal kependudukan. Kalau dimungkinkan semua bisa dimasukan unsur mau di OSIS, rohani keagamaan, PMR, Paskibra bisa dimasukan isu kependudukan. Jadi tidak hanya di kelas tapi di luar kelas juga masuk dalam isu kependudukan,” tandasnya.
Pada kegiatan di atas, para narasumber menegaskan bahwa materi kependudukan bukan menambah materi pelajaran, tidak menambah waktu pembelajaran ataupun mengeliminir materi pelajaran inti, namun sifatnya pengintegrasian/ insersi disisipkan dalam materi yang bersinggungan atau beririsan serta terkait dengan materi yang akan disampaikan kepada peserta didik.
Dengan kata lain, penyampaian dalam pembelajaran tiada lain untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik sebagai bagian dari penduduk Indonesia untuk bersama-sama bisa memiliki kesadaran melakuka pengendalian penduduk serta menjadi penduduk yang memiliki kecakapan hidup guna bekalnya di masa depan.
Hal di atas disampaikan juga oleh Enung Hodijah yang mengatakan sebagai seorang guru PPKn, materi yang diajarkan kerap berkaitan dengan permasalahan bangsa baik secara sosial, kenegaraan, isu lokal dan nasional. Menurutnya, pihaknya selalu menanamkan pola pikir kepada siswanya untuk cinta Tanah Air dan menjadikan mereka sebagai bagian dari penduduk Indonesia.
“Saya sendiri, sebagai guru PPKn banyak hal yang menggerus tata nilai terkait perkembangan sikap. Jadi dengan penduduk banyak, karakter yang tidak sesuai dengan kodrat ini merupakan tantangan,” ujar Enung.
Hal senada disampaikan N.Mimin Rukmini yang memaparkan pengintegrasian materi kependudukan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, dan Mardiah alkaff yang mendesain pengintegrasian materi kependudukan ke dalam mata pelajaran IPA.
Ragam materi pembelajaran banyak yang bersinggungan dengan materi kependudukan, fungsi reproduksi, stunting karena gagal pertumbuhan dengan aneka penyebab turut mewarnai penyampaian dan cara pencapaian pemahaman yang harus dikuasai siswa sebagai hasil perubahan tingkahlakunya, dimonitor dengan beragam asesmen yang menarik melalui flattporm quiz, game, TTS, Monopoli, Cerita mini, Poster dan masih banyak lagi.***
Sumber Berita: Enung Hodijah (SMPN 3 Parongpong)-Editor: N.Mimin Rukmini-Pewarta: Adhyatnika Geusan Ulun-Newsroom Tim Peliput Berita Pendidikan Bandung Barat.