Corona, Virus Mematikan
Fenomena COVID-19 (coronavirus disease 2019) benar-benar menyita perhatian dunia. Sejak diidentifikasi WHO pada 31 Desember 2019, virus yang dikenal dengan corona ini merambah ke semua sendi kehidupan. Lebih dari 160 negara di dunia saat ini diketahui terpapar virus yang berasal dari Wuhan, Tiongkok. Semua sektor, terutama ekonomi, sosial, budaya, termasuk pendidikan adalah yang paling terdampak penyakit mematikan ini. Berbagai upaya pun dilakukan. Mulai dari preventif hingga puncaknya adalah penerapan ‘lockdown’.
Seperti diketahui, COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2, salah satu jenis koronavirus. Penyakit ini mengakibatkan pandemi koronavirus 2019–2020. Penderitanya mengalami demam, batuk kering, dan kesulitan bernapas. Pada tahapan berikutnya malah berujung pada pneumonia dan kegagalan multiorgan. Sehingga bisa mengakibatkan kematian.
Sayangnya saat ini masih belum ditemukan obat antibiotik untuk menangkal virus tersebut. Hal ini sangat mengkhawatirkan, mengingat cakupan penyebarannya sudah mendunia. Bahkan hal ini lebih ditakuti dibandingkan dengan penyakit lainnya yang lebih mematikan sekalipun. Sehingga pemulihannya sangat bergantung pada kekuatan sistem kekebalan tubuh penderita.
Hikmah Program Swakarantina
Terlepas dari fenomena di atas, kebijakan Pemerintah yang menerapkan swakarantina akhir-akhir ini mengharuskan semua warga ‘work from home’. Kantor-kantor Pemerintah diliburkan, tidak terkecuali sekolah. Sehingga Ujian Nasional jejang SMK terpaksa dijadwal ulang. Kegiatan belajar mengajar pun di semua jenjang dihentikan, karena swakarantina mengharuskan para siswa untuk tidak berada dalam lingkungan yang diperkirakan akan mempermudah berkembangnya corona.
Hal di atas mengharuskan dunia pendidikan mencari solusi efektif untuk menyikapinya. Seperti sebuah model berbasis masalah yang menjadi ciri utama pembelajaran era digitalisasi dewasa ini, maka langkah yang tepat dan solutif harus segera diambil oleh pemegang kebijakan.
Dinas Pendidikan Kab. Bandung Barat sangat responsif dalam menyikapi permasalahan ini. Mulai dari mengeluarkan pernyataan resmi berupa surat edaran ke semua sekolah untuk menghentikan segala kegiatan pembelajaran di sekolah. Hal ini malah berdampak positif. Para guru, secara tidak langsung, diberikan keleluasaan untuk berinovasi dalam melaksanakan Tupoksi-nya. Sehingga proses belajar mengajar tetap terlaksana, walaupun harus menggunakan sarana dengan kondisi terbatas.
Sebagai bentuk monitoring, Disdik KBB pun mengeluarkan sejumlah instrumen pemantuan proses belajar mengajar untuk memastikan terlaksananya kegiatan tersebut.
Respon Guru Berbuah Inovasi
Penulis merangkum sejumlah kegiatan para guru di masa swakarantina di atas. Hal ini menjadi catatan istimewa tersendiri untuk Dinas Pendidikan Kab. Bandung Barat yang meluncurkan kebijakan di atas. Tentu tidak semua dapat di-cover, namun menjadi parameter saat respon positif mereka atas legal policy ini.
Banyak di antara guru berinovasi dengan menggunakan media digital daring. Sebagian masih menggunakan luring. Tetapi poin utamanya adalah terletak pada sikap dukungan mereka atas program mendesak ini. Program ini lah yang pada akhirnya mendorong terwujudnya pembelajaran jarak jauh yang merupakan suatu proses interaksi siswa dengan guru dalam waktu dan tempat yang berbeda. Hal yang tidak bisa dipungkiri proses ini merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Di sisi lain, pada proses di atas diperlukan sarana-prasarana penunjang, seperti media internet, video, dan teknologi lainnya. Namun saat ini, berbagai media alternatif pun dapat dipergunakan. Tinggal kembali kepada guru, karena tercapainya proses tersebut ditentukan oleh kesepakatan guru dengan siswa, perencanaan yang matang, komunikasi yang intens antara siswa dan guru, fasilitas yang memdai, dan kemampuan gur dalam menggunakan teknologi yang dipakainya.
Sementara itu, beberapa hal yang tidak boleh diabaikan adalah kejelasan perintah sehingga mudah dipahami oleh siswa. Selanjutnya guru harus menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, dan penilaian apa yang akan diterapkan.
Ada hal yang menarik dari proses pembelajaran jarak jauh, yakni terbangunnya penguatan pendidikan karakter. Secara tidak langsung, nilai kejujuran siswa saat mengerjakan tugas akan teruji. Selain itu, nilai kemandirian juga akan tercipta saat siswa dituntut menemukan, menggali informasi, mengembangkan bahkan menyimpulkan dari tugas yang diterimanya.
Kertas Soal: Solusi Belajar Mandiri Tanpa Gadget
Dian Savitri, Guru Bahasa Inggris SMPN 5 Cipongkor, menyikapi program siswa belajar di rumah dengan meluncurkan ide klasik tetapi solutif.
Kondisi geografis rumah siswa SMPN 5 Cipongkor yang relatif belum sepenuhnya terjangkau provider telekomunikasi, membuat Dian harus menyediakan sejumlah papersheets sebagai media pembelajaran. Hal ini tidak mengurangi esensi proses belajar mengajar untuk 27 siswa per-kelas yang dikelolanya.
Tentu bukan tanpa kendala, tetapi respon siswa sangat positif. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa kertas soal yang di-photocopy membuat proses belajar mengajar tetap.
“Saya senang mendapat tugas di rumah supaya tidak bosan,” kata Ihsan, siswa kelas 8 B.
Ide Dian pun diikuti oleh guru lainnya. Seperti halnya Dini Anora, selah seorang wali kelas, mengungkapkan bahwa keterbatasan tidak menghentikan upayanya untuk terus mengajar.
“Maunya belajar online, pakai aplikasi. Tapi apa daya, fasilitas terbatas. Tidak semua siswa memiliki gadget,” ungkapnya.
Pemberian Tugas Antisipasi Swakarantina
Lain halnya dengan Ni Putu Noviyanti, guru SMPN 2 Gununghalu, yang memberikan sejumlah tugas sebelum sekolah menetapkan masa swakarantina. Hal ini bukan tanpa alasan. Kondisi wilayah daerah yang relatif sama dengan di atas, menuntut Novi untuk bergerak cepat dalam mengantisipasi keadaan ini.
Novi memastikan semua materi yang seharusnya disampaikan pada minggu-minggu ini dapat diserap siswanya. Dia menggandakan bahan tersebut untuk selanjutnya dibagikan kepada mereka. Sehingga masa swakarantina dapat dipakai mengerjakan tugasnya.
“Kondisi SMPN 2 Gununghalu mah gak memungkinkan untuk tugas-tugas online. Jadi, hanya bisa memberikan tugas kepada anak-anak untuk melengkapi tabel “I can help my parents during the off school days”. Kebetulan saya mengajar kelas 8 yang membahas recount text,” ungkapnya.
Novi memberikan batas pengerjaan sampai dua minggu. Diharapnya para siswa dapat mengisi masa swakarantina ini dengan tidak meninggalkan kewajiban belajarnya.
Kertas Soal: Solusi Belajar Mandiri di Daerah Limit Sinyal
Kegiatan hampir sama pun dilakukan oleh Andri Devita Sari, Guru bahasa Inggris SMPN Satap Lembang. bedanya adalah, Andri memadukan sistem luring dengan daring. Sehingga hal ini dapat mengakomodasi seluruh siswa.
Pasca ditetapkan swakarantina, Andri mengunggah tugas harian melalui WA grup, sekaligus menggandakannya untuk siswa yang tidak memiliki gadget.
Kegiatan yang di-setting fleksibel ini mendapat respon positif siswa. Mereka mengatakan bahwa hal tersebut membuat pembelajaran menjadi lebih menarik karena dapat dikerjakan di waktu.
Lebih jauh disampaikan siswa bahwa orang tua mereka ikut terlibat mempersiapkan tempat belajar kelompok. Saat mendapat kesulitan menjawab, mereka pun meminjam HP orang tua untuk menghubungi guru.
Swakarantina Menuntut Siswa Belajar Online
Sementara itu, Ipon Juaningsih, Guru SMPN 2 Cililin, menggunakan whatssap web sebagai media dalam menyampaikan pembelajaran jarak jauhnya.
Ipon menginstruksikan siswanya untuk searching materi di internet, yang kemudian dikompilasi dengan bahan yang telah dipersiapkannya. Sehingga tercipta harmonisasi di antara guru dan siswa.
Di sisi lain, respon dari 40 siswanya sangat membanggakan. Meskipun terdapat sejumlah kendala, mulai dari sarana komunikasi yang tidak semua siswa mempunyainya, sehingga banyak yang harus pinjam kepada saudaranya. Ada juga yang mengeluhkan ketidakstabilan jaringan, hingga keterbatasan dana untuk membeli kuota.
Hal tersebut berdampak pada ketercapaian tujuan pembelajaran yang tidak maksimal. Namun, sebagian besar dari mereka sudah berusaha sekemampuannya untuk bisa menyelesaikan tugas.
Terlepas dari kendala di atas, Ipon menganggap bahwa pembelajaran jarak jauh ini cukup membanggakannya.
“Alhamdulillah, sampai saat ini hasil yang dicapai dari pembelajar online cukup memuaskan. Semua siswa bisa menyelesaikan setiap tugas yang diberikan,” ungkapnya.
Salah satu siswanya pun mengatakan bahwa pembelajaran online ini memberikan pengalaman tersendiri yang mengasikan.
“Belajar online mengasyikan, tapi tidak dapat dipungkiri menjalani swakarantina tak mudah, karena rasa jenuh dan bosan sering menghampiri. Jadi klo harus memilih. Ingin belajar lagi seperti biasa di sekolah. Ketemu teman-teman, dan jajan di tempat favorit di sekolah. Sehingga belajar bisa lebih menyenangkan,” katanya.
Solusi Belajar Mandiri Melalui Diskusi Jarak Jauh
Di kesempatan terpisah, Hanifah Munfarizah, Guru Matematika SMPN 1 Cipongkor, mengungkapkan pengalaman mengajarnya di masa swakarantina ini.
Hanifah, sama dengan yang dilakukan Ipon, memanfaatkan media sosial sebagai sarananya dalam menyampaikan materi pembelajaran. Sejumlah file berformat DOCX atau PDF berisi materi, contoh soal dan latihan soal, dibagikan melaui WhatsApp group kelas yang dibentuknya.
Tugas tersebut dikirim pada pekan awal. Sehingga terdapat dua tugas utama di minggu pertama dan kedua. Sementara untuk pengerjaannya diserahkan kepada siswa, dengan harapan memberikan keleluasaan kepada mereka untuk mengatur waktu. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa tentu semua guru melakukan hal yang sama. Namun tentu dengan memberikan batas waktu kegiatan.
Di sisi lain, tanggapan para siswa sangat baik. Sebagian besar dari mereka langsung mengerjakan soal. Tidak sedikit di anatarnya bertanyajika terdapat materi atau langkah dari pengerjaan soal yang kurang dimengerti.
Hanifah sangat bangga atas upaya anak didiknya. Terlebih ketika di grup terlihat siswanya berdiskusi tentang materi yang dipelajarinya. Walaupun tidak semua memiliki sarana komunikasi, tetapi siswa tersebut mengerjakan tugas ini di kesempatan terpisah secara luring bersama temannya.
Sementara itu, Bukhori, salah seorang siswa, mengatakan bahwa walaupun dapat mengerjakan tugas sesuai dengan instruksi guru, tetapi lebih mengasikan saat dia belajar di sekolah.
“Ah Bu, mending sekolah aja daripada belajar mandiri di rumah, pusiiiiing….banyak tugas. Kalau di sekolah kan bisa belajar sambil bermain dan bercanda dengan teman-teman,” katanya.
Senada dengan di atas, siswa lainnya, Diniati, mengatakan bahwa kendala yang ditemuinya adalah saat kesulitan membuka aplikasi yang dikirim guru.
“Ibu, filenya tidak terbuka, saya harus download aplikasi apa yah?” Aduh…Sedih …Bingung. Kata Paman saya juga, untuk tugas kalau pakai aplikasi DOCX mah susaaah,” ungkapnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, Hanifah mengomentari bahwa seudah saatnya siswa memiliki aplikasi yang dapat membuka sejumlah file, bukan hanya aplikasi game saja.
“Ibu sengaja share file lewat aplikasi DOCX atau PDF agar di gadget kalian isinya tidak hanya aplikasi game saja, jadi gadget bisa digunakan untuk hal-hal yang lebih positif misalnya belajar. Jadi kalian mengenal beberapa aplikasi lain selain game,” tandasnya.
Social Distancing Mendorong Pembelajaran Online
Sementara itu, Yanti Pertiwi, Guru SMP YP Mustika, menggunakan sejumlah media, seperti HP, Laptop, untuk pembelajaran jarak jauhnya.
Melalui aplikasi Google Form, Google Classroom, Kahoot, dan WAG, Yanti memberikan tugas kepada 281 siswanya. Dia menginstruksikan siswa untuk menggunakan aplikasi tersebut pada waktu yang fleksibel. Pelaksanaannya sendiri dimulai pada pukul 08.30 hingga 12 siang. Namun penyerahan tugasnya dilaksanakan mulai pukul 20.00.
Di sisi lain, beragam komentar siswa sebagai respon pembelajaran bermunculan. Namun sebagian besar positif. Salah satu di antaranya adalah Kurnia, siswa kelas 9, yang mengatakan bahwa dirinya senang dengan pembelajaran ini. Menurutnya, kegiatan ini tidak membosankan dan banyak menambah wawasan tentang sejumlah aplikasi bermanfaat.
“Saya senang mendapat tugas di rumah supaya tidak bosan, dan menambah wawasan jadi bisa menggunakan aplikasi belajar online,” katanya.
Senada dengan di atas, Rahmat, siswa lainnya, mengatakan bahwa dirinya lebih fokus belajar di rumah.
“Saya senang dengan pembelajaran online, karena akan lebih fokus di rumah pada masa social distancing dan lebih seru menggunakan aplikasi online,” ungkapnya.
Suka Duka Pembelajaran Jarak Jauh
Lain halnya dengan yang dialami Sri Sunarti, Guru SMPN 1 Sindangkerta. Sri menggunakan media sosial WA sebagai sarana pembelajaran. Dia menemukan berbagai kendala saat melaksanakan kegiatan ini, seperti tidak semua siswa memiliki alat komunikasi. Belum lagi jaringan yang terkadang hilang, hingga tidak adanya kuota untuk mengakses tugas yang diberikan guru.
Namun dari 120 siswanya, Sri menemukan sisi positif dari pembelajaran jarak jauh ini. Walaupun tidak semua mengerjakan tugas, tetapi untuk sekolah yang berada di daerah, peran serta siswa dalam menggunakan internet sungguh membanggakannya. Solusi untuk yang belum mengerjakan akan diberikannya saat masuk sekolah.
Dengan menggunakan jam reguler, para siswa diberikan tugas terstruktur mandiri secara daring. Sementara hasilnya diunggah ke grup media sosial yang dibuatnya.
Sementara itu, respon siswa yang diperoleh umumnya cukup baik. Mereka bersemangat mengerjakan tugas guru. Seperti yang diungkapkan Lusi, siswa kelas 9, bahwa pembelajaran jarak jauh cukup bagus, namun terasa kurang efektif saat memegang handphone.
“Belajar mandiri itu bagus, cuma kayaknya kurang efektif, soalnya kan belajarnya pake handphone, jadi kadang lagi ngerjain tugas tuh, malah banyak main hp dari pada nugas nya gitu. Terus kalau ada tugas sering nyantai, soalnya dikerjainnya di rumah, gitu Bu, hehe….,” ungkapnya.
Sri Sunarti menyadari rumitnya pembelajaran jarak jauh bagi sekolah di daerah. Terlebih saat mengisi kehadiran siswa melalui aplikasi google form. Menurutnya, masih banyak anak yang belum melek akan teknologi ini. Hal lain lagi ketika menemukan sejumlah siswanya yang harus membantu pekerjaan orang tua ketika di rumah.
Serunya Pembelajaran Jarak Jauh
Sementara itu, Wiwin Winangsih, Guru SMPN 2 Lembang, dalam mengungkapkan serunya pembelajaran jarak jauh. Menurutnya, hal ini menjadi tantangan yang harus disikapi secara bijak.
Sebanyak delapan kelas dengan variasi kondisi siswa membuat Wiwin harus mengoptimalkan grup WA kelasnya. Dari sinilah keseruan terjadi. Selain membahas materi pelajaran, terkadang siswa mengeluhkan spesifikasi Hpnya yang sering ‘hang’ akibat terlalu seringnya pemakaian, juga ada yang ‘curhat’ tentang uang jajan hariannya yang terkuras untuk membeli kuota. Tanpa terasa waktu pun merambat hingga larut malam.
Namun sejauh ini, proses belajar mengajar berlangsung cukup baik. Sekitar 75-80 persen siswa dapat menyelesaikan tugasnya.
Memanfaatkan Media Online Sebagai Media Belajar
Di kesempatan terpisah, Wiwin Damayati, Guru SMP Muslimin Cililin, mengungkapkan pengalaman pembelajaran jarak jauh bersama siswanya. Menurutnya, pada masa swakarantina ini sekolah mengumunkan proses belajar di rumah pada hari ke-2. Sehingga hari Senin dimanfaatkan untuk sosialisasi dan pengarahan tentang kebijakan Pemerintah tersebut.
Lebih jauh disampaikan bahwa pada pekan penetapan swakarantina bertepatan dengan jadwal PTS. Sehingga sekolah mengalihkannya menjadi proses penilaian jarak jauh. Seluruh guru diarahkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Wiwin yang mengampu pelajaran Bahasa Inggris ini membagikan link soal dengan memanfaatkan aplikasi Google Drive (Google Form) sebagai medianya. Termasuk daftar hadir siswa. Hal tersebut dirasa efektif, karena selain tersedianya jaringan, juga hampir semua siswa memiliki gadget.
Ditambahkannya juga bahwa untuk mengontrol terlaksananya program di atas, digunakan media lainnya, seperti WhatsApp, Google Drive (Google Form), Google Maps (Sharlock), Google Hangouts, dan Youtube. Selain itu, dimanfaatkan juga fasilitas Rumah Belajar https://belajar.kemendikbud.go.id, dan Ruang Guru. Sementara untuk siswa yang belum mempunyai HP disediakannya sejumlah fotokopi lembar soal & buku paket.
Masa swakarantina ini dirasakan Wiwin menjadi sebuah tantangan tersendiri. Selain memberikan juga penyuluhan tentang Covid-19, juga mengingatkan mereka untuk tidak lupa menjalankan kewajiban salat lima waktu.
Beragam respon siswa pun bermunculan. Mulai dari kesulitan jaringan, tidak adanya kuota, hingga tersitanya waktu untuk bermain di luar. Tetapi sebagian besar menyatakan bahwa kegiatan ini sangat menantang dan menyenangkan. Berikut komentar siswa:
“Seneng banget, lebih simpel kalau belajar online, walaupun pas ngerjain rada-rada susah tapi Bintang berusaha buat ngerjainnya,” kata Bintang, siswi kelas 7 A.
“Senang sekali, tidak terlalu cape bisa sambil ngopi ngerjain tugasnya & untuk mengisi daftar hadir online awalnya susah tapi lama kelamaan jadi mudah,” kata Fitriani, siswi kelas 7 B .
“Senang Ibu, jadi sedikit santai gak terlalu terburu-buru, tapi tugasnya itu yang kayanya lebih malah lebih banyak dari biasanya,” kata Silvia Maryati, siswa kelas 7 B.
“Senang Bu, jadi tahu bagaimana caranya mengisi daftar hadir secara online,” kata Albin, siswa kelas 7 B
“Pendapat Nur mah seneng-seneng saja PTS online bisa sambil rebahan ngisinya, enaknya lagi tinggal ngisi doang gak harus nulis, tapi lebih enak lagi mah PTS di Sekolah,” kata Nurlaela, siswi kelas 7 E.
“PTS online agak ribet, karena jika keluar dari link-nya yang diisi jadi kosong lagi, tapi seru, terima kasih,” kata Acep, siswa kelas 7 F.
“Lumayan ribet Bu online mah, mending sekolah biasa he…” kata Nafila, siswi kelas 7 G.
Di sisi lain, guru menyambut baik kegiatan di atas. Seperti yang diutarakan oleh Yeti Karyati, wali kelas 7 E, dan Ema Rahmawati, wali kelas 7 A, serta H. Elan, salah seorang guru.
“Mun sadayana dikieukeun nya. Gampil, teu kedah motoan soal,” ungkap Yeti.
“Makin seru saja ketemu rezeki beragam ilmu buat mereka,” ujar Ema Rahmawati
“Ternyata enak ya belajar online bisa sambil kaditu kadie, he…” ungkap H. Elan
Sejauh ini, menurut Wiwin, program berlangsung sesuai dengan harapan. Suka duka yang dialaminya menjadi pembelajaran berharga. Selain dapat mendukung kebijakan Pemerintah, juga program sekolah tidak terabaikan. ***
Adhyatnika Geusan Ulun, lahir 6 Agustus 1971 di Bandung. Tinggal di Kota Cimahi. Guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Cipongkor Bandung Barat sejak 1999. Pengurus MGMP Bahasa Inggris Kab. Bandung Barat. Alumnus West Java Teacher Program di Adelaide South Australia, 2013. Penulis buku anak, remaja dan dakwah. Editor NEWSROOM, tim peliput berita Dinas Pendidikan Bandung Barat. Jurnalis GUNEMAN Majalah Pendidikan Prov. Jawa Barat. Pengisi acara KULTUM Studio East Radio 88.1 FM Bandung. Redaktur Buletin Dakwah Qolbun Salim Cimahi. Kontributor berbagai Media Masa Dakwah. Sering menjadi juri di even-even keagamaan. Adhyatnika.gu@gmail.com., Ig.@adhyatnika geusan ulun