Cililin-(Newsroom). SMPN 2 Cililin menerbitkan buku “Meniti Cinta Hingga 30 KM”. Karya antologi warga sekolah tersebut merupakan kumpulan essay hasil karya warga sekolah.
Kepala SMPN 2 Cililin, H. Jumardi, mengungkapkan apresiasi atas buku yang diterbitkan oleh Tim GLS sekolahnya, bekerja sama dengan Newsroom Press tersebut. Menurutnya, hadirnya karya ini merupakan pembuktian bahwa di masa Covid-19 pun guru dan siswa tetap bisa berinovasi. Sehingga kondisi pandemi ini bukan halangan untuk guru dan siswa berkarya.
“Hadirnya buku ini sebuah pembuktian bahwa di masa covid pun guru dan siswa tetap bisa menghasilkan karya. Masa pandemi bukan halangan untuk guru dan siswa berkarya,” ungkapnya.
Ditambahkannya bahwa tujuan program di atas adalah agar guru dan siswa semangat berkarya dan menumbuhkembangkan budaya literasi, khususnya dalam mebaca dan menulis.
Sementara itu, Ema Damayanti, Guru sekaligus Pembimbing GLS, menuturkan bahwa buku Meniti Cinta Hingga 30 KM, yang melibatkan guru, siswa, dan kepala sekolah tersebut dihimpun selama dua bulan, November hingga Desember 2020. Satu bulan pengumpulan karya, dan satu bulan mengedit serta bimbingan karya kepada siswa.
Menurutnya, kegiatan di atas memberikan kesan yang tidak mudah dilupakan. Guru dan siswa yang tadinya merasa belum bisa menulis, namun setelah dicoba ternyata mereka mampu menghasilkan karya yang baik.
“Pembuatan buku Meniti CInta hingga 30 KM itu memberikan kesan yang tidak mudah dilupakan. Guru dan siswa yang tadinya merasa belum bisa menulis tapi setelah dicoba ternyata mereka bisa,” tuturnya kepada Newsroom, (18’1/21).
Lebih jauh disampaikan bahwa siswa, guru dan orang tua merasa bangga dengan hadirnya buku ini. Malah ada ide untuk mengumpulkan tulisan dalam sebuah bank tulisan yang diberi nama Bakatul (Bank karya Tulisan) .
Di sisi lain, Nandang Jaeni, Guru Perintis, menyampaikan bahwa pembuatan buku ini adalah pengalaman yang menyenangkan.
“Saya bisa menyimpan pengalaman terbaik saya dalam mengajar melalui tulisan. Banyak sekali kesan ketika kita mengajar ternyata setelah dituliskan hal tersebut jadi menyenangkan dan paling utama bisa menebar manfaat buat orang lain. Bisa saja hasil tulisan kita itu menginspirasi orang lain,” katanya.
Senada dengan di atas, Pipi Lismawati, Guru Perintis, menyatakan bahwa pafa awalnya kegiatan ini merupakan tantangan yang sangat berat. Namun, seiring dengan tuntutan GLS, dan ikut ke dalam guru pembimbing, mau tidak mau tantangan tersebut harus bisa ditaklukkan,
“Pada awalnya menulis adalah sebuah tantangan yang sangat berat buat saya pribadi, mungkin karena saya kurang begitu mampu dan kurang tekad serta tidak percaya diri untuk memperlihatkan tulisan saya dibaca orang lain. Tapi seiring dengan tuntutan GLS, dan ikut kedalam guru pembimbing, mau tidak mau tantangan tersebut harus bisa ditaklukkan. Seperti kata beberapa pemateri jangan takut tulisan kita jelek yang penting mau mencoba. Dengan sering menulis akhirnya tantangan yang berat tersebut bisa diatasi, dan alhamdulillah ketika tulisan- tulisan pendek kami guru-guru dan anak TMBB SMPN 2 Cililin terwujud menjadi buku Antologi berjudul Meniti cinta hingga 30 km, pastinya perasaan yang muncul adalah senang, bangga. Kalau ada kemauan pasti ada jalan keluarnya,” katanya.
Di kesempatan terpisah, Leovinda Elya, siswa penulis, mengatakan bahwa dirinya sangat bangga atas terbitnya buku ini. Menurutnya, memotivasi diri untuk membuat buku hasil karya sendiri.
“Membuat buku cukup susah karena baru pertama kali membuat buku hasil karya sendiri. Tapi hal itu membuat saya juga termotivasi untuk bisa terus menulis dan membuat karya sendiri. Menulis buku juga harus ide sendiri tidak boleh menjiplak hasil orang lain karna bagi diri saya itu sama saja tidak menghargai karya dan hasil orang lain. Itu pelajaran, yang saya dan teman-teman, dapatkan dari proses menulis buku,” imbuhnya.
Hal ini diperkuat oleh Ema Damayanti yang menyampaikan bahwa momentum ini merupakan sarana guru dan siswa berkarya. Selain itu, juga sarana edukasi bagi siswa dalam membuat kalimat efektif, mengembangkan paragraf, dan menulis dengan bahasa yang baik dan benar.
“Momen ini merupakan sarana guru dan siswa berkarya. Juga sarana edukasi bagi siswa dalam membuat kalimat efektif, mengembangkan paragraf, dan menulis dengan bahasa yang baik dan benar. Hal paling peting siswa juga belajar agar untuk jujur menghasilkan karya sendiri walau sederhana. Mereka tidak boleh bangga menulis dengan menjiplak dari internet, itu yang harus ditekankan. Sesederhana apa pun tulisan itu adalah hasil proses belajar. Tapi sebagus apa pun tapi jika hasil menjiplak tidak ada artinya,” tandasnya.
H. Jumardi manandaskan bahwa karya literasi ini diharapkan dapat memotivasi siswa dan guru untuk berani mengeksplorasi kemampuan olah pikir, rasa dan karsa dari pengalaman yang dihadapinya.
“Dengan terbitnya buku “Meniti Cinta Hingga 30 KM”, karya siswa dan guru SMPN 2 Cililin, adalah merupakan kebanggaan saya dan teman-teman, karena mereka mampu mewujudkan impiannya dan cita-citanya. Karya Literasi ini akan memotivasi siswa dan guru untuk berani mengeksplorasi kemampuan olah pikir, rasa dan karsa dari pengalaman yang ada di lingkungan sekitar nya, semoga bermanfaat khususnya bagi siswa dan guru umumnya bagi generasi yang akan datang,” tandasnya.***
***
Berita: Adhyatnika Geusan Ulun
Sumber Berita dan Foto: Ema Damayanti, M.Pd (Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Cililin/ newsroom).
Semangat terus tuk buku yang lainnya ditunggu….selamat SMPN 2 Cililin