Oleh: Prita Tania Rahmandita, M.Pd
(SDN Batujajar 3)
‘Dilema’
Ketika bumi dengan segala keberagamannya, penuh lika liku yang terus menggejolak. Ketika aku berada pada keadaan yang membingungkan, hati ini terasa gelisah memikirkannya. Seringkali aku dihadapkan pada dua pilihan yang terkadang sulit. Sering ku bertanya dalam hati sambil bergumam dan termangu seorang diri: Pilihan mana yang harus ku ambil? Jalan mana yang harus ku tempuh? Prinsipkah atau kepedulianku? Aku termenung saat itu.
Sering kali aku perlu mengambil sikap yang terbaik di segala situasi untukku, anak-anakku di rumah, siswaku, atau orang-orang di sekitarku. Memang perlu ku sadari pengambilan keputusan sebagai seorang yang ditugasi mendidik anak-anak bukanlah perkara mudah. Setiap kali aku dihadapkan pada prinsip yang kadang bersinggungan dengan hati dan nuraniku. Namun, kadangkala nilai-nilai kebajikan yang mendasar adalah perkara benar versus benar. Tapi, apa daya dalam kebingunganku, aku harus tempuh jalan yang terbaik.
****
Dilema, begitu orang-orang menyebut permasalahan yang aku hadapi. Situasi sulit dan membingungkan yang mengharuskan orang menentukan pilihan antara dua kemungkinan. Kemungkinan yang sama-sama menyenangkan, atau bahkan tidak menguntungkan. Apakah aku sanggup menghadapi situasi dilema ini? (tangan memangku dagu sambil berpikir). Tantangan selalu menanti di depan mata. Aku pikir, aku harus sanggup menghadapi setiap tantangan ini. Apalagi menjadi seorang pemimpin pembelajaran. Aku jadi teringat perkataan Bapak Menteri Pendidikan:
“Beban dan amanah kepemimpinan adalah mengimbangi semua prioritas yang terpenting. Tugas saya dalam pendidikan adalah melakukan yang terbaik. Apa yang diinginkan kadang-kadang belum tentu itu yang terbaik. Dan untuk membuat perubahan, apalagi perubahan yang transformational, pasti ada kritik. Sebelum mengambil keputusan, tanyakan, apakah yang kita lakukan berdampak pada peningkatan pembelajaran murid?”. (Nadiem Makarim:2022)
Sungguh luar biasa kutipan beliau. Kadang-kadang belum tentu keputusan yang kita ambil adalah yang terbaik bagi semua. Aku tersadar saat aku mengikuti program Guru Penggerak. Pelatihan ini mempelajari banyak materi yang bermanfaat. Salah satunya materi tentang Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin pembelajaran. Aku semakin paham pentingnya bagaimana cara mengambil keputusan. Ya, keputusan yang terbaik untuk semua di segala situasi. Inilah yang aku butuhkan selama ini, aku butuh pembelajaran hidup cara mengambil keputusan, agar aku tak ragu dan tak ada lagi yang mengganjal dalam hatiku. Aku bergumam sambil tersenyum dan penuh semangat.
Sambil aku berbagi pada rekanku, mungkin aku akan langsung menerapkannya di kelasku. Bagaiamana aku menghadapi situasi dilema etika terhadap murid-muridku, saat kebijakan-kebijakan yang keduanya benar ada nilai-nilai kebajikan yang harus aku dahulukan. Sebelum aku mempelajari modul ini, aku rasa aku sering ragu dalam mengambil keputusan, mungkin permasalahan ini permasalahan yang sering dihadapi semua guru. Namun, kali ini aku akan lebih sabar dan menelaah situasi yang dihadapi dengan tidak terburu-buru.
****
Sekarang, aku tahu empat paradigma dilema etika. Kemudian, aku akan pandang permasalahanku dengan paradigma mana yang aku pilih dalam situasi ini, lalu aku terapkan prinsip pengambilan keputusan yang paling baik dan memungkinkan. Setelah aku tahu prinsip mana yang aku ambil, aku akan lakukan sembilan langkah pengambilan keputusan tanpa ragu-ragu. Di kelas sebagai pemimpin dari murid-muridku, aku sebagai ‘Sang Figur’ perlu memberikan yang terbaik bagi murid-muridku tanpa mengesampingkan nilai-nilai keyakinan yang sudah ada padaku.
Apakah hanya aku saja yang perlu tahu tentang ini? Aku rasa semua pemimpin pembelajaran perlu tahu tentang praktik baik yang aku lakukan ini. Aku sering berpikir rasanya mereka perlu sesuatu yang baru tentang pengambilan keputusan.
Begitu banyak faedah yang didapatkan dari Program Guru Penggerak ini, aku pikir ada berbagai cara mentransfer ilmu pada rekan seperjuanganku. Ya, dengan ‘Berbagi Pengalaman’. Saat aku dihadapkan pada masalah, salah satu cara yang dapat aku lakukan, yaitu dengan berbagi dan mengajak rekanku untuk duduk bersama saat mengambil keputusan atau aku akan membantu rekanku saat mereka perlu dibantu.
Kadang rekan perlu bercerita tentang permasalahan yang sedang dihadapinya. Ketika rekan dihadapkan pada situasi yang sulit untuk mengambil keputusan, aku akan beri bantuan pada mereka, atau bahkan sama-sama mengambil solusi dan menghasilkan keputusan yang terbaik. Dilema sepertinya dapat hilang di benak para pemimpin pembelajaran.
****
Langkah awal sangat menentukan langkah berikutnya. Langkah awalku harus jitu. Saat aku dapat menularkan langkah-langkahku, aku juga akan mengajak Kepala Sekolah untuk berkoordinasi denganku. Aku yakin beliau akan mendukungku. Beliau orang yang lebih berpengalaman dalam mengambil keputusan. Aku perlu belajar banyak darinya. Mungkin beliau akan berbagi pengalaman yang menarik untuk mengisi pengalaman-pengalamanku yang masih dini.
Insya Allah, saat aku dihadapkan pada sebuah masalah, disitulah aku akan praktik baik dari apa yang sudah aku pelajari dari Pendidikan Guru Penggerak. Tak ada manusia yang sempurna, tapi dengan kegigihan yang tulus membuat keputusan menjadi lebih bermakna dan setiap detail keputusan yang kita ambil akan berarti bagi sekeliling kita” (Prita Tania R, 2022).
Profil Penulis
Prita Tania Rahmandita, M.Pd. lahir di Kuningan, 27 September 1987. Lulus kuliah Diploma II Universitas Pendidikan Indonesia jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (2008). S1 Universitas Terbuka jurasan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (2011), dan S2 STKIP Pasundan Cimahi jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (2014). Guru Sekolah Dasar Negeri Batujajar 7 (2009-2020) dan sekarang mengajar di SDN Batujajar 3 (2020-2022). Pernah menjadi Instruktur Nasional Guru Pembelajar (2016). Aktif sebagai penulis soal Ujian Sekolah Dasar Kab. Bandung Barat. Calon Guru Penggerak Angkatan 4, Anggota Tim Pengembang Kurikulum SD Kab. Bandung Barat. Penulis LKPD PLH Bandung Barat. Anggota KKG Ki Hajar Dewantara, dan aktif sebagai Juri FlS2N di tingkat kecamatan.
Pewarta: Adhyatnika Geusan Ulun