Oleh: Elis Lisnawati
(Guru IPS SMPN 1 Cililin)
Pandemi COVID-19 yang melanda hampir seluruh negara di belahan dunia ini benar-benar menghentak semua negara. Fokus setiap negara hampir sama yakni bagaimana menghentikan penyebaran virus corona yang menyebar demikian cepat dan masif ini. Komando pun diambil oleh pemerintah pusat hingga kebijakan-kebijakan yang bersifat universal diberlakukan secara menyeluruh ke semua lapisan masyarakat.
Pemerintah daerahpun senantiasa berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk menerapkan kebijakan berkenaan situasi khsusus ini. Mereka menerapkan kebijakan yang dianggap tepat untuk bisa menekan penyebaran virus. Semua bidang kehidupan terdampak tak terkecuali bidang pendidikan. Bidang yang berkaitan langsung dengan pemilik masa depan. Ya,, generasi penerus bangsa yang harus diselamatkan dari virus yang bisa menggerus harapan dan cita-cita luhur mereka.
Pembelajaran Daring
Pembelajaran tatap muka yang biasa dilakukan dimana guru dan siswa berinteraksi secara langsung sesaat harus terhenti kala COVID-19 mulai masuk ke negeri tercinta ini. Tepatnya Bulan Maret 2020 pemerintah mengeluarkan kebijakan dalam bidang pendidikan yakni pemberlakuan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Pembelajaran yang dilakukan dari jarak jauh tanpa ruang kelas. Guru dan siswa berada dilokasi berbeda sehingga peran teknologi sangat dibutuhkan mengingat pembelajaran dilakukan secara daring atau online.
Terhentak ? pasti karena situasi khusus ini menghadirkan kebiasaan baru yang tidak biasa dilakukan sebelumnya. Tanpa persiapan matang bahkan tidak ada dalam plan A.plan B semua harus bisa stay dan bertahan di masa pandemi ini. Beradaptasi dengan proses pembelajaran jarak jauh ini dilakukan baik oleh guru maupun siswa. Kendala dan permasalahan muncul seiring proses pembelajaran berlangsung.
Permasalahan yang hadir
Setahun bertahan melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh di masa pendemi menghadirkan berbagai permasalahan yang muncul. Permasalahan yang hadir bukan hanya datang dari guru, siswa namun orangtua pun meneriakkan ketidaknyamanannya.
Bagaimana seorang guru bisa menerapkan teknik yang tepat untuk bisa melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Hingga pembelajaran bisa tetap berjalan meski dengan cara yang tak biasa. Berbagai usaha dilakukan untuk dapat memiliki kemampuan yang menunjang proses pembelajaran jarak jauh. Kemampuan untuk menguasai berbagai metoda pembelajaran daring pun giat dilakukan.
Bagaimana usaha siswa untuk bisa mengikuti pembelajaran dengan baik hanya dengan intruksi yang diberikan guru lewat media handpone. Pembelajaran interaktif yang diharapkan terkendala oleh banyak faktor hingga tak jarang siswa mencari sendiri jawabannya. Pembelajaran inquiry hadir meski dengan proses yang tak terlihat langsung oleh guru.
Demikian juga masalah yang muncul dari orangtua. Bukan hanya masalah kepemilikan hp, kuota namun ketidaksiapan orangtua mendampingi anaknya selama proses pembelajaran jarak jauh menjadi kendala serius yang bisa menjadi pemicu anaknya tidak melaksanakan pembelajaran dengan baik. Kesibukan dan ketidakmampuan untuk menggantikan posisi guru bagi anaknya sebagai tempat untuk bertanya dan menyelesaikan permasalahan yang ada berkaitan dengan pembelajaran menjadi alasan yang keluar dari mulut orang tua saat evaluasi PJJ di sekolah yang menghadirkan mereka.
Penuh dengan toleransi
Tetap menjalankan proses pembelajaran dengan menerapkan berbagai keringanan pada siswa. Sekolah sebagai instansi yang bertanggung jawab terhadap tumbuh kembang anak menerapkan berbagai kebijakan yang tidak membebani baik pada orangtua maupun siswa di masa pandemic ini. Background keluarga, kondisi wilayah serta psikologi anak menjadi pertimbangan pengambilan kebijakan yang ditetapkan sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ)
Diawali perumusan materi essensial untuk setiap mata pelajaran, pembuatan jadwal pelajaran khusus selama pandemi, pengaturan jadwal kunjungan baik orangtua maupun siswa ke sekolah serta hal lain yang penuh dengan pertimbangan. Sress sebagai salah satu pemicu yang menyebabkan imun seseorang menjadi turun sangat dijaga. Situasi yang sudah membuat stres semua orang tidak lantas ditambah dengan beban belajar yang membuat stres anak dan orangtua. Hingga aturan longgar tapi mengikat, itu yang coba di terapkan.
Sesak karena COVID-19
Gejala COVID-19 selain demam, batuk, sakit tenggorokan hingga hadirkan sesak para penderitanya. Sesak karena COVID-19 selain dirasakan oleh orang yang terpapar Virus corona juga harus di rasakan oleh kami selaku guru. Sesak yang membuat kami harus mengambil nafas dalam-dalam disebabkan perkataan yang diucapkan segelintir orang.
Surat terbuka pada sang guru, salah satu tulisan yang di baca lewat group whattapp, yang beredar di media sosial berisikan temuan seseorang yang melihat seorang anak usia 12 tahun yang harus nge-print tugas sekolah seharga dua puluh empat ribu rupiah untuk satu mata pelajaran. Tanpa konfirmasi baik dari anak atau sekolah dimana anak tersebut menuntut ilmu beliau menyimpulkan yang mengindikasikan begitu teganya guru memberi beban pada siswa dimasa pandemic ini.
Belum lagi ungkapan yang pernah viral guru makan gaji buta selama pandemic, senangnya jadi guru meski sekolah libur, tetap di gaji, Mal buka, pasar buka, tempat rekseasi buka kenapa sekolah masih belum juga buka? ternyata virus corona adanya di sekolah nyatanya sekolah masih tutup dan masih banyak lagi perkataan yang kadang membuat kami selaku guru harus menghela nafas dalam-dalam.
Opini dan pernyataan yang tak bisa disalahkan. Tidak harus dijawab dengan cara membeberkan fakta bahwa kami tetap bekerja. Namun dijawab dengan tetap menjalankan tugas sebagai bentuk penyangkalan. Orang boleh berpendapat, orang boleh beropini sesuai sudut pandangnya. Namun kami juga punya tanggung jawab tidak hanya terhadap profesi namun yang lebih penting adalah tanggung jawab terhadap sang pemberi amanah.
Pandemic memberikan pembelajaran yang luar biasa khususnya bagi kami selaku guru.Tidak ada yang berubah. Kami tetap bekerja sesuai tupoksi. Mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai sampai mengevaluasi tetap dilakukan. Dengan cara yang berbeda, dengan cara yang tak biasa. Rangkaian kegiatan yang biasa dilakukan di sekolah, tetap berjalan sesuai agenda. Semuanya tak ada yang hilang.
Situasi khusus yang hadirkan cara/teknik khusus, treatment khusus dan segalanya yang serba khusus. Biarlah proses yang dijalani di situasi khusus ini menjadi salah satu cara yang harus ditempuh untuk bisa tetap menjalankan tupoksi kami. Satu yang pasti kami tetap menjalankan tugas, tetap hadir dan memberikan pelayanan bagi siswa/i.. Tidak ada yang berubah. Tidak ada istilah santai apalagi diam. Kami tetap ada, tetap bekerja, meski dengan cara yang tak biasa***
Penulis
Penulis : Elis Lisnaw Penulis : Elis Lisnawati
|
Guru IPS SMPN 1 Cililin Staft kurikulum SMPN 1 Cililin, Sekretaris MGMP IPS SR 04 KBB Sekretaris FKG-IPS KBB Penulis empat buah buku tunggal (Impian Yang Bertepi, Indahnya Terpasung,Semburat Rasa dan Saat Duka Menyapa) dan dua buku antologi (Cinta, Rasa dan Puisi, Pelangi di Bukit SACIL)
|