Reportase : Nani Sulyani
Ka lemah cai kuring jangji
Jangji bakti béla pati
Nagaraksa pakusarakan
Ngaheuyeuk geusan bumetah
Tanah éndah nagri asri
Titipan kurnia gusti
Muga langgeng mulus nanjung
Muga lana digjayana
Waluya jagjag waringkas
Alunan lagu (Bahasa Sunda:kawih) berjudul “Ka Lemah Cai Kuring Jangji” ciptaan Mang Koko mengumandang di Aula Ramayana & Robinson Departement Store Padalarang, Kamis (21/10/19). Kawih tersebut merupakan sebuah lagu yang dilatihkan, selain kawih dengan judul “Arwah Pahlawan” gubahan Wahyu Wibisana.
Dalam rangka “Miéling Poé Basa Indung Sadunya” (Memperingati hari bahasa ibu internasional), MGMP Bahasa Sunda Kabupaten Bandung Barat bekerja-sama dengan Dinas Pendidikan KBB menggelar kegiatan pelatihan menyanyikan lagu sunda/kawih. Kegiatan ini diikuti oleh 100 guru dan siswa dari berbagai sekolah jenjang SMP.
Membuka kegiatan tersebut, Dadang A. Sapardan, Plt. Kabid SMP mengucapkan terima kasih kepada panitia dan peserta yang telah berperan aktif dalam kegiatan ini. Menurutnya, saat ini sedikit sekali guru dan siswa yang mau mendalami budaya, khususnya budaya Sunda. Oleh sebab itu, maka guru dan siswa yang hadir pada kesempatan ini merupakan orang-orang yang benar-benar mencintai budaya. Dadang berharap, agar insan pendidikan di KBB dapat mempelajari dan mendalami budaya sunda, serta menginformasikannya melalui berbagai kanal, sehingga memiliki nilai jual di dunia internasional.
Turut hadir dalam kegiatan ini pengawas pembina MGMP Bahasa Sunda, motivator berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian budaya sunda, Cicih Sundarsih. Cicih menyampaikan, bahwa ‘basa téh cicirén bangsa, leungit basana-ilang bangsana’. Makna dari peribahasa ini mengungkapan betapa pentingnya bahasa di dalam kehidupan dan kebudayaan suatu bangsa, tak terkecuali Bangsa Indonesia. Menurut Cicih, disebabkan kemajuan zaman dan pengaruh globalisasi, banyak penutur bahasa yang enggan menggunakan bahasa daerah. Hal ini yang membuat UNESCO menetapkan tanggal 21 Februari sebagai International Mother Language Day atau Hari Bahasa Ibu Internasional. Ketetapan ini yang kemudian menjadi rujukan diperingatinya hari bahasa ibu di berbagai belahan dunia.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menetapkan Perda No. 14 Tahun 2014, sebagai revisi Perda No. 5 Tahun 2003 yang berisi tentang pemeliharaan bahasa, sastra dan aksara daerah. Demi mendukung maksud dan tujuan Perda tersebut, di dalam pasal 5a tercantum di antaranya adalah menyelenggarakan pelatihan, penataran, seminar, lokakarya, diskusi, apesiasi dan kegiatan sejenisnya.
Khusus di Jawa Barat, kegiatan ‘Miéling Poé Basa Indung’ digagas oleh Yayasan Lembaga Basa Jeung Sastra Sunda (LBBS) yang dikawal oleh budayawan sunda Darpan dan Taufik Faturochman. LBBS sebagai organisasi sosial dan nirlaba mengajak kepada para walikota dan bupati di Jawa Barat untuk memperingati kegiatan ini, sebab berdasarkan amanat Undang-Undang, bahasa dan sastra sunda merupakan kekayaan budaya bangsa yang wajib dilestarikan.
Ajakan peringatan tersebut di antaranya adalah menganjurkan kepala daerah melalui Dinas Pendidikan atau Dinas Kebudayaan Kabupaten/Kota untuk menyelenggarakan kegiatan seminar atau diskusi kebudyaan; menginstruksikan di lingkungan dinas masing-masing untuk menggunakan pakaian adat sunda; serta berkomunikasi menggunakan bahasa sunda, baik dalam kegiatan formal, maupun non formal. Selain itu, menginstruksikan pula agar memasang spanduk/banner yang berisi pernyataan dukungan atau penguatan, contohnya: ‘Miara Basa Sunda, Ngajungjung Darajat Bangsa’.
Leli Halimah, ketua MGMP Bahasa Sunda, merangkap ketua panitia, dalam keterangannya menyatakan, bahwa pelatihan kawih ini merupakan sebuah alternatif agar pembelajaran bahasa sunda lebih menarik dan bervariasi. Peserta dilatih agar dapat bernyanyi (ngawih) dengan baik dan merdu. Menurutnya, pelatihan ini banyak mendapat respon positif, terbukti dari jumlah peminat yang melebihi kuota. Namun, disebabkan beberapa keterbatasan, pada akhirnya, panitia hanya dapat memfasilitasi untuk 100 orang peserta saja. Harapannya, di tahun mendatang, kegiatan ini dapat diselenggarakan lebih meriah, lebih gebyar dengan jumlah peserta yang lebih banyak. Tak lupa, Leli juga mengucapkan terima kasih kepada Disdik KBB atas dukungannya terhadap kegiatan ini.
Kegiatan pelatihan kawih yang mendatangkan nara sumber G.J. Setra Pramudita ini, merupakan rangkaian persiapan dalam rangka menjelang diadakannya Pasanggri Kawih, yang direncanakan bulan September mendatang. Guru yang mengikuti kegiatan ini, diharapkan dapat melatih dan mempersiapkan siswanya menghadapi pasanggiri. Sedangkan, untuk siswa, selain persiapan pasanggiri, kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan dan memantapkan pembelajaran bahasa, serta budaya sunda kepada generasi penerus, sebagai sebuah upaya pelestarian. Sebagaimana diketahui, para siswa merupakan anak bangsa yang diserahi tanggung-jawab untuk menjaga bahasa dan sastra sunda (kebudayaan sunda) dari kepunahan.
Dua buah kawih yang dilatihkan kepada peserta merupakan lagu yang bertema tentang cinta tanah air, serta nilai-nilai kejuangan para pahlawan. Di dalam lagu tersebut, sarat dengan nilai-nilai pendidikan karakter. Kawih ka lemah cai kuring jangji mengandung nilai-nilai integritas, kecintaan terhadap tanah air dan bersedia membela tanah air dengan jiwa- raga.
Kawih arwah pahlawan bermuatan nilai karakter religiusitas, serta integritas. Berisi tentang doa kepada para pahlawan, yaitu Raden Dewi Sartika dan Otto Iskandar Dinata yang merupakan pejuang tanah Pasundan. Dalam dua lagu tersebut tersurat harapan agar tanah air Indonesia tetap jaya dan selalu berada dalam lindungan-Nya.
Tanggung jawab melestarikan bahasa, sastra dan budaya sunda merupakan tanggung jawab bersama. Diperlukan sebuah upaya sinergis yang melibatkan berbagai unsur. Dukungan dari berbagai pihak sangat diharapkan agar nilai-nilai mulia yang terdapat di dalam kebudayan sunda dapat menyatu dengan kepribadian bangsa Indonesia, khususnya dalam pembentukan karakter siswa.