Oleh: Budhi Slamet Saepudin, S.Sos
(Pelaksana Bidang SMP Disdik KBB)
Akhir-akhir ini kita dikejutkan dengan beredarnya kabar ratusan anak pelajar SMP di Garut yang menjadi angota sebuah group sosmed facebook di mana ditenggarai memiliki kecenderungan penyimpangan orientasi seksual LGBT. Sebuah kenyataan yang sangat memilukan dikala anak-anak yang seharusnya berkonsentasi menuntut ilmu di bangku sekolah justru terjerumus dalam kehidupan LGBT. Seperti banyak diberitakan, grup facebook dengan nama “Kumpulan Barudak Gay SMP/SMA Garut” ini memiliki jumlah anggota lebih dari 2.600 orang yang didominasi siswa SMP dan SMA.
LGBT merupakan akronim dari (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender). Istilah ini digunakan sejak tahun 1990 untuk menggantikan frasa komunitas gay atau komunitas yang memiliki orientasi seks terhadap seama jenis, khususnya laki-laki. Istilah LGBT sendiri sudah mewakili semua kelompok yang memiliki disorientasi seksual, baik penyuka sesama jenis, menyukai keduanya dan kelompok yang secara perilaku atau penampilan tidak sesuai dengan jenis kelaminnya.
Mengutip pernyataan Menteri Kesehatan RI, Nila Djuwita F Moeloek, bahwa LBGT dari sisi kesehatan tidak dibenarkan sama sekali dan bukan merupakan gangguan jiwa tetapi merupakan masalah kejiwaan. Ada beberapa faktor yang disinyalir menyebabkan seseorang berperilaku menjadi LGBT:
- Faktor Keluarga
Kesalahan pendidikan budi pekerti dan sikap sosial di keluarga oleh orang tua terhadap anak menjadi salah satu penyebab anak terjun ke dunia LGBT. Perilaku kasar atau perlakuan tidak menyenangkan lainnya menjadikan anak cenderung memilih LGBT sebagai pilihan hidup. Ketika seorang anak perempuan melihat perlakuan kasar sang ayah terhadap ibunya bisa jadi setelah dewasa anak itu menjadi pembenci kaum laki-laki dan akhirnya terjerumus menjadi seorang LGBT.
- Faktor Lingkungan dan Pergaulan
Lingkungan pergaulan seorang anak menjadi faktor dominan dalam membentuk karakter anak menjadi LGBT. Masuknya budaya asing yang dianggap tren dan mode kekinian juga menjadi penyebab seorang anak turut terseret dalam dunia LGBT.
- Faktor Genetik
Secara genetik penyimpangan orientasi seksual menyukai sesama jenis atau keduanya merupakan sifat yang diturunkan dari keluarga atau orang tuanya. Keberadaan hormon testosteron dalam tubuh manusia memiliki andil yang besar terhadap perilaku LGBT. Kadar hormon testosteron yang rendah pada seorang laki-laki bisa menyebabkan dia berperilaku seperti wanita.
Seorang LGBT dengan kecenderungan menyukai sesama laki-laki memiliki 60 kali lipat lebih mudah tertular virus HIV/AIDS dan penularan yang paling mudah yaitu melalui dubur. Mengutip data dari CDC (Centers of Disease Control and Prevention) AS pada tahun 2010 menunjukan dari 50 ribu infeksi HIV baru, dua pertiganya adalah LGBT. Dibanding data tahun 2008 telah terjadi peningkatan sebesar 20 % penderita. Pada tahun 2013 CDC mengkonfirmasikan bahwa 81% dari pengidap HIV di AS adalah kelompok LGBT.
LGBT hendaklah tidak dianggap sebagai sebuah mode atau gaya hdup, tetapi lebih jauh merupakan sebuah masalah kejiwaan yang bisa menyeret pelakunya ke dalam penyakit berbahaya yang berujung kematian. Secara agama pun LGBT sudah jelas sebagai sebuah perilaku yang diharamkan dan dilaknat Allah SWT. Dikisahkan dalam Al-Quran, bagaimana kaum Sodom di zaman Nabi Luth AS yang berperilaku sex menyimpang akhirnya dihancurkan oleh Allah SWT. Maraknya LGBT adalah sebuah fenomena degradasi moral di negeri ini, apalagi sudah menyentuh level pelajar yang notabene belum pantas melakukan hal seperti itu. Diperlukan peran serta semua stakeholder dalam masyarakat, orang tua siswa dan pemangku kebijakan untuk menghadapinya. Semoga dengan kepedulian bersama fenomena LGBT ini dapat diredam dan dihilangkan dari budaya bangsa ini, semoga negeri ini dijauhkan dan diselamatkan dari murka Allah seperti petaka yang dialami kaum Nabi Luth AS, naudzubillah.