Tati Purwasih
(SMPN 3 Parongpong)
“Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Sumeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia.” – Soekarno
28 Oktober 2021 diperingati sebagai hari kelahiran Sumpah Pemuda dan tahun ini yang ke-93 tahun. Hari dimana tonggak sejarah yang sangat penting dalam usaha membentuk satu bangsa yang sudah mulai pada awal abad ke-20, adalah suatu pekerjaaan “raksasa”, mengingat bahwa negeri ini terdiri dari ribuan pulau, beragam suku bangsa dan agama.
Dalam pekerjaan raksasa yang membentuk “nation” Indonesia yang besar dan modern, Sumpah Pemuda mempunyai “role” yang sangat besar, karena sumpah pemuda ini telah melakukan apa yang menjadi syarat-syarat suatu nation, seperti wilayah, bahasa, ciri-ciri persamaan kebudayaan untuk seluruh Indonesia. Semuanya dilakukan dan dinyatakan secara sukarela, dengan semangat yang tinggi melawan imperialisme dan kolonialisme Belanda serta rasa kecintaan yang sangat besar pada tanah air.
Dimulai dari sekelompok pemuda-mahasiswa STOVIA yang membentuk sebuah wadah organisasi Budi Oetomo yang telah melahirkan bangunan kesadaran dan pikiran akan Kebangsaan dan Cinta Tanah Air melalui pendidikan, inilah yang dikenal sebagai hari Kebangkitan Nasional (20 Mei 1908). Kemudian berlanjut pada peristiwa bersejarah Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928), dan mengkristal pada Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Indonesia sudah menjadi satu bangsa yang merdeka dan sejajar dengan bangsa-bangsa merdeka lainnya.
Dari perjalanan sejarah sampai diraihnya kemerdekaan oleh bangsa Indonesia tersebut, kepeloporan pemuda sudah tidak diragukan lagi sumbangsih dan peranannya. Tidak hanya sampai disini, kepeloporan pemuda berlanjut setelah kemerdekaan diraih. Mereka tampil di garda terdepan untuk mempertahankan kemerdekan bangsa Indonesia yang akan diambil oleh bangsa Imperialis.
Semangat patriotik dan anti imprealisme pemuda menjadi karakter sosial pada saat itu. Sebagai contoh, kita dapatkan pada sosok Pemuda Soekarno (Bung Karno) yang sangat patrotik dan anti terhadap imprealisme. Bahkan saat menjabat sebagai presiden, Bung Karno tetap teguh pada pendirian dan keyakinannya tersebut. Itulah mengapa bangsa Indonesia dulu dianggap sebagai musuh, bahkan ancaman bagi bangsa Imperialis.
Terkait hal ini berbicara masalah pemuda, ia adalah hal yang selalu menarik untuk dibahas, sebab pemuda telah mewarnai lika-liku perjalanan sejarah. Bicara pemuda adalah bicara tentang masa depan, sebab merekalah yang menjadi pemimpin masa depan suatu bangsa, merekalah yang menjadi potret kondisi sebuah bangsa, merekalah yang menjadi harapan dimana masa depan bangsa dibebankan ke punggung mereka, dimana tanggung jawab ke depannya akan sepenuhnya diamanatkan ke tangan mereka.
Tak dapat dipungkiri, ia telah menoreh catatan sejarah dengan tinta emas sepanjang peradaban manusia. Namun yang menjadi ironi, semakin lama, eksistensi pemuda tenggelam seiring berjalannya zaman.
Peringatan Sumpah Pemuda yang dilaksanakan setiap 28 Oktober, seharusnya dapat dijadikan momentum untuk kembali memperhatikan kilas balik perjuangan generasi terdahulu. Generasi muda terdahulu mampu berpikir kritis demi perubahan negeri ini ke arah yang lebih baik. Maka seharusnya generasi muda saat ini dengan segala kemampuan yang ada dapat memberikan kontribusi yang lebih baik untuk bangsa ini.
Namun pada faktanya pemuda saat ini seakan larut dalam atmosfer peradaban yang rusak. Sumpah pemuda saat ini hanya bagaikan euforia yang digaungkan ketika moment itu menjelang dan tak lama kemudian menghilang.
Hari Sumpah Pemuda, hari dimana peran pemuda direfleksikan kembali, bahwa bangsa ini juga digerakkan dengan dinamis oleh generasi muda. 28 Oktober bukan sekedar ketika sumpah dilantunkan, toh jika ditanya kepada generasi muda, tak sedikit yang salah bahkan tidak hafal sama sekali terhadap “teks” sumpah tersebut. Ia buka sekedar tentang “teks” sumpah, namun ada esensi lain yang begitu penting yang harus dipahami oleh setiap generasi muda yang katanya adalah agent of change.
Memaknai peringatan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 2021 ini marilah kita sama-sama renungkan apa saja yang sudah kita lakukan untuk bangsa Indonesia, sudahkah kita menjadi pemuda harapan bangsa?
Profil Penulis:
Tati Purwasih,S.Pd Guru Bahasa Indonesia,SMPN 3 Parongpong Penulis Buku dan artikel