Ema Damayanti
(SMPN 2 Cililin)
Pertanyaan itu begitu saja terlontar dalam benak saya ketika sudah mengikuti satu bulan Pendidikan Calon Guru Penggerak (CGP). Sejujurnya, ketika awal mendaftar jadi guru penggerak saya belum memahami maksud dan tujuan seorang guru penggerak dan apa saja perannya. Waktu itu saya hanya berpikir, saya ingin menambah wawasan tentang hal baru agar bisa saya manfaatkan di dalam pembelajaran di kelas. Saya pikir, makna penggerak adalah guru yang selalu aktif belajar dan mencari tahu tentang hal baru di dunia pendidikan dan bisa menerapkannya di dalam pembelajaran.
Setelah saya mengikuti pembelajaran dalam modul CGP di LMS, saya pikir pendapat saya sebelum mendaftar CGP tidak salah. Ya, salah satu nilai dari guru penggerak adalah mandiri. Saya merasa bahwa saya sudah menjadi guru mandiri, mengikuti beragam pelatihan atas inisitaif sendiri bukan hanya tuntutan dari pihak dinas atau sekolah. Saya juga termasuk guru yang cukup reflektif. Saya sering mengevaluasi secara mandiri semua kegiatan yang saya lakukan baik di kelas atau pun menjadi pembimbing Tantangan membaca Bandung Barat (TMBB).
Akan tetapi, nilai seorang guru penggerak bukan hanya mandiri dan reflektif, seorang guru penggerak harus memilki 6 nilai yaitu: Mandiri, Reflektif, Inovatif, Kreatif, Kolaboratif, dan berpihak kepada murid. Jika menlitik dari keenam nilai tersbut, seorang guru yang belum mengikuti program CGP pun jika sudah memiliki nilia-nilaii tersebut yang menginternal di dalam dirinya tentu dia sudah memilki nilai seorang guru penggerak. Secara disadari, saya pun belum sepenuhnya memilki keenam nilai tersebut. Terutama nilai kolaboratif.
Berdasarkan nilai guru penggerak. Guru penggerak bukan saja guru yang secara pribadi berkualitas untuk dirinya sendiri, seorang guru penggerak harus berdampak bagi lingkungan sekitarya atau sekolah tempat dia bekerja. Guru penggerak bukan sekadar syarat kenaikan karier dan jabatan, guru penggerak sebenarnya guru yang konsisten berikhtiar menciptakan perubahan dan budaya positif di lingkungan sekolahnya, lebih jauh lagi lingkungan komunitas, masyarakat, bahkan Negara demi tercapai tujuan pendiikan dan mewujudkan siswa berkarakter (Istilah sekarang Profil Pelajar Pancasila).
Nilai-nilai guru penggerak tersebut tentu saja sejalan dengan peran seorang guru pengerak yaitu: Menjadi pemimpin pembelajaran, Menjadi Coach bagi guru lainnya, Mengerakan komunitas praktisi, Mendorong Kolaborasi antarguru dan Mewujudkan kepemimpinan murid. Seorang guru penggerak bukan guru yang lebih hebat dari guru lainnya, guru penggerak adalah guru yang mau mencurahkan waktu dan pikirannya untuk kemajuan anak-anak didik agar mereka tergali potensinnya, mampu belajar secara merdeka sesuai dengan bakat dan minatnya, dan menemukan nilai dirinya sebagai manusia yang bermanfaat bagi diri, keluarga, dan masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut tentu guru penggerak harus menjalankan kelima peran tadi dengan maksimal.
Tentu kita menemukan banyak guru yang sudah memilki peranan seperti itu, dan banyak juga guru yang belum memilki nilai dan peran guru penggerak. Tentu semua orang memilki pilihan dan cara terbaik dalam mewujudkan pendidikan terbaik. Tapi menjadi guru penggerak betul-betul membuat guru dibimbing untuk terus meningkatkan kemampuan dirinya dalam menjalankan peran guru pengerak dan menginternalkan nilai-nilai guru penggerak dalam dirinya.
Modul dengan alur MERDEKA (Mulai dari diri sendiri, Eksplorasi pemahaman, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antarmateri, dan Aksi nyata) membimbing pola pikir guru memahami isi modul. Materi dari instruktur yang inspiratif, pengelolaan oleh fasilitataor yang membuat nyaman dan makin paham dengan alur kegitan CGP dan pembinaan dari Pengajar Praktik yang solutif, menjadikan para CGP yang awalnya ketakutan dengan banyak hal, mungkin juga kurang percaya diri dengan kemampuan dirinya, atau seperti saya yang merasa terlalu individual kurang mampu berkolaboratif terus diarahkan menuju perubahan ke arah yang lebih maju, terus bergerak tanpa terbebani dengan prosesnya. Bagi saya pribadi program ini membuat saya keluar dari zona nyaman. Mungkin setiap orang kadang ingin sekali bersantai tanpa beban apa pun. Tapi setelah masuk dalam lingkaran CGP saya banyak belajar dari para guru-guru semangat yang senantiasa memabgikan karyanya yang bermanfaat.
Saya teringat perjuangan Ki Hajar Dewantara pada masa kolonialisme. Seorang Ki Hajar Dewantara tidak berjuang mengangkat senjata, tapi beliau berjuang melalui pendidikan. Tulisannya yang berpihak pada pendidikan kaum pribumi membuatnya diasingkan dan menjalani hukuman. Tapi secara konsisten beliau terus melakukan perubahan di masyarakat melalui pendiikan. Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara pun sampai saat ini masih dapat kita rasakan manfaatnya. Menurut beliau pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan. Pendidikan akan mencipatakan peradaban masyarakat yang dicita-citakan.
Oleh karena itu, ketika benak saya mulai bertanya, “Mengapa Harus Jadi Guru Penggerak?” Saya jawab dengan bismillah, doa, dan harapan semoga saya bisa istiqomah, “Saya ingin ikut menjadi bagian orang yang berjuang untuk mewujudkan peradaban bangsa melalui pendidikan agar anak-anak saya (didik) kelak memiliki masa depan yang lebih baik dan indah dan bahagia”
Profil Penulis
Ema Damayanti,M.Pd. Guru SMP Negeri 2 Cililin dan Guru Pembimbing TMBB. Lulusan S1 PBSI Universitas Negeri Yogyakarta dan Magister Pendidikan Bahasa Indonesia IKIP Siliwangi. Karya Buku yang pernah ditulis, “Embun di Atas Daun Teh” dan “Jangan Lagi Ditelan Paus” Buku antologi yang ditulis, “Meniti Cinta Hingga 30 KM”, “Tersenyumlah Tangisku”, “Huruf-Huruf Menari Memapah Sastra”, “Nyanyian Rindu”, “Payung Cerita”, “Antologi Cerpen Masa Pandemi UNY” dan “Hikmah PJJ (Kumpulan Best Parctice Guru KBB)” dan beberapa tulisan yang terdapat di Newsroom, Kompasiana, dan Gurusiana.
Keren bu… Semangat
Keren Neng Ema! Nilai dan fungsi guru penggerak, mantap!
Htr nuhun sharing elmuna!
Jazakallohu Khoiron Kastiro
Bangga sekali berteman dengan bu guru yang satu ini, semangat belajarnya dlm mencari pembelajaran yg lbh baik thdp siswa, minimal membuat saya punya keinginan untuk selalu mengajar dengan tulus, mencintai anak2 didik, menjadi guru yang minimal tidak dihindari siswa. sukses terus ya bu ema yang baik.
Mantap Bu Ema! 👍
Tulisannya mengalir, membangkitkan rasa keingintahuan pembaca. Memupus dahaga setelah dicerna semua.
Semoga terus semangat bergerak, membagikan ide-ide cemerlang untuk pendidikan khususnya di KBB. 🙏🙏
Bagus sekali karyanya, penjelasannya runtut dapat difahami dansangat menginsfirasi