[responsivevoice voice=”Indonesian Female” buttontext=”bacakan”]
Oleh: Adhyatnika Geusan Ulun
(SMPN 1 Cipongkor)
“…diperlukan edukasi yang gencar dalam memberikan pemahaman tentang ‘New Normal’ di dunia pendidikan nasional. Dibutuhkan peran semua pihak dalam menyosialisasikannya. Terlebih kompleksitas permasalahannya tidak hanya di sektor ini saja. Para orang tua harus juga memikirkan kestabilan ekonomi keluarga, terutama yang berpenghasilan harian.”
Pro dan Kontra New Normal
Pemberlakuan kebijakan ‘new normal’ oleh pemerintah pada awal Juni 2020 ini dipastikan menimbulkan pro dan kontra. Hal ini sudah diperkirakan sebelumnya. Setelah selama lebih dua bulan berjibaku melawan pandemi coronavirus disease 2019 (covid-19) melaui Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mengharuskan semua elemen masyarakat melakukan aktivitas di rumah. Seluruh sektor sangat terdampak tidak terkecuali pendidikan nasional.
Diperlukan respon positif semua pihak dalam menghadapi tatanan kenormalan baru tersebut. Hal ini terlepas dari berbagai pertimbangan sehingga mengasilkan legal policy ini, mulai desakan dari sejumlah tokoh yang menghendaki adanya inovasi terbaik dalam menangulangi pandemi covid-19 yang belum juga menunjukkan hasil yang diharapkan, hingga masalah perlambatan sektor ekonomi akhir-akhir ini.
Dunia pendidikan nasional sebenarnya telah menyikapi permasalahan di atas jauh-jauh hari. Pembelajaran jarak jauh dengan sejumlah moda, daring dan luring yang memperhatikan protokol kesehatan, telah diterapkan selama PSBB. Sehingga, walaupun menurunkan frekuensi tatap muka dikarenakan terbatas sarana dan prasaran, tidak mengurangi kualitas pelayanan pendidikan secara umum.
Sejumlah sekolah dalam mempertahankan kondusivitas tata kelola pendidikan memberlakukan berbagai upaya. Salah satu di antaranya dengan menggelar sejumlah layanan online, mulai dari telerapat dengan para guru, sampai menggelar kegiatan belajar mengajar melalui sejumlah layanan daring yang tersedia.
Hal di atas secara tidak langsung menggring warga sekolah untuk masuk ke dalam dunia digital. Sesuatu yang positif di era revolusi industri 4.0 saat ini dimana teknologi informasi menjadi bagian integral dari dunia pendidikan.
Diperlukan Adaptasi Baru
Setiap munculnya kebijakan tentunya menuntut adanya adaptasi. Bukanlah sesuatu mudah bagi sejumlah kalangan dalam membiasakan diri dalam tatanan kenormalan baru nanti. Hanya yang berpikiran positiflah yang akan survive dalam beradaptasi.
Dalam dunia pendidikan nasional, terutama di sekolah, bukanlah hal yang sulit untuk beradaptasi. Sekian kali para guru diharuskan beradaptasi dengan berbagai kebijakan pendidikan. Berubahnya kurikulum sebagai contoh, termasuk di dalamnya tentang dunia digital.
Pada masa PSBB yang di dalamnya terdapat kebijakan ‘Belajar di Rumah’, para guru yang awalnya tidak maksimal dalam menggunakan teknologi informasi, secara berangsur-angsur dipaksa untuk melakukan sejumlah inovasi agar dapat menjaga keberlangsungan proses pembelajaran dan menjaga relationship dengan siswa.
Tentu bukan tanpa hambatan. Rendahnya kemampuan literasi digital dianggap sebagai penyebab tantangan nyata. Termasuk paradigma bahwa peran sosok guru tidak akan dapat digantikan dengan aplikasi secanggih apapun. Belum lagi proses pembelajaran yang mengharuskan keterlibatan orang tua dalam memfasilitasi kegiatan.
Tangangan lainnya adalah bahwa pembelajaran jarak jauh dewasa ini sangat bergantung pada teknologi informasi. sehingga pelaksanaannya diakui belum optimal. Hal tersebut dikarenakan masih banyak daerah di Indonesia yang belum semuanya dapat menjangkau layanan internet yang mudah dan murah.
Oleh karena itu diperlukan edukasi yang gencar dalam memberikan pemahaman tentang ‘New Normal’ di dunia pendidikan nasional. Sehingga dibutuhkan peran semua pihak dalam menyosialisasikannya. Terlebih kompleksitas permasalahannya tidak hanya di sektor ini saja. Para orang tua harus juga memikirkan kestabilan ekonomi keluarga, terutama yang berpenghasilan harian.
Diperlukan Perangkat Pendukung
Seyogyanya para pengambil kebijakan mempertimbangkan setiap kebijakan yang diambil secara komprehensif. Pemberlakuan tatanan kehidupan normal yang baru di dunia pendidikan dimungkinkan dapat berhasil jika dipersiapkan sejumlah perangkat pendukung, seperti melengkapi sarana prasarana digital institusi pendidikan. Hal ini harus dilakukan agar sekolah-sekolah yang berada di daerah tidak tertinggal dalam menerima informasi.
Selanjutnya mengratiskan sejumlah layanan daring yang akan menjadi soko utama kegiatan belajar mengajar. Sehingga orang tua tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi hak pendidikan anak-anaknya.
Hal di atas juga tidak terlepas dari pentingnya perhatian pemerintah untuk masyarakat terpinggirkan yang belum mampu bersaing dalam era kenormalan baru. Masalah ekonomi yang mendera mereka perlu dipertimbangkan.
Seperti diketahui, saat ini tingkat kemiskinan kian meningkat seiring PSBB di sejumlah daerah. Oleh karena itu, menjadi hal yang urgent untuk meluncurkan program yang berpihak kepada masyarakat marjinal tersebut. Sehingga hak-hak pendidikan mereka tidak terabaikan.
Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah merevisi kurikulum yang selama ini dianggap menghambat keberlangsungan pembelajaran jarak jauh. Hal ini sangat penting karena domain kognitif masih memegang peran dominan dalam penentuan ketuntasan belajar siswa. Sehingga diharapkan akan menggeser peran tersebut ke domain sikap dan keterampilan yang sangat penting dalam proses belajar jarak jauh sekarang ini.
Wacana tentang revisi kurikulum di atas sebenar sudah digaungkan pemerintah. Hal ini menjadi momentum tepat saat semua pihak mendambakan kejelasan arah utama pendidikan nasional di masa pandemi covid-19 ini.
Simpulan
Akhirnya, kebijakan ‘New Normal’ harus disikapi secara positif. Sikap inilah yang akan membawa semangat optimis semua pihak. Sehingga pendidikan tetap ‘on the track’ sesuai tujuan pendidikan nasional yang mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Semoga new normal yang merupakan tatanan kehidupan baru akan mempercepat lahirnya generasi yang edukatif, kreatif, inovatif, mandiri, dan siap bersaing secara global. ***
Profil Penulis:
Adhyatnika Geusan Ulun, lahir 6 Agustus 1971 di Bandung. Tinggal di Kota Cimahi. Guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Cipongkor Bandung Barat sejak 1999. Pengurus MGMP Bahasa Inggris Kab. Bandung Barat. Alumnus West Java Teacher Program di Adelaide South Australia, 2013. Penulis buku anak, remaja dan dakwah. Editor NEWSROOM, tim peliput berita Dinas Pendidikan Bandung Barat. Jurnalis GUNEMAN Majalah Pendidikan Prov. Jawa Barat. Pengisi acara KULTUM Studio East Radio 88.1 FM Bandung. Redaktur Buletin Dakwah Qolbun Salim Cimahi. Kontributor berbagai Media Masa Dakwah. Sering menjadi juri di even-even keagamaan. Adhyatnika.gu@gmail.com., Ig.@adhyatnika geusan ulun.
[/responsivevoice]