Oleh: Rahmat Sodik, S.Pd
(SMP Darul Falah 2 Cihampelas KBB)
Sebagai manusia biasa tentunya ingin hidup sejahtera, cara mengusahakan hal tersebut melalui pendidikan, tentunya pendidikan yang baik yang mampu menggali dan mengembangkan bakat dan minat murid-muridnya. Para murid akan berkembang dengan baik jika didukung lingkungan dan pembelajaran yang berpihak pada murid, dan bisa menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional.
Kesejahteraan hidup (well-being) akan terwujud saat melakukan pembelajaran sosial emosional berbasis kesadaran penuh (mindfullness) secara terhubung, terkoordinasi, aktif, fokus dan eksplisit, maka murid-murid akan memiliki keterampilan bertahan dalam masalah, mampu memecahkan masalah dan memiliki karakter yang baik serta akan memiliki prestasi bidang akademik yang lebih tinggi.
Seperti yang diungkapkan oleh Mcgrath & Noble, 2011, bahwa murid yang memiliki tingkat well-being yang optimum memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mencapai prestasi akademik, kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, memiliki ketangguhan (daya lenting/resiliensi) dalam menghadapi stress dan terlibat dalam perilaku sosial yang lebih bertanggung jawab.
Sementara itu, kompetensi sosial emosional yang bisa dikembangkan ada 5, yaitu: Pertama, kesadaran diri, tentang bagaimana mengenal perasaan dan emosi diri apakah, bahagia, sedih, kaget, kecewa atau marah dan unsur-unsur dalam diri dan dampaknya pada perilaku.
Kedua, tentang manajemen diri, mampu mengelola emosi dan perilaku untuk mencapai tujuan. Ketiga, kesadaran sosial, yakni mampu memahami dan berempati dari sudut pandang yang berbeda, tidak memaksakan melihat suatu permasalahan hanya dari sudut pandang sendiri.
Keempat, yakni keterampilan berelasi, mampu membangun hubungan positif, kerjasama dalam sebuah tim dan resolusi konflik, bertahan dan mencari penyelesaian masalah. Dan kelima, yaitu pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, mampu mengambil keputusan personal dan sosial yang etis dan konstruktif.
Di sisi lain, penerapan kompetensi sosial emosional di SMP Darul Falah 2 melalui kegiatan rutin dan terintegrasi pembelajaran,sebagai berikut:
- Shalat berjamaah dilaksanakan setiap hari, pengabsenan oleh tim dari murid sendiri untuk melatih tanggung jawab
- Jumat tawasul dan yasinan dilaksanakan setiap hari jumat sebelum masuk kelas untuk meningkatkan kecintaan pada Rosul dan Alquran.
- Serbu (Selasa seribu) dan Jumbu (Jumat seribu), program infaq sedekah murid untuk menumbuhkan empati dan kepedulian sosial.
- Projek penguatan profil pelajar pancasila ( Beriman, bertakwa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif) minimal 3 tema projek setiap tahunnya
- Gerakan Pungut Sampah (GPS), dilakukan saat awal masuk kelas setiap harinya untuk meningkatkan kepedulian kebersihan.
- Pembelajaran dikelas yang menyenangkan berpihak pada murid, melalui pembiasaan berdoa, ice breaking, game (permainan), dan situasi kelas yang sersan (serius namun santai)
- Program Ramah Anak, seminggu sekali tim ramah anak melakukan sosialisasi anti perundungan ke setiap kelas
- Pemilihan Duta Siswa di antaranya Duta Cendekia, Duta Ramah, Duta Talenta dan Duta Sastra sebagai role model inspirasi siswa lainnya.
- Program hapalan quran dan kitab kuning, bersama-sama pondok pesantren mendorong para siswa untuk memiliki inisiatif menjadi penghapal Al Quran dan Kitab Kuning,
Kemudian, mengintegrasikan pembelajaran sosial emosional dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari yang memahami kebutuhan murid sehingga bisa “mengundang” murid untuk belajar dan berusaha keras untuk mencapai tujuan belajar yang dirancang sesuai kebutuhan belajar murid, itu merupakan pembelajaran berdiferensiasi. Hal tersebut, seperti menurut Tomlinson (2001: 45): Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid.
Simpulan
Merancang pembelajaran yang berpihak pada murid bisa menggunakan beberapa pendekatan terhadap konten, proses, dan produk. Selain itu, dalam diferensiasi proses, pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional bisa dilakukan bersamaan, melibatkan murid dalam mengambil kesepakatan kelas.
Kemudian, di dalam pembelajaran tersebut muncul adanya interaksi murid dan guru, mendesain kelas dengan pembelajaran yang kooperatif, kegiatan belajar dengan project based learning, diskusi kelompok dan menutup pembelajaran dengan kegiatan reflektif untuk memperkuat pembelajaran.
Akhirnya, dengan pembelajaran di atas diharapkan murid akan merasa aman, nyaman dan bahagia untuk belajar sehingga tujuan pembelajaranpun akan terwujud, terwujudnya kesejahteraan hidup ekosistem sekolah. ***
Profil Penulis
Rahmat Sodik, lahir di Cililin, 1 Desember 1979, Lulus kuliah Diploma III Politeknik Negeri Bandung jurusan Teknik Telekomunikasi dan S1 Pendidikan Matematika di STKIP Siliwangi Bandung. Guru Matematika di SMP Darul Falah 2 Cihampelas dan SMPN 1 Cihampelas, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum di SMP Darul Falah 2, Komite Pembelajaran Sekolah Penggerak SMP Darul Falah 2, Calon Guru Penggerak Angkatan 4, Pengurus MGMP Matematika Kabupaten Bandung Barat. Ia pernah mendapatkan penghargaan sebagai The Most Inspiring Teacher SMA Darul Falah Tahun 2012, Best Attendance Teacher SMP Darul Falah Tahun 2015, Guru Inspiratif Pria SMP Darul Falah 2 Tahun 2017, The Inspiring Teacher of the Year by Students SMP Darul Falah 2 Tahun 2019, Finalis Guru Berprestasi Kabupaten Bandung Barat Tahun 2018, Guru Penulis Newsroom Kabupaten Bandung Barat Tahun 2021. Berikut karya yang sudah dihasilkan : Best practice “ Penilaian Tidak Ribet” Tahun 2018, Buku antologi best practice “ Hikmah PJJ” Tahun 2021, Buku antologi puisi warga SMP Darul Falah 2 “Sintasan Pena Guru dan Siswa” Tahun 2021
Pewarta: Adhyatnika Geusan Ulun
Masya Alloh, mantap! Semakin bagus tulisannya.
Selamat Pa Rahmat👍👍👍