Berita : Elis Lisnawati
CILILIN-(NEWSROOM) Suasana berbeda terlihat di lingkungan SMPN 1 Cililin, Selasa (6/11/18). Padahal saat itu waktu menunjukkan pukul 02.30 dini hari. Mobil dan motor berjejer di sepanjang pinggir jalan menuju SMPN 1 Cililin. Puluhan orang tua murid pun tampak memadati pinggiran ruas jalan sekolah untuk bisa mengantarkan putra-putri mereka mengikuti program sekolah yang sudah direncanakan jauh-jauh hari. Enam unit bus terparkir rapih siap mengantar sekitar 320 orang siswa yang akan melaksanakan study tour ke Jakarta.
Museum Satriamandala, Monumen Pancasila Sakti, Pusat IPTEK serta Museum Penerangan adalah tujuan destinasi study tour siswa SMPN 1 Cililin kali ini. Waktu dini hari tak menjadi halangan bagi para orang tua untuk sekedar mengantarkan putra-putrinya bisa sampai di sekolah dan melihatnya mereka duduk di bis yang sudah ditentukan. Dengan penuh kesabaran mereka menunggu hingga bus berlalu dari pandangan mata.
Juhaendi selaku kepala sekolah SMPN 1 Cililin mewanti-wanti kepada para wali kelas dan guru yang ditunjuk sebagai pembimbing, untuk senantiasa menjaga siswa-siswi nya.
“Bukan sekedar untuk bermain kita berangkat kesana, tetapi kita memiliki tugas mengawal para siswa untuk melakukan pembelajaran“ tandas Juhaendi ketika memberikan briefing singkat kepada para wali kelas dan guru pembimbing sebelum pemberangkatan.
Hal senada diucapkan Asep Solihin selaku ketua panitia kegiatan study tour SMPN 1 Cililin. “Tanggung jawab kita selaku pembimbing sangatlah besar, bukan hanya menghantarkan mereka ke tempat yang akan dituju, tetapi mengawal setiap pembelajaran yang dilakukan disana hingga mereka bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari apa yang dilihatnya” tandasnya.
Lebih jauh Asep berpesan bahwa prioritas para guru pembimbing adalah kenyamanan seluruh siswa, jadi tugas para pembimbing adalah melayani dan mengawasi para siswa selama perjalanan hingga sampai di tempat yang dituju, begitupun sebaliknya.
Study tour adalah program pembelajaran siswa langsung ke lapangan dengan melihat dan mengamati sumber belajar. Pemilihan objek study disesuaikan dengan apa yang akan diamati, tentunya yang berkaitan dengan materi pelajaran di sekolah, salah satunya adalah museum dan tempat dengan nilai historis sejarah tinggi. Adapun manfaat dari study tour ini adalah menyediakan sumber yang dapat memperkaya informasi faktual yang ada dalam buku pelajaran, mengembangkan sikap ingin tahu siswa serta menyediakan pengalaman melalui objek, tempat situasi yang tidak bisa ditampilkan di kelas.
Antusias siswa terlihat ketika rombongan sampai ke tempat tujuan pertama yakni Museum Satriamandala. Para Siswa masuk dengan rapih ke ruangan Museum dan disambut dengan hangat oleh pihak pengelola museum. Pihak Museum memberikan penjelasan ringkas seputar sejarah berdirinya, tujuan, serta berbagai hal yang menjadi koleksi Museum Satriamandala. Para siswa kemudian diajak berkeliling ke tiap ruangan untuk melihat berbagai koleksi dan diorama yang ada disana.
Petugas museum memberikan penjelasan singkat dari setiap objek yang dilewati, sesekali disela-sela penjelasan beberapa orang siswa bertanya tentang segala hal yang mereka lihat baik gambar, benda maupun tulisan. Ilustrasi gambar yang disajikan dalam setiap peristiwa diharapkan membuka mata dan pikiran para siswa tentang apa yang pernah terjadi dan dialami oleh bangsa kita.
Tiba di tempat kedua yakni monumen Pancasila Sakti, siswa diajak masuk ke suasana masa silam di mana sejarah pernah menorehkan kisah kelam pengkhianatan PKI terhadap Pancasila. Keinginan PKI untuk menggantikan ideologi Pancasila berhasil ditumpas walaupun menyebabkan gugurnya para Pahlawan Revolusi. Pancasila yang telah dinyatakan sebagai dasar Negara oleh para pendiri bangsa tidak akan dapat tergantikan oleh apapun, sehingga harus dipertahankan teguh oleh seluruh elemen bangsa sampai titik darah penghabisan.
Tempat ketiga yang dikunjungi adalah Pusat IPTEK. Informasi yang disajikan tempat ini membuka mata para siswa tentang perkembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa. Berawal dari para ahli pikir dari luar yang menginspirasi lahirna karya-karya fenomenal yang sangat berguna bagi kehidupan manusia, hingga melahirkan karya-karya kreatif yang mengikutinya yang tidak kalah meningkatkan budaya suatu bangsa. Siswa begitu bersemangat melihat, mengamati, mencoba serta mempraktekan apa yang ada dengan teori yang dipelajari di kelas.
Setelah sholat dan makan, kemudian rombongan melanjutkan perjalanan ke obyek terahir yang akan dituju yakni Museum Penerangan. Di halaman museum sudah nampak gambar-gambar yang berkaitan dengan masalah penerangan. Memasuki aula gedung, foto tokoh penerangan meyambut kedatangan kami. Siswa melhat gambar dan membaca deskripsi dari tiap tokoh yang ada serta mendengarkan penjelasan sejarah penerangan di Indonesia dari dulu hingga sekarang.
Menghabiskan waktu seharian bersama anak-anak dalam kegiatan study tour mendatangkan hikmah yang luar biasa. Ketika pembelajaran di kelas, guru hanya berbicara lebih banyak dalam tataran teori saja, namun kali ini, siswa dihadapkan dengan sumber belajar yang penuh nilai history secara langsung. Nilai-nilai perjuangan bangsa menyeruak sejalan dengan apa yang dilihatnya. Bisa belajar dari perjalanan masa lalu yang pahit hingga dapat meningkatkan rasa cinta tanah air yang tinggi.
Aroma soft skill sangat kental terlihat bukan hanya antara siswa dengan siswa, namun juga guru dengan siswa, di mana semuanya tidak didapat selama pembelajaran di kelas. Bagaimana seorang siswa berbagi makanan satu dengan yang lainnya, kepedulian yang tinggi ketika temannya pusing bahkan peran guru yang lain terlihat ketika harus memijit dan meredakan anak yang muntah menjadi pemandangan yang luar biasa selama perjalanan. Tak terkecuali, selama perjalanan di bus ada siswa yang menunjukkan bakatnya dalam bernyanyi hingga keakraban muncul disana. Pembelajaran yang penuh dengan kenangan yang abadi, di mana suatu saat nanti mereka bisa mengenangnya karena tersimpan rapih di masa biru putih mereka.
Rasa syukur dipanjatkan tatkala kegiatan berjalan lancar sesuai dengan apa yang diharapkan. Sekitar pukul 10.00 malam, bus pertama memasuki kembali halaman kampus SMPN 1 Cililin dalam keadaan lancar. Banyak nilai sejarah yang bisa di petik dari kegiatan study tour ini. Ada pepatah sunda yang mengatakan “jati tong kasilih ku junti, taman tong kaliung ku situ. Leungit ciri tinggal cara” bahwa generasi muda seyogyanya jangan pernah melupakan sejarah yang telah ditorehkan para pendahulunya. Apa yang telah dialami para pendahulu bangsa hendaknya ditauladani oleh generasi sekarang, cukup mereka para pahlawan bangsa yang merasakan pahitnya penderitaan, yang hadir kini adalah generasi yang bisa mengisi alam kemerdekaan ini dengan karya dan prestasi karena mereka hidup tidak lagi dalam kungkungan belenggu penjajah. Meski demikian kerja keras mesti senantiasa dilakukan karena sejatinya belenggu itu senantiasa ada dalam bentuk yang berbeda, hingga mereka bisa menghadapi tantangan zaman yang demikian berat.
Mantap! Pembelajaran bermakna! Mundel pisan beritana!
Mksh sobat