Oleh : Dra. Nani Sulyani, M.Ds
Literasi sudah selayaknya menjadi budaya yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Masyarakat yang literat merupakan kendaraan dalam menyikapi era revolusi industri 4.0 yang tengah digaungkan baru-baru ini. Sangat diharapkan, melalui Gerakan Literasi, generasi muda Indonesia mampu bertahan dan siap menyongsong kemajuan teknologi abad XXI.
Dalam bidang pendidikan, Gerakan Literasi Sekolah diawali dengan kegiatan melek baca dan tulis (literasi baca-tulis), karena kedua keterampilan berbahasa ini merupakan dasar bagi pengembangan literasi selanjutnya, yaitu literasi matematika, sains, teknologi informasi dan komunikasi, keuangan, serta kebudayaan dan kewarganegaraan.
Gerakan Literasi Sekolah kiranya terus digalakkan agar menjadi budaya warga sekolah. Penyebaran ‘virus’ literasi, bukan hanya tanggung jawab guru perintis semata, namun seharusnya setiap personel sekolah turut ambil bagian dalam menyukseskannya. Siswa maupun guru dapat menjadi agen perubahan (agents of change) yang mempengaruhi orang lain/siswa lain untuk berpihak menjadi masyarakat literat pula. Akan lebih baik lagi, jika dapat mengajak dan mempengaruhi lingkungan sekitarnya (keluarga dan masyarakat sekitar).
Banyak cara dapat dilakukan yang sifatnya ‘persuasif/ajakan/himbauan’ agar masyarakat menjadi tertarik berliterasi, salah satunya adalah melalui POSTER. Media poster mengandung nilai iklan yang cukup tinggi. Oleh sebab itu, biasanya sangat menarik perhatian. Di dalam poster tidak terlalu banyak kata/kalimat, namun lebih menekankan pada sisi grafis/gambar/visualnya. Ada poster yang murni menampilkan permainan warna dan typografi/jenis huruf saja, ada juga yang terdiri dari gambar semata, dan juga ada yang menggabungkan keduanya. Namun, yang harus diingat adalah, bahwa poster harus menarik dan dapat “berbicara” sesuai dengan pesan yang hendak disampaikannya.
Dalam membuat poster dibutuhkan unsur kreativitas yang tinggi. Ketika membuat poster, para siswa juga harus menguasai beberapa kompetensi dasar, yang sebelumnya telah dipelajari dalam mata pelajaran bahasa dan seni budaya. Sedikitnya, ada enam unsur yang harus dipertimbangkan dalam membuat sebuah poster, yaitu:
- Memutuskan apakah hanya berisi gambar/visual saja, huruf/kalimat saja, atau keduanya.
- Mendesain/merangkai gambar/huruf/kalimatnya.
- Merancang/memilih warnanya, sebab warna dapat memiliki banyak makna.
- Menetapkan objek fokus.
- Mempertimbangkan keseimbangan antara ukuran poster dengan gambar.
- Menyederhanakan sehingga mudah dipahami.
Adalah SMPN 2 PARONGPONG yang telah sukses menggebyarkan Gerakan Literasi Sekolah dengan cara menggelar LOMBA POSTER LITERASI. Lomba yang diselenggarakan baru-baru ini mengusung tema Motivasi Membaca. Diikuti oleh 96 orang siswa kelas VII-IX dengan mengutamakan unsur originalitas (ide) para siswa.
Tentunya, ini menjadi kegiatan yang menarik. Berdasarkan paparan Euis Kartini, selaku Kepala Sekolah, kegiatan lomba poster ini telah membangkitkan semangat siswa untuk berliterasi. Para siswa mengajak dirinya sendiri, maupun orang lain untuk rajin membaca buku. Beragam poster yang dilombakan sebagian besar dapat memenuhi kriteria lomba, sehingga membuat bingung tim juri untuk memilih juaranya.
Banyak manfaat yang dapat diperoleh ketika sebuah poster pada akhirnya dapat menjadi kampanye literasi yang direspon positif oleh warga sekolah. Tampilan majalah dinding menjadi semarak, penuh warna kreativitas. Potensi siswa turut tergali dan terekspresikan, sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa. Kegiatan literasi bukan melulu diisi dengan membaca atau mengkonsumsi bahan bacaan semata. Akan tetapi para siswa diajak produktif dan turut berkarya menyebarkan Gerakan Literasi Sekolah.
Selamat kepada SMPN 2 PARONGPONG, terus berkarya menuju masyarakat literat.
Langit Lembang, November 2018.