Adhyatnika Geusan Ulun
(SMPN 1 Cipongkor)
Memasuki pekan keempat program Calon Guru Penggerak (CGP) terdapat sesi Pendampingan, suatu aktivitas yang dipandu oleh Pengajar Praktik yang berkunjung ke CGP untuk melihat sejauhmana progres berjalannya kegiatan yang telah dilaksanakan.
Sangat menarik saat diajukan sejumlah pertanyaan tentang hal apa yang dirasakan, sebelum, pada saat, dan pasca kegiatan CGP. Bagi penulis, tentu hal ini menjadikan pembelajaran yang sangat berharga untuk merefleksi diri. Tentu diperlukan kesungguhan dalam merespon pertanyaan, terutama dari pengalaman yang telah dilaksanakan.
Secara umum, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Pengajar Praktik lebih kepada menggali informasi CGP selama mengikuti program. Hal ini menjadi momen awal pembelajaran yang didapat penulis. Terlebih hal tersebut dikaitkan perbandingan ketika sebelum mengikuti program dengan saat menjadi bagian dari CGP. Bagi CGP yang benar-benar melaksanakan tidaklah menjadi permasalahan yang serius, namun bagi mereka yang tidak melakukannya akan menjadi tantangan tersendiri.
Berikut sejumlah catatan yang diperoleh penulis saat mengikuti pendampingan di minggu ini. Setelah sesi penyampaian maksud dan tujuan dilaksanakannya pendampingan, Pengajar Praktik mengajukan pertanyaan pemantik kepada penulis tentang kegiatan yang telah dilakukan selama satu bulan mengikuti program CGP, terutama dari sisi proses kegiatannya. Kemudian, dukungan apa saja yang diperoleh dari ekosistem sekolah, serta apa saja tantangan dan hambatannya. Selanjutnya, dikembangkan dengan pengalaman pengimplementasian nilai-nilai dan peran Guru Penggerak di kegiatan belajar mengajar, dan refleksi diri terkait saat mengikuti program CGP, serta hal apa saja yang menjadi kendala saat mengikuti program tersebut.
Terkait dengan proses setelah mengikuti kegiatan di program Calon Guru Penggerak, penulis dituntut untuk memilki kepercayaan diri dalam melakukan perubahan yang signifikan. Hal ini sangat penting dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan pendidikan kepada murid. Sehingga dengan kepercayaan diri akan memotivasi diri untuk menggali serta mengembangkan potensi yang dimilki agar memantik para peserta didik mengaplikasikannya.
Penulis menyampaikan, dukungan yang diberikan kepala sekolah selaku pimpinan satuan pendidikan menjadi modal besar dalam memulai program CGP. Hal ini pun menjadi legitimasi keberadaan CGP di lingkan sekolah menjadi lebih efektif dan efisien, terutama dalam menyosialisasikan programnya. Tentu belum semua warga sekolah mampu dengan cepat memahami pentingnya program Guru Penggerak yang didesain, salah satunya, sebagai pemimpin pembelajaran. namun, dengan sikap memulai dari diri sendiri dengan menampilkan sosok diri sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara kan terlihat proses ini berjalan sesuai dengan harapan.
Tentu, menjadi figur yang diteladani dan menjadi figur yang tidak terpisahkan dari satu keluarga besar pendidikan yang berperan besar dalam mewujudkan generasi unggul dan berkarakter sesuai dengan Profil pelajar Pancasila, memerlukan proses yang panjang. Namun, dengan mengetahui dan memahami nilai-nilai dari seorang Guru Penggerak, maka penulis yakin program CGP yang mulia ini akan dapat direalisasikan secara massif dan berhasil guna.
Selain itu, penulis memahami bahwa nilai kemandirian harus menjadi ruh perjalanan CGP. Setelah itu, diperlukan konsistensi dalam merefleksi di setiap aktivitas pembelajaran, kemudian harus sudah mulai membiasakan dan membudayakan nilai kolaboratif, inovatif, serta selalu berpihak kepada murid dalam setiap langkah kegiatan yang dilaksanakan. Hal ini sangat penting untuk ditanamkan pada diri CGP untuk tidak tergantung pada siapapun dalam bekerja, dan selalu ingin membuat suatu inovasi dalam pembelajaran.
Namun, penulis masih memerlukan penguatan di nilai kolaboratif. Oleh karena itu, dengan mengikuti program CGP, diharapkan terjadi perubahan yang mendasar, sehingga menjadi salah satu bagian integral yang tidak terpisahkan sebagai agen perubahan menuju pribadi yang unggul secara intelektual, sekaligus cerdas dalam hal sosialnya.
Kemudian, dalam hal peran Guru Penggerak, setelah mengikuti program CGP, penulis menjadi paham bahwa sebagai pemimpin pembelajaran, dituntut untuk menjadikan murid sebagai subyek pendidikan. Salah satu adalah dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada mereka untuk menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki demi meraih kebahagian secara lahir dan batinnya. Aksi nyata untuk menguatkan peran dan nilai Guru Penggerak, penulis harus menjadikan diri sebagai pribadi yang mandiri dengan tidak bergantung pada siapapun dalam melakukan kebaikan. Kemudian, penulis akan terus membuat refleksi di setiap kegiatan terutama proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, setelah itu akan berusaha berkolaborasi dengan siapapun untuk mewujudkan pelayanan pendidikan yang berkualitas, serta berupaya untuk menjadikan diri sebagai fasilitator bagi murid dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya. Kemudian, tidak lupa saya akan menuangkan dan menginternalisasikan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam hal desain pembelajaran yang MERRDEKA dengan konsisten dan berkesinambungan.
Di lain pihak, hambatan yang diprediksi akan datang dalam upaya memperkuat diri penulis sebagai Guru Penggerak adalah dari sisi internal, yakni penulis sering terlalu berambisi menuntaskan segala macam pekerjaan dengan cara cepat, sehingga terkadang kurang memperhatikan kebutuhan keluarga dan rekan sejawat. Hal ini akan diperbaiki dengan terus merefleksi diri agar kelak memiliki keseimbangan dalam tugas dan kewajiban. Kemudian, dari sisi eksternal, lingkungan sekolah belum sepenuhnya memahami secara komprehensif tentang manfaat program Guru Penggerak, sehingga hal ini harus terus disosialisasikan agar semua warga sekolah dapat bersama-sama menggerakkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang berorientasi pada kemerdekaan dan kemandirian anak didik demi mewujudkan generasi yang unggul, berkarakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.
Akhirnya, kegiatan Pendampingan yang telah dilalui penulis memberikan pelajaran berharga. Selain, mengimplementasikan pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang memanusiakan manusia, kemerdekaan, kemandirian, murid sebagai subyek pendidikan, pendidikan yang berbudaya, dan guru sebagai fasilitator dalam memfasilitasi potensi, minat bakat murid, maka Pendampingan memotivasi penulis untuk terus meningkatkan kompetensi diri agar menjadi pribadi yang unggul, dan menjadi pemimpin pembelajaran yang benar-benar berkarakter dan istikomah dalam kebaikan, serta bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya masyarakat..***
Profil Penulis
Adhyatnika Geusan Ulun, lahir 6 Agustus 1971 di Bandung. Tinggal di Kota Cimahi. Guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Cipongkor Bandung Barat sejak 1999. Pengurus MGMP Bahasa Inggris Kab. Bandung Barat. Alumnus West Java Teacher Program di Adelaide South Australia, 2013. Alumnus MQ ‘Nyantren di Madinah dan Makkah’ 2016, Pengasuh Majelis Taklim dan Dakwah Qolbun Salim Cimahi, Penulis buku anak, remaja dan dakwah. Editor NEWSROOM, tim peliput berita Dinas Pendidikan Bandung Barat. Jurnalis GUNEMAN Majalah Pendidikan Prov. Jawa Barat. Pengisi acara KULTUM Studio East Radio 88.1 FM Bandung. Redaktur Buletin Dakwah Qolbun Salim Cimahi. Kontributor berbagai Media Masa Dakwah. Sering menjadi juri di even-even keagamaan.
Adhyatnika.gu@gmail.com.,Channel Youtube: Adhyatnika Geusan Ulun, Ig.@adhyatnika geusan ulun.