Oleh: Budi Abriansyah, M.Pd
(SDN Citapen Cihampelas )
Peserta didik yang dibina dan dididik saat ini merupakan generasi penerus bangsa dikemudian hari. Karakter peserta didik yang dibentuk pada saat ini akan sangat menentukan karakter bangsa ini di masa yang akan datang.
Jika karakter peserta didik dibentuk dengan mendapatkan cukup ruang untuk mengekspresikan diri secara leluasa dalam proses tumbuh kembang mereka, maka akan terbentuk karakter yang baik dalam diri mereka. Karakter tersebut terbentuk karena pengaruh lingkungan sekitar mereka, baik lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Terjadinya krisis moral pada masa sekarang baik dikalangan anak-anak, remaja, maupun orang tua menuntut penerapan pendidikan karakter sangat penting untuk dilakukan. Penerapan pendidikan karakter harus dilakukan sejak dini yang dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan meluas ke lingkungan berbangsa dan bernegara. Salah satu upaya untuk memperkuat karakter bangsa yaitu dengan menerapkan pendidikan karakter di lingkungan sekolah.
Sekolah memiliki peran yang cukup besar dalam pendidikan karakter seorang peserta didik. Apalagi untuk peserta didik yang tidak mendapatkan pendidikan karakter di lingkungan keluarga dan lingkungan sekitarnya. Bahkan ada sebagian peserta didik yang menghabiskan waktu di sekolah daripada di rumahnya. Oleh karena itu, sekolah merupakan salah satu wahana efektif dalam internalisasi pendidikan karakter terhadap peserta didik (Kurniawan, 2013: 106).
Pendidikan karakter ditanamkan dalam berbagai kebiasaan-kebiasaan baik kepada peserta didik agar bersikap dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
Seperti dikethaui, setiap agama memiliki nilai religius karena nilai ini bersifat universal, sehingga tidak akan terjadi hegemoni agama yang dipeluk mayoritas kepada orang-orang yang memeluk agama minoritas.
Pendidikan karakter yang berbasiskan nilai religius sangat penting karena keyakinan seseorang terhadap kebenaran nilai yang berasal dari agama yang dipeluknya, bisa menjadi motivasi kuat dalam membangun karakter. Sudah tentu peserta didik yang dibangun karakternya berdasarkan nilai-nilai agama yang dipeluknya, akan memiliki keimanan dan ketakwaan yang baik sekaligus memiliki akhlak mulia (karakter baik).
Seperti yang dilakukan di SD Negeri Citapen Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat yang mengusung pendidikan karakter sebagai terwujudnya visi dan misi sekolah yaitu untuk membentuk karakter peserta didiknya sesuai dengan nilai-nilai karakter Islam.
Meskipun sekolah tersebut bukan pesantren, namun karena mengingat pada kenyataan bahwa nilai-nilai keagamaan dapat membentuk karakter peserta didik menjadi lebih baik. Nilai-nilai keagamaan diterapkan melalui pembiasaan-pembiasaan yang dilaksanakan setiap hari di sekolah. Di antaranya, yaitu baca Al- Qur’an (tadarus), salat Dhuha bersama (berjamaah). Kegiatan tersebut dikenal dengan nama BARAQUDA (Baca Qur’an, Salat Dhuha Bersama).
Penerapan pendidikan karakter melalui kegiatan BARAQUDA di SD Negeri Citapen Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat dilakukan melalui pembiasaan. Peserta didik setiap hari dibiasakan melakukan secara rutin kegiatan-kegiatan membaca Al-Qur’an, salat Dhuha bersama (BARAQUDA), dilanjutkan dengan kegiatan berdo’a dan menyanyikan lagu wajib nasional. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan sebelum memulai pembelajaran.
Kegiatan salat Dhuha dimulai pada pukul 07.00 sampai dengan 07.20. Salat Dhuha dilakukan secara berjamaah yang dipimpin oleh seorang imam salat dari peserta didik laki- laki. Imam salat Dhuha dilakukan secara bergilirian yang diatur oleh peserta didik yang ditujuk sebagai menteri agama (penanggung jawab bidang keagamaan/seksi rohani).
Salat Dhuha yang dilakukan sebanyak dua rakaat. Guru kelas ikut serta dalam salat Dhuha sebagai makmum bersama peserta didik yang lainnya. Hal tersebut untuk memberikan contoh kepada peserta didik. Setelah selesai salat Dhuha dilanjutkan dengan berdoa bersama (doa salat Dhuha) yang dipimpin oleh guru kelas masing-masing.
Setelah selesai salat Dhuha dilanjutkan dengan membaca Al-Qur’an surat-surat pendek (Juz Amma) dimulai pada pukul 07.20 sampai dengan pukul 07.30. Tadarus Al-Qur’an dipandu oleh salah seorang peserta didik yang ditelah ditunjuk secara bergiliran setiap hari oleh menteri agama.
Peserta didik yang lain mengikuti pembacaan Al-Qur’an surat-surat pendek tersebut, termasuk guru kelasnya masing-masing. Pada dasarnya, surat-surat pendek yang dibaca sudah disesuaikan dengan kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI). Surat-surat pendek tersebut yaitu QS. Al-Balad (Senin), QS. Al-Lail (Selasa), QS. Al-Ghosiah (Rabu), QS. Al-Fajr (Kamis), QS. Al-‘Ala (Jumat), dan QS. As-Syamsi (Sabtu). Jika ada bacaan yang kurang tepat, maka guru memberikan koreksi.
diadakannya kegiatan BARAQUDA adalah sebagai penerapan pendidikan karakter pada peserta didik melalui pembiasaan-pembiasaan yang diterapkan oleh sekolah. Kegiatan BARAQUDA yang dilaksanakan di sekolah juga merupakan implementasi dari pendidikan karakter untuk peserta didik.
Melalui pembiasaan BARAQUDA, peserta didik diharapkan menjadi terbiasa untuk melakukan budaya religi dimanapun berada, baik di sekolah, di rumah, maupun dimana saja berada.
Nilai Religius merupakan salah satu nilai yang ada pada pendidikan karakter. Sebagai penerapannya dalam sekolah, di SD Negeri Citapen melaksanakan program-program sekolah sebagai perwujudan visi dan misi sekola yaitu Memperbanyak Kegiatan yang Bersifat Keagamaan untuk Menanamkan Keimanan dan Ketaqwaan Kepada Allah SWT.
Berdasarkan hasil pengamatan, banyak nilai-nilai pendidikan karakter dalam kegiatan BARAQUDA. Nilai karakter dalam kegiatan salat berjamaah yaitu keimanan dan kepatuhan kepada Tuhan, kerukunan dan persaudaraan, berbuat baik dan menjauhi kemungkaran sebagaimana telah dijelaskan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Selain itu, salat berjamaah mengajarkan sikap kedisiplinan.
Kedisiplinan dalam salat berjamaah terlihat pada keterkaitannya dengan waktu. Setiap salat memiliki waktunya sendiri, dan satu salat (misalnya dhuhur) tidak boleh dilakukan di lain waktu yang telah ditentukan kecuali dengan adanya halangan syar’i.
Kedisiplinan dalam salat terlihat dengan adanya kedisipilan waktu dalam melaksanakan salat. Di SD Negeri Citapen, kegiatan salat Dhuha berjamaah dipimpin langsung oleh peserta didik, sedangkan guru yang ikut serta sebagai makmum. Sebaliknya untuk salat dhuhur berjamaah dipimpin oleh guru, hal ini menjaga kesahan dan keafdholan salat wajib.
Selain itu, nilai kebersamaan juga terlihat dalam kegiatan salat berjamaah. Jika waktu salat telah tiba, maka semua orang yang memiliki kewajiban langsung bergegas untuk berwudu, kemudian menuju tempat salat berjamaah.
Jika ditelaah secara seksama, nilai kebersamaan dalam salat berjamaah dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti buang sampah bersama, menjaga keamanan bersama, belajar bersama dan lain sebagainya.
Hasil dari kebersamaan sangat terlihat, misalnya dalam hal pekerjaan maka akan lebih cepat terselesaikan, dalam belajar bersama dapat faham secara cepat karena bisa saling bertukar pikiran.
Penulis mendapatkan bahwa dalam salat berjamaah peserta didik dibina agar selalu ikhlas dalam melakukan amal sholeh, tanpa melihat terlebih dahulu imbalan apa yang akan diperolehnya. Seperti dalam kehidupan sehari-hari peserta didik menjadi saling tolong menolong dalam kebaikan, saling membantu ketika ada pekerjaan, tentunya sebagai orang yang ikhlas mereka dapat dengan suka hati dan tanpa rasa dengki.
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa dalam salat berjamaah orang yang berjamaah berkumpul dalam satu baris, dimana antara satu jamaah dengan jamaah lain beraneka ragam, mulai dari umurnya, kelasnya, tingkat ekonominya, kelas sosialnya dan yang lainnya. Namun, dalam salat berjamaah perbedaan- perbedaan tersebut tidaklah berarti, karena semuanya akan menjadi saling menghormati. Antara yang kaya dan yang miskin, antar yang tua dan yang lebih muda dan yang lainnya harus saling menghormati karena mereka pada hakikatnya adalah sama; sama-sama hamba Allah yang sedang menghadap-Nya.
Demikian juga dalam kegiatan pembiasaan baca Al-Qur’an bersama (tadarus) banyak terkandung nilai-nilai pendidikan karakter. Karena kegiatan baca Al-Qur’an bersama dapat berfungsi sebagai pengenalan, pembiasaan, dan penanaman nilai-nilai karakter mulia kepada peserta didik dalam rangka membangun manusia beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.
Selain itu, kegiatan baca Al-Qur’an bersama ini dapat mewujudkan peserta didik yang berkualitas dan berprestasi yang mampu memahami dan menguasai kompetensi pembelajaran, berdisiplin, bertanggung jawab, serta ber perilaku terpuji atau berakhlak mulia, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, menimbulkan rasa dihargai, dan rasa diperhatikan, adanya budaya berani tampil, dan persaingan sehat/berkompetisi. Meskipun demikian, pembentukan karakter sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, sehingga lingkungan memiliki peranan yang cukup besar dalam membentuk jati diri dan perilaku peserta didik.
Pembentukan karakter melalui pendidikan Al-Quran yang berkualitas (membaca, mengetahui, dan memahami nilai- nilai yang terkandung di dalamnya) sangat perlu dan tepat serta mudah dilakukan secara berjenjang oleh setiap sekolahsecara terpadu melalui manajemen yang baik.
Melalui manajemen yang baik, metode pembiasaan melalui kegiatan BARAQUDA yang dilakukan di dalam sekolah SD Negeri Citapen sejauh ini telah berhasil melaksanakan program-program sekolah yang sudah direncanakan.
Kepala sekolah sebagai pemangku kebijakan di sekolah, selalu memberikan dukungan kepada guru dan peserta didiknya sehingga pelaksanaan penanaman karakter melalui pembiasaan dapat berjalan sesuai dengan rencana. Selain itu, totalitas dukungan orang tua sangat besar.
Meskipun demikian, pelaksanaan kegiatan BARAQUDA di SD Negeri Citapen bukan berarti tidak menemui kendala atau hambatan. Kendala atau hambatan dalam pelaksanaan kegiatan BARAQUDA yang ditemukan yaitu dukungan berupa fasilitas belum memadai, seperti belum tersedianya mesjid yang dapat menampung seluruh peserta didik untuk melakukan kegiatan BARAQUDA se-sekolah. Kemudian, KBM dengan sistem dua ship (pagi-siang) menghambat terhadap waktu yang tersedia di sekolah.
Selanjuntanya, masih ada sebagian peserta didik yang belum terbiasa dengan kegiatan BARAQUDA di sekolah dilihat dari kebiasaan mereka lupa membawa alat salat; dan masih kurangnya dukungan dari personil sekolah yang masih menganggap sepele terhadap kegiatan BARAQUDA tersebut.
Solusi yang diberikan sekolah terhadap hambatan pelaksanaan BARAQAUDA tersebut, yaitu pelaksanaan kegiatan BARAQUDA dilaksanakan di kelas masing-masing.Kemudian, menambah waktu KBM yang biasanya masuk pukul 07.30, menjadi pukul 07.00 (sekolah pagi).
Selanjutnya, sekolah siang yang biasanya masuk pukul 13.00 menjadi pukul 12.30. Lalu, memberikan teguran dan mengingakan peserta didik yang masih kurang disiplin, dan mengajak semua personil sekolah untuk sama-sama memberikan contoh kepada para peserta didik.
Simpulan
Kegiatan membaca/tadarus Al-Qur’an, salat Dhuha/Zhuhur berjamaah dapat mengembangkan nilai-nilai karakter seperti jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, mandiri, demokratis, semangat kebersamaan, cinta tanah air, bersahabat/ komunikatif, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Kegiatan tersebut perlu terus dilaksanakan secara rutin setiap hari. Selain itu keteladanan yang diberikan guru, dan pengkondisian sekolah yang diciptakan sedemikian rupa mutlak dilakukan. Pelaksanaan melalui mata pelajaran dengan cara menyisipkannya dalam materi pelajaran atau pesan-pesan moral dari guru dan melalui budaya sekolah yang terdiri dari budaya yang ada di kelas, sekolah, dan luar sekolah.
Peran sekolah dalam mendukung pelaksanaan nilai karakter religius dalam pendidikan karakter yaitu menyediakan fasilitas-fasilitas yang digunakan untuk mendukung terlaksananya program-program yang diadakan di sekolah, memberikan izin kepada guru yang mempunyai ide untuk mengadakan suatu program kegiatan, mendukung adanya kegiatan-kegiatan yang ada di luar sekolah, serta memberikan teladan yang baik bagi peserta didik.***
Pewarta: Adhyatnika Geusan Ulun – Newsroom TimPeliput Berita Pendidikan Bandung Barat.
Profil Penulis.
Budi Abriansyah, M.Pd. Lahir di Bandung, 5 Oktober 1981. PNS Guru. Pendidikan terakhir: S2 Pendidikan Dasar. Tempat Mengajar: SD Negeri Citapen
budiabriansyah354@gmail.com
Mantap pak Budi ,sangat menginfirasi semoga menjadikan pendidikan kita lebih baik lagi demi kemajuan negara kita Indonesia.
Aamiin…