Berita : Ema Damayanti
BANDUNG BARAT- (NEWSROOM) – Bertepatan dengan hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2019, Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat mengadakan acara Penyuluhan Bahasa Indonesia untuk para Guru Bahasa Indonesia jenjang SMP Se-Kabupaten Bandung Barat. Acara yang bertempat di Hotel Mason Pine Kota Baru Parahyangan itu, menghadirkan 100 orang peserta. Acara berlangsung selama dua hari dari hari Kamis s.d Jumat (2-3/5/19), menghadirkan pembicara langsung dari Balai Bahasa yaitu Sutejo (Kepala Balai Bahasa), Asep Rahmat Hidayat, Asep Supriadi dan Sariah. Peserta pun terlihat antusias mengikuti seluruh rangkaian acara.
Sekitar pukul 09.00 acara dibuka dengan sambutan dari Kabid SMP, Dadang Ahmad Sapardan. Dalam sambutannya, Dadang mengucapkan rasa syukur dengan adanya acara tersebut, karena dapat meningkatkan wawasan materi bahasa Indonesia para guru. Dadang berharap acara penyuluhan ini tidak hanya sekali, tapi akan terus berlanjut.
Sambutan kedua disampaikan oleh Ketua Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, Sutejo. Sutejo mengungkapkan bahwa acara penyuluhan bahasa ini merupakan salah satu program Balai Bahasa dalam rangka menjungjung tinggi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara seperti yang tertuang dalam poin ketiga Sumpah Pemuda. Hal tersebut berarti menempatkan bahasa Indonesia di atas bahasa daerah dan bahasa asing.
“Tujuan acara penyuluhan bahasa ini adalah dapat meningkatkan sikap positif guru bahasa Indonesia SMP terhadap bahasa Indonesia itu sendiri. Sikap positif tersebut ditunjukan dengan sikap setia dan bangga terhadap bahasa Indonesia, juga sadar bahwa dalam bahasa Indonesia terkandung norma kebaikan. Sikap positif berbahasa guru tersebut harapannya dapat menjadi contoh bagi siswa-siswanya dalam mengajar.” Ujar Sutejo
Sutejo juga menyinggung perihal kompetensi berbahasa para guru bahasa Indonesia yang belum sepenuhnya baik seperti pemilihan kata yang tidak tepat, pengkalimatan, dan penulisan paragraph, juga dalam mengapresiasi karya sastra. Hal tersebut juga diungkapkan oleh pembicara Asep Rahmat Hidayat tentang hasil UKBI (Uji Kompetensi Bahasa Indonesia) guru yang lebih rendah dibandingkan mahasiswa.
“Makanya acara penyuluhan seperti ini harus terus dilakukan, karena kesempatan belajar guru lebih sedikit daripada mahasiswa” jelas Asep.
Senada dengan pernyataan itu, Asep Juanda, selaku ketua panitia penyelenggara juga mengungkapkan tujuan acara tersebut adalah sebagai upaya penyegaran terhadap guru bahasa Indonesia terkait isu mutakhir tentang bahasa Indonesia.
“Bahasa itu dinamis, tentunya banyak informasi baru yang masih belum diketahui guru, sementara tidak semua guru medapatkan kesempatan untuk bisa belajar.”Kata Asep di sela-sela acara.
Acara penyuluhan diisi dengan materi Pilihan Kata, Ejaan, Kalimat, paragraf bahasa Indonesia, dan Apresiasi sastra. Selama acara berlangsung peserta tampak antusias. Terbukti dengan banyaknya interaksi peserta dengan pembicara terkait isi materi.
Salah satu peserta Dian Herdianti, guru SMP KP Cipongkor, mengaku senang dengan acara penyuluhan ini. “Acara seperti ini membuat kita merasa disegarkan kembali tentang materi yang pernah dipelajari tapi sudah banyak dilupakan. Harapannya, acara seperti ini terus diadakan dengan pola pelatihan yang lebih atratktif agar peserta tidak ngantuk,” ujar guru yang juga mahasiswa pascasarjana IKIP Siliwangi di sela acara.
Selain penyuluhan, Balai Bahasa juga melakukan berbagai upaya persuasif untuk menjunjung tinggi bahasa Indonesia, diantaranya yaitu Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang melibatkan guru bahasa Indonesia, Program Lomba Wajah Bahasa Sekolah, dan upaya penerapan UKBI bagi pekerja asing yang bekerja di Jawa Barat. Program baru yaitu lomba wajah bahasa sekolah mencoba memotret penggunaan bahasa Indonesia di sekolah dan sudah dilombakan di tingkat sekolah dengan pemenang pertama yaitu SMP Negeri 25 Kota Bandung. Program ini sementara ini belum massif karena terbatasnya waktu untuk melakukan sosialisasi di tingkat daerah.
Sesuai dengan UU No 24 tahun 2009 pasal 36 tentang penggunan Bahasa Indonesia di wilayah Publik, maka diadakan pemantauan penggunaan Bahasa Indonesia di Instansi pendidikan, pemerintah, dan swasta. Menurut Asep Juanda, hasil dari pemantauan, ditemukan banyak perusahaan swasta yang masih menggunakan bahasa asing di wilayah publik. Padahal penulisan kata bahasa asing di wilayah publik pun ada aturannya. Baik dari segi besarnya huruf dan warna harus lebih menonjolkan Bahasa Indonesia. Bahkan menurut Asep penggunaan bahasa asing lebih banyak mengganggu eksistensi bahasa Indonesia dibandingkan bahasa gaul.
“Bahasa gaul sifatnya temporal dan pada komunitas tertentu, sedangkan bahasa asing bisa menggeser kedudukan bahasa Indonesia karena ada semacam prestise di masyaraakat dengan penggunaan bahasa asing di wilayah publik.” Papar Asep.
Ketika ditanya perihal penguasaan bahasa Indonesia oleh guru, Sutejo dan Asep Juanda sepakat mengungkapkan bahwa kelemahan guru dalam keterampilan berbahasa yaitu dalam menulis karya tulis ilmiah. Hal tersebut terbukti dengan masih sedikitnya guru yang terlibat dalam ajang lomba menulis. Di samping itu, selain mengajar belum terlihat gaungnya para guru dalam mengkampanyekan gerakan penggunaan bahasa Indonesia di wilayah publik.
Acara penyuluhan ditutup pada hari Jumat, 3 Mei 2019 dengan sambutan penutup dari ketua panita Asep Juanda yang mengucapkan terimakasih kepada Dinas Pendidikan KBB yang sudah menyambut baik pelaksanaan acara. Dalam sesi penutupan tersebut Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat pun memberikan pesan untuk semua guru bahasa Indonesia.
“Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing.” Pungkas Sutejo.