PADALARANG,-(NEWSROOM). Dinas Pendidikan dan Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Kab. Bandung Barat menyelenggarakan Workshop Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran jenjang SMP. Kegiatan yang diikuti oleh lebih dari 80 peserta, terdiri dari unsur pengawas, pengurus TPK, dan para ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) se-KBB, dilaksanakan di Al Azhar Syifa Budi Islamic School, Padalarang, Kamis (6/1/20).
Kepala Bidang Pendidikan SMP, Dadang A. Sapardan, dalam sambutannya sekaligus membuka kegiatan ini mengungkapkan bahwa tantangan berat yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah bagaimana mempersiapkan generasi yang mampu bersaing di era-revolusi industri yang serba digital. Sehingga dalam menyikapinya dibutuhkan sumber daya manusia yang produktif, kreatif dan inovatif. Menurutnya, kepala sekolah, guru dan para steakholder lainnya harus lebih dahulu memahami hal tersebut, karena akan menjadi ujung tombaknya.
“Tantangan berat yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah bagaimana mempersiapkan generasi yang mampu bersaing di era-revolusi industri yang serba digital. Sehingga dibutuhkan sumber daya manusia yang produktif dalam menyikapinya. Kepala sekolah dan guru terlebih dahulu harus lebih memahami era digital ini. Hal ini dikarenakan kita akan menjadi ujung tombaknya,” ungkapnya.
Lebih lanjut disampaikan bahwa saat ini pembelajaran didorong ke arah higher other thinking skills (HOTS-kemampuan berpikir tingkat tinggi.red). Sehingga, jika dahulu pada jenjang SMP hanya sebatas C1, C2, C3 (Mengingat, memahami, mengaplikasikan.red) sekarang sudah saatnya menuju C3, C4, dan C5 (Mengevaluasi, menganalisis, dan mengreasikan.red). Hal tersebut sesuai dengan tuntutan revolusi industri 4.0 yang menekankan pada kecakapan abad 21, yakni 4C (Critical thinking, creative, communicative, collaborative. red).
Ditambahkannya juga bahwa workshop di atas bertujuan untuk memperkuat para guru melalui MGMP dalam menghadapi generasi milenial dengan metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan keadaan zaman digital seperti saat ini. Sehingga, masih menurut Dadang, diharapkan para guru dapat mengimplementasikannya di kelas.
Sementara itu, Siti Nina Hermina, salah seorang narasumber, menyampaikan bahwa salah satu pendekatan yang dipandang dapat meningkatkan kualitas inovasi pembelajaran adalah STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematic). Menurutnya, mengaitkan berbagai macam disiplin ilmu dalam pembelajaran akan mendorong para siswa untuk lebih berkreasi dan inovasi.
Lebih jauh disampaikan bahwa SMPN 4 Padalarang yang dipimpinnya mendapat kesempatan menjadi pilot project STEAM oleh Puskurbuk (Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemdikbud.red) baru-baru ini. Program ini telah meningkatkan spirit para guru dan siswa untuk lebih inovatif dalam pembelajaran di kelas.
Di sisi lain, Budi Ruhiat, dalam presentasi metode pembelajaran menyampaikan bahwa diperlukan sejumlah instrumen dalam mengimplentasikan sebuah metode pembelajaran. Hal ini akan tercapai ketika memenuhi segi bahan ajar yang akan dibelajarkan, prosedur pembelajaran tentang bagaimana siswa belajar dan bagaimana guru mengajarkan bahan ajar tersebut.
Menurutnya, metode diartikan ’cara untuk mencapai tujuan’. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara-cara menyeluruh. dari awal sampai akhir, dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran
Narasumber lainnya, Wiwi Marwiyah menyampaikan bahwa terdapat sejumlah model yang dapat diadopsi dalam pembelajaran di kelas, diantaranya Picture and Picture, Jigsaw, Examples Non Examples, Cooperative Script. Mind Mapping, Numbered Heads Together, Student Teams-Achievement Divisions (STAD), dan model lainnya.
Menurutnya, hal ini sesuai dengan pengertian model pembelajaran, yakni kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam pengorganisasian kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.
“Dengan kata lain, model pembelajaran adalah rancangan kegiatan belajar agar pelaksanaan KBM dapat berjalan dengan baik, menarik, mudah dipahami, dan sesuai dengan urutan yang logis,” jelasnya.
Dadang A. Sapardan menandaskan bahwa kegiatan workshop di atas juga sebagai respon positif atas kebijakan pemerintah dalam Merdeka Belajar. Menurutnya, konsep tersebut harus disikapi sebagai peluang untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, hasil dari kegiatan ini harus segera didiseminasikan di masing-masing MGMP.
“Workshop ini diselenggarakan sebagai salah satu upaya dalam merespon konsep Merdeka Belajar yang diluncurkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Harus dipahami bahwa konsep ini tidak diartikan bahwa selama ini ‘terjajah’ oleh sejumlah kebijakan. Tetapi harus dimaknai sebagai keleluasaan para guru untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas dan berinovasi dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu hasil workshop ini harus segera disosialisasikan dan didiseminasikan di masing-masing sub rayon oleh para ketua MGMP,” tandasnya.***
Foto: Dian Diana, M.Pd. (Tim Newsroom)
Berita: Adhyatnika GU